BUDAYA POLITIK
Pengertian
budaya politik menurut sebagian ahli
Pada setiap era, zaman, bahka setiap suku- kebiasaan manusia senantiasa diliputi perbedaan baik itu sangat tajam ataupun sedang-sedang saja dalam setiap kehidupan meeka masing-masing. Hal ini diakibatkan oleh perbedaan kepentingan yang absolut pada setiap saat diberbagai segi baik itu ekonomi,sosial maupun politik. sehingga tidaklah mengherankan jik dikatakan bahwa kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari kehidupan politik.
Pada setiap era, zaman, bahka setiap suku- kebiasaan manusia senantiasa diliputi perbedaan baik itu sangat tajam ataupun sedang-sedang saja dalam setiap kehidupan meeka masing-masing. Hal ini diakibatkan oleh perbedaan kepentingan yang absolut pada setiap saat diberbagai segi baik itu ekonomi,sosial maupun politik. sehingga tidaklah mengherankan jik dikatakan bahwa kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari kehidupan politik.
Kehidupan manusia di dalam masyarakat, memiliki
peranan penting dalam sistem politik suatu negara. Manusia dalam kedudukannya
sebagai makhluk sosial, senantiasa akan berinteraksi dengan manusia lain dalam
upaya mewujudkan kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup manusia tidak cukup yang
bersifat dasar, seperti makan, minum, biologis, pakaian dan papan (rumah).
Lebih dari itu, juga mencakup kebutuhan akan pengakuan eksistensi diri dan
penghargaan dari orang lain dalam bentuk pujian, pemberian upah kerja, status
sebagai anggota masyarakat, anggota suatu partai politik tertentu dan
sebagainya.
Setiap warga negara, dalam kesehariannya hampir
selalu bersentuhan dengan aspek-aspek politik praktis baik yang bersimbol
maupun tidak. Dalam proses pelaksanaannya dapat terjadi secara langsung atau
tidak langsung dengan praktik-praktik politik. Jika secara tidak langsung, hal
ini sebatas mendengar informasi, atau berita-berita tentang peristiwa politik
yang terjadi. Dan jika seraca langsung, berarti orang tersebut terlibat dalam
peristiwa politik tertentu.
Kehidupan politik yang merupakan bagian dari
keseharian dalam interaksi antar warga negara dengan pemerintah, dan
institusi-institusi di luar pemerintah (non-formal), telah menghasilkan dan
membentuk variasi pendapat, pandangan dan pengetahuan tentang praktik-praktik
perilaku politik dalam semua sistem politik. Oleh karena itu, seringkali kita
bisa melihat dan mengukur pengetahuan-pengetahuan, perasaan dan sikap warga
negara terhadap negaranya, pemerintahnya, pemimpim politik dan lai-lain.
Budaya politik, merupakan bagian dari kebudayaan
masyarakat dengan ciri-ciri yang lebih khas.
Istilah budaya politik meliputi masalah legitimasi, pengaturan kekuasaan, proses pembuatan kebijakan pemerintah,
kegiatan partai-partai politik, perilaku
aparat negara, serta gejolak masyarakat terhadap kekuasaan yang memerintah.
Kegiatan politik juga memasuki dunia keagamaan,
kegiatan ekonomi dan sosial, kehidupan
pribadi dan sosial secara luas. Dengan demikian, budaya politik langsung mempengaruhi kehidupan politik dan
menentukan keputusan nasional yang menyangkut
pola pengalokasian sumber-sumber masyarakat.
Budaya politik tidak berbeda
dengan segala aktifitas suatu masyarakat baik dalam kehidupan lokal maupun
dalam kehidupan berbangsa atau bernegara, penyelenggaraan administrasi negara,
politik pemerintahan, hukum, adat istiadat, dan norma kebiasaan yang dihayati
oleh seluruh anggota masyarakat setiap harinya. Budaya politik juga dapat di
artikan sebagai suatu sistem nilai yang telah disepakti oleh suatu masyarakat yang memiliki kesadaran untuk
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan bersama dan penetapan suatu kebijakan
umum demi kepentingan bersama dalam hidup bermasyarakat secara keseluruhan.
Berdasar dari dua ungkapan
tersebut maka barangkali tidak salah kalau penulis engemukakan pengertian
budaya politik menurut beberapa ahli berikut:
Pengertian budaya politik
menurut para ahli – Politik tidak terlepas dengan budaya politik, karena kompleksitas
kehidupan dalam masyarakat dan
perkembangan ke arah yang lebih stabil. Budaya yang dimaksudkan adalah tatanan
kehidupan setiap orang beserta arah
pemikirannya terhadap kehidupan politik yang diberikan oleh anggota-anggotanya
dari suatu tatanan politik.
