Gerakan Reformasi Dan Tumbangnya Orde Baru Tahun 1998|pembelajaran sejarah
Tumbangnya rezim Orde Baru 1998. Yang
ditandai dengan Gerakan reformasi 1998
dilatar belakangi oleh krisis multidimensi yang dihadapi bangsa Indonesia
ketika itu. Akar krisis multidimensi adalah krisis ekonomi yang menerpa bangsa Indonesia
sejak 1997. Untuk mengetahui lebih jelas tentang keadaan ekonomi Indonesia di
akhir masa orde baru, salah satu yang sangat mendetail pada waktu itu adalah
krisis ekonomi yang diakibatkan oleh terpuruknya nilai rupiah terhadap nilai
dollar Amerika serikat.
Krisis ekonomi mengakibatkan pengangguran
melimpah dan harga kebutuhan pokok melambung. Pemutusan hubungan kerja (PHK)
terjadi di berbagai daerah. Daya beli masyarakat menurun. Bahkan, hingga bulan
Januari 1998 rupiah menembus angka Rp17.000 per dolar AS.
Kebijakan Pemerintahan Orde Baru
- Prestasi Pada Masa Orde Baru
Sekalipun tidak bisa dipungkiri
bahwa ada berbagai prestasi atau kemajuan yang diraih selama orde baru. Puncak
keberhasilan dibidang ekonomi masa orde baru terjadi pada tahun 1976-1988.
Keberhasilan itu didukung melonjaknya harga minyak dunia, mengalirnya bantuan
negara-negara donor, dan efektifnya rencana pembangunan lima tahun (Repelita)
I–III. Repelita dimulai sejak 1 April 1969. Pada tahun 1980-an Indonesia adalah
penghasil gas alam cair terbesar di dunia. Kedudukan Indonesia sebagai negara
antikomunis mempermudah bantuan Barat. Pendapatan per kapita Indonesia naik
dari US$70 pada tahun 1968 menjadi US$1.000 pada tahun 1996.
Secara rinci, berikut beberapa
kebijakan pemerintah orde baru dan prestasi yang berhasil diraih selama masa
orde baru ;
a. Program transmigrasi untuk
mengatasi kepadatan penduduk di Pulau Jawa dan membuka lahan-lahan baru di luar
Pulau Jawa.
b. Program keluarga berencana
(KB) untuk menekan laju pertumbuhan penduduk.
c. Kebijakan berantas buta huruf
d. Gerakan Wajib Belajar (Wajar)
9 Tahun.
e. Stabilitas Keamanan
f. swasembada beras pada tahun
1980-an, impor beras tidak dilaksanakan mulai tahun 1984.
Perkembangan ekonomi pada masa
Orde Baru
Pembangunan nasional pada masa
Orde Baru menitikberatkan pada pembangunan ekonomi dan terbukti Indonesia
memang tampil menjadi salah satu negara yang disegani karena keberhasilan
pembangunan ekonominya walaupun tentu saja pembangunan ekonomi tsb boleh
dibilang pembangunan semu karena sangat tergantung pada utang-utang luar
negeri. Pembangunan Nasional zaman Orde baru dijalankan secara bertahap dalam
jangka panjang 25 tahun dan jangka pendek 5 tahun, dan dikenal dengan nama
pembangunan lima tahun (pelita), dimulai sejak tanggal 1 April 1969.
Namun pada tahun 1997,
perekonomian Indonesia terpuruk. Berikut beberapa data ekonomi pada tahun 1997
tsb : nilai tukar rupiah terhadap dollar AS merosot drastis dan hanya tinggal
bernilai 30%, harga-harga melambung tinggi, utang luar negeri mencapai 163 miliar
dollar AS lebih, pendapatan per kapita hanya tinggal US $400, pertumbuhan
ekonomi menjadi minus sekitar 20%–30%.
