ARTIKEL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR EKONOMI DENGAN PENDEKATAN MENEMUKAN ( INQUIRY ) SISWA KELAS XI IPS 2
SMA NEG . 02 KAB . BANTAENG
Oleh; Zaenuddin Kabai
Abstrak; Penelitian tindakan kelas ( clasroom action research ) ini bertujuan untuk mengatasi rendahnya motivasi dan hasil belajar ekonomi siswa SMA Negeri 2 Bantaeng. Pemecahannya dilakukan dengan pendekatan menemukan (inquiry) dalam pembelajaran ekonomi sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi, dan hasil belajar ekonomi .
Sebanyak tiga siklus, dan setiap siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Akhirnya menyimpulkan bahwa dengan pendekatan inquiry
dalam pembelajaran ekonomi dapat meningkatkan motivasi siswa yang
dibuktikan dengan; tingkat kehadiran siswa dikelas, keaktifan siswa
untuk menyelesaikan tugas pekerjaan rumah, keaktifan siswa dalam
menanggapi hasil kerja kelempok, keaktifan siswa dalam mencatat materi
pelajaran dan hasil ulangan harian dari siklus satu ke siklus dua dan
siklus ketiga mengalami peningkatan yang signifikan
Kata kunci : Pembelajaran ekonomi, motivasi belajar, pendekatan inquiry.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Zaenuddin Kabai. Guru SMA Neg. 2 Bantaeng. Kab.Bantaeng.Telp081342537529
Pandangan konstruktivisme menekankan bahwa strategi memperoleh lebih
diutamakan ketimbang seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat
pengetahuan. Sebab pengetahuan tumbuh berkembang melalui pengalaman.
Sementara pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila
selalu diuji dengan pengalaman baru. Makanya itu diperlukan stategi
pembelajaran yang lebih berpihak pada pemberdayaan siswa. Selain
itu secara garis besar penulis melihat bahwa pelajaran ekonomi bagi
setiap manusia terutama bagi siswa itu sendiri adalah merupakan suatu
kemutlakan. Sebab tidak ada satupun aspek kehidupan terlepas dari
kepentingan ekonomi. Dengan
demikian wajarlah kalau dikatakan bahwa prestasi belajar ekonomi tidak
bisa terlepas dari kehidupan manusia, sebab tidak ada satu pun aspek
kehidupan tanpa membutuhkan ekonomi ( keuangan ) baik secara langsung
maupun tidak langsung. Setiap anak didik harus dibekali dengan pemahaman
ekonomi, karena ekonomi merupakan suatu ilmu yang menyangkut salah satu
penentu kelancaran proses kehidupan ummat manusia.
Sekalipun kenyataannya kelas-kelas kita tidak produktif, kelas diisi
dengan ceramah, sementara siswa dipaksa menerima dan menghapal, siswa
kurang diberdayakan. Akibatnya proses pembelajaran ekonomi pada SMA Neg.
2 Bantaeng kelas XI IPS 2. Menunjukkan bahwa sebagian besar (60%)
kurang termotivasi, kurang bergairah, dan cenderung tidak aktif.
Setelah dilakukan observasi dan wawancara dengan siswa, sharing ideas
dengan guru kolaborator, melihat nilai ulangan harian, nilai ulangan
semister kelas sebelumnya, dan prosentase ketepatan menyelesaikan
tugas-tugas siswa kelas XI IPS 2. Maka faktor utama dirasakan bahwa
kurangnya motivasi belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran ekonomi
adalah: perlunya model pembelajaran yang variatif dimana
siswa dilibatkan dalam mencari dan menemukan, serta memiliki apa yang
mereka temukan. Selanjutnya guru menjadi pasilitator untuk mengaitkan
antara materi pelajaran dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat korelasi antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari .
Pada hal semakin mampu para siswa mengaitkan pelajaran-pelajaran
akademik mereka dengan konteks ini semakin banyak makna mereka dapatkan
dari pelajaran tersebut. Ketika pebelajar mampu mengerti makna dari
pengetahuan dan keterampilan akan menuntun pada penguasaan pengetahuan
dan keterampilan. Sebaliknya manakala mereka tidak mampu mengerti makna
dari pengetahuan dan keterampilan maka secara pasti mereka kehilangan
penuntun dalam penguasaan pengetahuan dan keterampilan.
Pendekatan
CTL adalah konsep belajar disamping membantu para guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa untuk lebih kreatif serta membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usahanya
sendiri dalam mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru
ketika ia belajar. Oleh karena itu dikatakan bahwa pendekatan contextual teaching and learning (CTL) adalah pendekatan yang melibatkan tujuh kompenen utama pembelajaran produktif, yakni: konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya.