Berikut ini beberapa pendapat
para ahli tentang budaya politik :
1. Sidney Verba
Budaya politik adalah suatu
sistem kepercayaan empirik, simbol-simbol ekspresif dan nilai-nilai yang
menegaskan suatu situasi di mana tindakan politik dilakukan.
2. Allan R. Ball
Budaya politik adalah suatu
susunan yang terdiri atas sikap, kepercayaan, emosi, dan nilai-nilai masyarakat
yang berhubungan dengan sistem politik dilakukan.
3. Austin Ranney
Budaya politik adalah
seperangkat pandangan tentang politik dan pemerintahan yang dipegang secara bersama-sama;
pola orientasi terhadap objek-objek politik.
4. Samuel Beer
Budaya politik adalah
nilai-nilai keyakinan dan sikap-sikap emosi tentang bagaimana pemerintahan
seharusnya dilaksanakan dan tentang apa yang harus dilakukan oleh pemerintah.
5. Almond dan Verba
Budaya politik adalah suatu
sikap orientasi yang khas warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam
bagiannya, dan sikap terhadap peranan warga negara yang ada di dalam sistem
itu.
6. Rusadi Suminta putra
Budaya politik adalah pola
tingkah laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan politik yang dihayati
oleh para anggota suatu sistem politik.
Dengan memahami pengertian
budaya politik, kita dapat memperoleh 2 manfaat, yaitu :
1. Sikap warga negara
terhadap sistem politik akan mempengaruhi tuntutan, tanggapan, dukungan, serta
orientasinya terhadap sistem politik itu.
2. Hubungan antara budaya
politik dan sistem politik atau faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya
pergeseran politik dapat dimengerti.
Secara umum budaya politik
terbagi atas tiga :
1. Budaya politik apatis (acuh, masa bodoh, dan pasif)
2. Budaya politik mobilisasi (didorong atau sengaja
dimobilisasi)
3. Budaya politik partisipatif (aktif)
Tipe-tipe Budaya politik
Budaya politik parochial,
menurut para ahli, budaya politik seperti ini tingkat partisipasi politiknya sangat rendah.
Budaya politik suatu masyarakat dapat di katakan Parokial apabila frekuensi
orientasi mereka terhadap empat dimensi penentu budaya politik mendekati nol
atau tidak memiliki perhatian sama sekali terhadap keempat dimensi tersebut. Konon
Tipe budaya politik ini umumnya terdapat pada masyarakat suku Afrika atau
masyarakat pedalaman di Indonesia. dalam masyarakat ini tidak ada peran politik
yang bersifat khusus. Kepala suku, kepala kampung, kyai, atau dukun,yang
biasanya merangkum semua peran yang ada, baik peran yang bersifat politis,
ekonomis atau religius.
Budaya politik kaula
(subjek),yaitu budaya politik yang masyarakat yang bersangkutan sudah relatif
maju baik sosial maupun ekonominya tetapi masih bersifat pasif. Budaya politik
suatu masyarakat dapat dikatakan subyek jika terdapat frekuensi orientasi yang
tinggi terhadap pengetahuan sistem politik secara umum dan objek output atau
terdapat pemahaman mengenai penguatan kebijakan yang di buat oleh pemerintah.
Namun frekuensi orientasi mengenai struktur dan peranan dalam pembuatan
kebijakan yang dilakukan pemerintah tidak terlalu diperhatikan. Para subyek
menyadari akan otoritas pemerintah dan secara efektif mereka di arahkan pada
otoritas tersebut. Sikap masyarakat terhadap sistem politik yang ada
ditunjukkan melalui rasa bangga atau malah rasa tidak suka. Intinya, dalam
kebudayaan politik subyek, sudah ada pengetahuan yang memadai tentang sistem
politik secara umum serta proses penguatan kebijakan yang di buat oleh pemerintah.
Budaya politik
partisipan,yaitu budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik yang
sangat tinggi. Masyarakat mampu memberikan opininya dan aktif dalam kegiatan
politik. Dan juga merupakan suatu bentuk budaya politik yang anggota
masyarakatnya sudah memiliki pemahaman yang baik mengenai empat dimensi penentu
budaya politik. Mereka memiliki pengetahuan yang memadai mengenai sistem
politik secara umum, tentang peran pemerintah dalam membuat kebijakan beserta
penguatan, dan berpartisipasi aktif dalam proses politik yang berlangsung.