Runtuhnya Orde Baru – Berakhirnya
Orde Baru
Pejuang Reformasi - Korban
Insiden Trisakti
Krisis ekonomi tahun 1997
menyebar ke segala sendi kehidupan sehingga dikenal sebagai krisis multidimensi
(segala bidang). IMF mengucurkan bantuan sebesar US$ 40 miliar lebih kepada
Indonesia dengan disertai syarat-syarat tertentu. Solusi yang disarankan IMF
untuk menutup enam belas bank swasta nasional pada 1 November 1997 justru
memperparah krisis. Hal ini memicu kebangkrutan bank dan negara. BPK menemukan penyimpangan dana sebesar Rp138
triliun atas penggunaan dana BLBI oleh ke-48 bank tersebut. Di Saat itu
pemerintah menyalurkan BLBI sekitar Rp700 triliun. Ini dilakukan berdasarkan
perjanjian Indonesia dengan IMF dalam mengatasi krisis. Sampai bulan Desember
1998, BI menyalurkan BLBI sebesar Rp147,7 triliun kepada 48 bank.
Awal terjadinya krisis ekonomi
Indonesia dimulai dengan jatuhnya nilai
tukar baht (mata uang Thailand) terhadap dolar Amerika. Jatuhnya nilai kurs
baht tersebut selanjutnya menular di seluruh kawasan Asia Tenggara, termasuk
Indonesia. Akibatnya nilai utang luar
negeri Indonesia yang sudah jatuh tempo membengkak.
Krisis ekonomi mengakibatkan
pengangguran melimpah dan harga kebutuhan pokok melambung. Pemutusan hubungan
kerja (PHK) terjadi di berbagai daerah. Daya beli masyarakat menurun. Bahkan,
hingga bulan Januari 1998 rupiah menembus angka Rp17.000 per dolar AS.
Sejak 14 Mei 1998 demonstrasi
mahasiswa semakin meluas. Para demonstran mulai menduduki gedung-gedung
pemerintah di pusat dan daerah, termasuk gedung DPR berhasil mereka duduki.
Kerusuhan dan penjarahan besar-besaran melanda Jakarta hingga Solo, serta di
banyak tempat di wilayah Indonesia. Amien Rais, Nurcholish Madjid, dan
kawan-kawan mendesak Soeharto agar mengundurkan diri. Akhirnya, tanggal 21 Mei
1998, presiden Soeharto mengundurkan diri.
Agenda utama gerakan reformasi
adalah turunnya Soeharto dari jabatan presiden. Secara rinci, ada enam
penjabaran agenda reformasi yaitu : suksesi kepemimpinan nasional, amendemen
UUD 1945, pemberantasan KKN, penghapusan dwifungsi ABRI, penegakan supremasi
hukum, dan pelaksanaan otonomi daerah.
Mahasiswa berdemonstrasi
besar-besaran pada tanggal 19–21 Mei 1998 di depan Gedung DPR/MPR sampai
munculnya pernyataan Presiden Soeharto mundur dari jabatannya dan digantikan
B.J. Habibie.
Pengertian Reformasi
Secara bahasa, reformasi berasal
dari kata re-form, yang artinya perubahan bentuk. Reformasi pada tahun 1998
secara sederhana dapat diartikan sebagai perubahan kembali bentuk atau sistem
ketatanegaraan Indonesia.
Perlunya reformasi adalah karena
ada berbagai praktik pemerintah ketika itu yang menyimpang. Misalnya suburnya
praktik KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) dalam penyelenggaran negara.
Kolusi artinya praktik yang menguntungkan golongannya sendiri, dalam hal ini
yaitu kepentingan elit politik Orde Baru dan para pengusaha (konglomerat).
Korupsi dalam hal ini terkhusus pada penyelewengan dana keuangan dan fasilitas
negara. Sedangkan nepotisme adalah praktik penguasa yang lebih mementingkan
anggota keluarga, kenalan atau golongannya untuk memperoleh jabatan serta
kesempatan-kesempatan dalam dunia usaha.
Era Reformasi di Indonesia
Era Reformasi dipakai untuk
menyebut masa kepemimpinan para presiden pasca lengsernya Soeharto dipanggung
kekuasaan.