Oleh karena itu aktifitas
siswa dalam proses belajar adalah mengubah atau memperbaiki tingkah
laku melalui latihan, pengalaman dan kontak dengan lingkungan baik
lingkungan kelas maupun lingkungan sosial dilapangan. Untuk itu
peningkatan motivasi dalam pembelajaran ekonomi melalui pendekatan
menemukan ( inquiry ) merupakan sebuah selusi yang harus direalisasikan melalui penelitian tindakan kelas .
Berdasarkan
pemikiran tersebut diatas, penulis mencoba mengajukan permasalahan:(1)
Apakah pembelajaran dengan pendekatan menemukan ( inquiry ) dapat
meningkatkan motivasi belajar ekonomi siswa kelas XI IPS 2. SMA Neg. 2
Bantaeng tahun ajaran 2008 – 2009. (2) Bagaimana keaktifan siswa dalam
menanggapi hasil kerja kelompok (3) Bagaimana keaktifan siswa dalam
mencatat materi pelajaran ekonomi (4) Bagaimana keaktifan siswa dalam
menyelesaikan tugas pekerjaan rumah (5) Berapa banyak siswa yang
mendapat nilai ulangan harian diatas 6,5.
Adapun
tujuan penelitian secara umum adalah untuk meningkatkan keaktifan dalam
proses pembelajaran ekonomi serta mendorong prestasi belajar menjadi
lebih baik. Khususnya untuk mencapai ; (1) Sekurang-kurangnya 70 %
siswa termotivasi belajar ekonomi (2) Suasana kelas kondusif untuk pembelajaran ekonomi (3) Sekurang-kurangnya
90% siswa mengumpulkan hasil tugas (4) Sekurang-kurangnya 85% siswa
mendapat nilai dari tugas yang dikerjakan (5) Sekurang-kurangnya 85%
siswa mendapat nilai ulangan harian 65 ke atas (rata-rata 6,5) .
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat baik bagi
siswa, guru, sekolah, maupun untuk pengembangan kurikulum yakni: (1) Siswa
termotivasi sehingga senang belajar ekonomi dan dapat memperoleh
pengalaman belajar (2) Guru dapat menambah wawasan tentang strategi
pembelajaran (3) Untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, dan sebagai bahan acuan dalam menyusun program peningkatan efektifitas pembelajaran ekonomi pada tahap berikutnya (4) Merupakan upaya penyempurnaan Kurikulum (5) Hasil ulangan harian 85 % siswa mendapat nilai diatas 6,5.
MOTIVASI
Motivasi jika diperhatikan pada setiap saat adalah suatu dorongan yang
bersumber dari dalam diri bagi pebelajar pada setiap proses.
Kehadirannya terkadang dipengaruhi oleh faktor internal, dan faktor
eksternal. Dalam belajar diperlukan suatu motivasi menuju pemusatan
perhatian ( minat ) agar apa yang dipelajari dapat dipahami menuju
perkembangan pola pikir, Whitehead dalam Johnson ( 2007 ) mengatakan
tidak ada perkembangan mental tanpa adanya motivasi,dan minat. Sebab
motivasi, dan minat adalah penyebab lahirnya sebuah aksi. Sedangkan aksi
atau tindakan membutuhkan perhatian dan pemahaman. Ketika
siswa termotivasi, dan berminat maka secara pasti dapat melakukan
sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan. Terjadilah suatu
perubahan kelakuan. Perubahan perilaku ini meliputi seluruh pribadi
siswa; baik kognitif, psikomotor maupun afektif. Untuk meningkatkan
motivasi, menurut Johnson ( 2007 ) proses pembelajaran dapat dilakukan
dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami apa yang ada di
lingkungan baik secara berkelompok maupun mandiri.
Makanya itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan; (1)
menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, (2) memberi
kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan (3)
menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar,
(4) mengarahkan perhatian kepada harapan siswa masa datang .
Victor H. Vroom ( dalam Gibson, 1996 ) menyebutkan bahwa motivasi
merupakan akibat dari suatu hasil yang ingin dicapai dari seseorang.
Jika keinginan seseorang terhadap sesuatu dan harapan memperolehnya
kuat, maka dorongan untuk mendapatkannya pasti kuat. Sebaliknya jika
harapan untuk memperoleh kecil maka motivasi untuk memperolehnya juga
rendah.
Seiring dengan ungkapan Siagian (1995) Inti teori harapan terletak pada
kuatnya kecenderungan seseorang bertindak dengan cara tertentu
tergantung pada kekuatan harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti
oleh suatu hasil tertentu dan pada daya tarik dari hasil itu bagi orang
yang bersangkutan. Ketika dikaitkan dengan proses belajar ekonomi maka
ada tiga variabel dalam sebuah harapan yaitu: daya tarik, hubungan
antara prestasi belajar dengan imbalan ( penilaian ), dan hubungan (
kaitan ) antara usaha dan prestasi belajar.