Masyarakat cenderung di arahkan pada peran pribadi yang aktif dalam semua
dimensi di atas, meskipun perasaan dan evaluasi mereka terhadap peran tersebut
bisa saja bersifat menerima atau menolak.
Budaya
politik yang berkembang di indonesia
Gambaran sementara tentang
budaya politik Indonesia, yang tentunya harus di telaah dan di buktikan lebih
lanjut, adalah pengamatan tentang variabel sebagai berikut :
Konfigurasi subkultur di
Indonesia masih aneka ragam, walaupun tidak sekompleks yang dihadapi oleh India
misalnya, yang menghadapi masalah perbedaan bahasa, agama, kelas, kasta yang
semuanya relatif masih rawan/rentan.
Budaya politik Indonesia
yang bersifat Parokial-kaula di satu pihak dan budaya politik partisipan di
lain pihak, di satu segi masa masih ketinggalan dalam mempergunakan hak dan
dalam memikul tanggung jawab politiknya yang mungkin di sebabkan oleh isolasi
dari kebudayaan luar, pengaruh penjajahan, feodalisme, bapakisme, dan ikatan
primordial.
Sikap ikatan primordial yang
masih kuat berakar, yang di kenal melalui indikatornya berupa sentimen
kedaerahan, kesukaan, keagamaan, perbedaan pendekatan terhadap keagamaan
tertentu; purutanisme dan non puritanisme dan lain-lain.
kecendrungan budaya politik
Indonesia yang masih mengukuhi sikap paternalisme dan sifat patrimonial;
sebagai indikatornya dapat di sebutkan antara lain bapakisme, sikap asal bapak
senang.
Dilema interaksi tentang
introduksi modernisasi (dengan segala konsekuensinya) dengan pola-pola yang
telah lama berakar sebagai tradisi dalam masyarakat.
Budaya
Politik di Indonesia
Hirarki yang Tegar/Ketat
Masyarakat Jawa, dan
sebagian besar masyarakat lain di Indonesia, pada dasarnya bersifat hirarkis.
Stratifikasi sosial yang hirarkis ini tampak dari adanya pemilahan tegas antara
penguasa (wong gedhe) dengan rakyat kebanyakan (wong cilik). Masing-masing
terpisah melalui tatanan hirarkis yang sangat ketat. Alam pikiran dan tatacara
sopan santun diekspresikan sedemikian rupa sesuai dengan asal usul kelas
masing-masing. Penguasa dapat menggunakan bahasa 'kasar' kepada rakyat
kebanyakan. Sebaliknya, rakyat harus mengekspresikan diri kepada penguasa dalam
bahasa 'halus'. Dalam kehidupan politik, pengaruh stratifikasi sosial semacam
itu antara lain tercemin pada cara penguasa memandang diri dan rakyatnya.
Kecendrungan Patronage
Pola hubungan Patronage
merupakan salah satu budaya politik yang menonjol di Indonesia.Pola hubungan
ini bersifat individual. Dalam kehidupan politik, tumbuhnya budaya politik
semacam ini tampak misalnya di kalangan pelaku politik. Mereka lebih memilih
mencari dukungan dari atas daripada menggali dukungn dari basisnya.
Kecendrungan
Neo-patrimonisalistik
Salah satu kecendrungan
dalam kehidupan politik di Indonesia adalah adanya kecendrungan munculnya
budaya politik yang bersifat neo-patrimonisalistik; artinya meskipun memiliki
atribut yang bersifat modern dan rasionalistik zeperti birokrasi, perilaku
negara masih memperlihatkan tradisi dan budaya politik yang berkarakter
patrimonial.
Ciri-ciri
birokrasi modern:
Adanya suatu struktur
hirarkis yang melibatkan pendelegasian wewenang dari atas ke bawah dalam
organisasi
Adanya posisi-posisi atau
jabatan-jabatan yang masing-masing mempunyai tugas dan tanggung jawab yang
tegas
Adanya aturan-aturan,
regulasi-regulasi, dan standar-standar formal yang mengatur bekerjanya
organisasi dan tingkah laku anggotanya
Adanya personel yang secara
teknis memenuhi syarat, yang dipekerjakan atas dasar karier, dengan promosi
yang didasarkan pada kualifikasi dan penampilan. Dari Wikipedia bahasa
Indonesia, ensiklopedia bebas