Masa reformasi 1998 - sekarang
Presiden RI ke-1 - 7
Setelah presiden Soeharto turun
tahta pada 21 Mei 1998, dimulailah era reformasi di Indonesia. Masa
pemerintahan Presiden B.J Habibie tidak berlangsung lama karena rakyat dan
anggota MPR/ DPR menganggap Habibie masih merupakan warisan Orde Baru. Untuk
mereformasi Dewan Perwakilan Rakyat, 7 Juni 1999 diselenggarakan pemilihan umum
anggota DPR yang diikuti 48 partai.
19 Oktober 1999 diadakan Sidang
Umum MPR untuk merespon pidato pertanggungjawaban Presiden B.J Habibie. Sidang
umum tsb memang bermaksud melengserkan pemerintahan Habibie, sejatinya masa
pemerintahan Habibie baru akan berakhir tahun 2003. Hasil dari Sidang Umum tsb,
pidato pertanggungjawaban Presiden B.J Habibie ditolak. Praktis, masa
pemerintahan Presiden Habibie merupakan yang paling singkat, lebih kurang 1
tahun.
Pada Sidang Umum tersebut juga
dilaksanakan pemilihan umum presiden dan wakil presiden. MPR menyeleksi tiga
kandidat presiden, yaitu K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati
Soekarnoputri, dan dan Yusril Ihza Mahendra. Namun, Yusril menyatakan mundur
dari pencalonan sebelum pemungutan suara dilakukan.
Pelantikan Abdurrahman Wahid
sebagai Presiden Republik Indonesia dilaksanakan pada 20 Oktober 1999. Adapun
pelantikan Wakil Presiden Republik Indonesia dilaksanakan pada 21 Oktober 1999.
Selain telah berhasil mengangkat presiden dan wakil presiden yang baru, SU MPR
yang berlangsung dari 1–21 Oktober 1999, juga telah berhasil menetapkan 9
ketetapan MPR dan mengamandemen UUD 1945 untuk pertama kalinya.
Melalui Sidang Istimewa MPR, K.H.
Abdurrahman Wahid diberhentikan jabatannya sebagai Presiden dan secara
konstitusi, Megawati Soekarnoputri yang saat itu merupakan Wakil Presiden,
diangkat sebagai Presiden ke-5 RI sejak
23 Juli 2001. Pengangkatan Megawati Soekarnoputri tersebut didasarkan pada Tap
MPR No. III/MPR RI/2001. Masa jabatannya berakhir pada tahun 2004.
Sejak 2004, pemilihan eksekutif dan legislatif
dipilih langsung oleh rakyat. Sebelumnya, Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)
menggunakan sistem demokrasi perwakilan, di mana masyarakat memilih anggota
DPRD, kemudian DPRD yang memilih kepala daerah. Pilkada langsung membuka babak
baru sistem demokrasi. Ditingkat pusat, diadakan pemilihan umum Presiden dan
wakil presiden. pada pemilu 2004, Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) terpilih menjadi Presiden ke-6 RI, dan dilantik pada 20
Oktober 2004. Sayangnya demokrasi kita diwarnai oleh demokrasi financial sehingga
keberhasilan demokrasi identik dengan ajang komoditi. Barangkali ajang komoditi
inilah yang menyebabkan maraknya korupsi dikalangan pejabat.Karenasebelum
menjadi pejabat mereka terlibat pada lelang jabatan yang mirip dengan ajang
komoditi financial.
Pembaca sekalian, masa Reformasi
berlangsung hingga sekarang, yaitu masa pemerintahannya Presiden Joko Widodo.
Semoga Amanat reformasi tahun 1998 tidak dijadikan hanya sebagai simbol belaka, atau dijadikan sebagai tempat berlindung bagi koruptor-koruptor baru yang belum sempat kebagian korupsi pada era sebelunya. Akan tetapi amanat reformasi dilaksanakan dengan penuh keikhlasan. Hanya dengan keikhlasanlah sehingga amanat reformasi dapat terlaksana dengan murni, dan menjadi
tugas kita sebagai generasi bangsa yang tidak boleh tidak harus kita wujudkan. Kapan tidak maka reformasi itu harus kita mantapkan melalui pemantapan reformasi. Atau pembaharuan reformasi.