Yang dimaksud dengan daya tarik ialah sampai sejauh mana hasil yang
diperoleh dalam bentuk imbalan memainkan peranan dalam pemuasan
kebutuhan siswa yang belum terpuaskan. Sedangkan kaitan antara prestasi
belajar dengan imbalan ( penilaian ) ialah tingkat keyakinan siswa
tentang hubungan antara prestasi belajarnya dengan hasil yang dicapai,
Dan yang dimaksud dengan kaitan antara usaha dan prestasi belajar adalah
persepsi pebelajar tentang kemungkinan bahwa usahanya akan menjurus
kepada prestasi belajar.
Dengan demikian maka siswa manpu membebasakan dirinya untuk menggunakan
gaya belajar sendiri, maju dalam kecepatannya sendiri, termotivasi
untuk mengembangkan bakat mereka dengan menggunakan kecerdasan majemuk
yang mereka sukai. Sebab sulit diingkari bahwa siswa memiliki keunikan
tersendiri, para siswa memiliki kecepatan yang berbeda-beda , begitu
pula motivasi , minat , dan bakat yang sangat bervariasi sekalipun
dengan pendekatan yang sesuai dengan keragaman itu dapat berpengaruh
positif terhadap perubahan sikap siswa .
Sikap adalah perilaku yang timbul sebagai tanggapan terhadap suatu
obyek baik itu sifatnya positif atau negatif. Sarwono ( 1996 )
mengatakan, sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak secara
tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sekalipun menurutnya, sikap dapat
bersifat positif atau negatif. Bagi siswa bersikap positif,
kecenderungan perilaku mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek
tertentu. Sedangkan Sikap negatif cenderung menjauhi, menghindari,
membenci atau tidak menyukai obyek tertentu. Perbedaan tersebut sebagai
akibat dari perkembangan siswa itu sendiri. Lain halnya Sutarno ( 1993 )
memandang bahwa; (1) sikap tidak dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk
oleh lingkungan sepanjang perkembangannya, (2) sikap dapat berubah-ubah
oleh karena itu sikap dapat dipelajari, (3) sikap tidak berdiri sendiri
melainkan selalu berkaitan dengan suatu obyek, (4) obyek suatu sikap
dapat tunggal dan jamak (5) sikap mengandung motivasi.
Berdasarkan pendapat tersebut, jelaslah bahwa sikap adalah suatu
tindakan terhadap suatu obyek sebagai akibat dari adanya korelasi antara
perasaan, keinginan, dan keyakinan untuk mencapai tujuan. Kaitannya
dengan motivasi belajar sangat erat. Sebab ketika siswa termotivasi
terhadap sesuatu maka cenderung berperilaku positif. Begitupula
pelajaran yang mereka hadapi maka secara pasti mereka mendekati,
kemudian tekun belajar. Whitehead dalam Johnson ( 2007 ) mengatakan
tidak akan ada perkembangan mental tanpa adanya motivasi. Karena
motivasi adalah dasar dari perhatian dan pemahaman karena didorong oleh
harapan untuk memperoleh kepuasan, kemudian melahirkan keterampilan.
Ketika siswa memiliki ketiganya maka mereka sudah pasti memiliki
kemandirian untuk mengaplikasikan kemanpuan mereka pada setiap kegiatan
baik kegiatan yang sifatnya individu maupun kegiatan kelompok. Sekalipun
motivasi itu bukan prestasi belajar tapi mempengaruhi proses untuk
mencapai prestasi belajar.
BELAJAR
Belajar menurut para ahli pendidikan adalah suatu proses perubahan
tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Ketika
kita sepakat dengan pengertian belajar merupakan suatu proses yakni
suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Yang menjadi hasil
dari belajar bukan hanya penguasaan hasil latihan tapi lebih penting
adalah perubahan tingkah laku. Karena belajar merupakan suatu perubahan
tingkah laku, maka diperlukan pembelajaran bermutu. menyenangkan dan
mencerdaskan siswa melalui pendekatan kontekstual. Karena CTL mengajak
para siswa membuat hubungan – hubungan yang mengungkapkan makna . Hal
inilah sehingga dikatakan CTL memiliki potensi untuk membuat para siswa
termotivasi untuk belajar ( Johnson 2007 ). Sehingga pada gilirannya
siswa disamping dapat memiliki pengetahuan yang mereka pelajari, dan
juga sekaligus mengerti penerapannya dalam situasi kehidupan nyata
mereka pada saat yang sama.
Menurut Usman ( 1996 ) dalam menciptakan kondisi belajar mrengajar
sedikitnya ditentukan oleh lima variable, yaitu: (1) menarik minat dan
perhatian siswa, (2) melibatkan siswa secara aktif, (3) membangkitkan
motivasi siswa, (4) perinsif individualitas, serta (5) peragaan dalam
pengajaran.
Berangkat dari ungkapan bahawa, belajar merupakan suatu proses
perubahan tingkah laku pada diri seseorang menuju perilaku lebih
baik. Suryabrata
( 2002 ) mengatakan bahwa belajar adalah proses terjadinya
perubahan dimana pebelajar memperoleh kecakapan baru melalui usaha
belajar tersebut. tentunya perubahan itu terjadi dalam bidang
keterampilan, kebiasaan, sikap positif , pengertian, pengetahuan atau
apresiasi. Begitupula Crombach dalam ( Suryabrata, 2002 ) learning in shown by a changes in behavior as a result of experience . Belajar menurutnya adalah mengalami kemudian dalam mengalami itu pebelajar memperagakan pancainderanya.
Dengan dasar tersebut sehingga wajarlah kalau dikatakan bahwa belajar
Pada hakekatnya adalah kegiatan manusia untuk mencari pengalaman dalam
usahanya untuk memecahkan persoalan-persoalan hidupnya, dalam bentuk
perubahan perilaku sebagai hasil dari proses belajar, baik terencana
maupun tidak terencana menuju kedewasaan. Freire ( 2007 ) mengatakan,
belajar adalah sebuah bentuk penemuan kembali ( reinventing ),
penciptaan kembali ( recreating ), penulisan ulang ( rewriting ), dan
merupaka tugas seorang subyaek, bukan obyek.
Winkel ( 1998 ) mengatakan bahwa belajar adalah suatu aktifitas mental /
psikis dalam interaksi aktif dengan lingkungan sebagai produsen
perubahan pengetahuan, pengalaman, keterampilan, dan nilai sikap,
sekalipun sifatnya relatif konstan dan berbekas. Lebih singkat lagi
ungkapan Roth ( alam pasaribu,1983 ) bahwa belajar dari segi ilmu
mendidik berarti perbaikan-perbaikan perilaku siswa dalam menuai
prestasi. Karenanya dengan belajar siswa akan mengalami perubahan dari
tidak tahu menjadi tahu.
Kaitannya dengan belajar ekonomi, siswa diharapkan memiliki pemikiran
kedepan, mampu beradaptasi dengan lingkungannya serta memiliki kemampuan
emosional (EQ). Makanya itu metode berpikir sistimatis dan
terstruktur dengan baik merupakan suatu kebutuhan. Hal ini penting dalam
menghadapi persaingan diberbagai aspek kehidupan. Proses pendewasaan
pemikiran terutama dalam pengambilan keputusan dan tanggung jawab
dibidang ekonomi, dan keuangan, baik ketika menjadi pelaku ekonomi
swasta, pemerintah, maupun organisasi masyarakat .
Pelajaran ekonomi pada SMA berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
siswa untuk berekonomi, dengan cara mengenal berbagai kenytaan dan
peristiwa ekonomi, memahami konsep dan teoiri serta berlatih memecahkan
masalah ekonomi yang terjadi dilingkungan masyarakat. ( Depdiknas 2001
). Untuk itu siswa diharapkan untuk mengetahui dan mengerti peristiwa
dan masalah ekonomi dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi
dilingkungan setingkat idividu / rumah tangga, desa kecamatan, kabupaten
,propinsi, nasional, regional dan internasional. Selain itu membekali
konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilu ekonomi, dan
nilai-nilai serta etka ekonomi baik untuk kepentingna pada jenjang
pendidikan selanjutnya, maupun utnuk kepentingan wirausaha.
Dilihat dari segi ketuntasan belajar, pelajaran ekonomi diharapkan
siswa dapat memahami peristiwa dan permasalahan dasar ekonomi dan
menentukan pilihan pemenuhan kebutuhannya dengan sumber daya tersedia.
Selajutnya memahami peristiwa ekonomi pokok ( produksi, konsumsi, dan
distribusi ) baik yang terjadi dilingkungan sekitarnya mauput
dilingkungan yang lebih luas. Begitupula konsep – konsep ekonomi yang
dibutuhkan untuk memperdalam ilmu ekonomi pada jenjang selanjutnya.
Terpenting lagi mampu mengidentifikasi permaalahan ekonomi yang terjadi
didaerahnya walupun secara sederhana, serta manpu mencari alternatif
pemecahannya, melalui aplikasi nilai-nilai etika ekonomi/bisnis dan jiwa
wirausaha yang mereka miliki. Oleh karena itu pemahaman kurikulum
mengenai misi, perspektif dan pendekatan masing-masing satuan kompetensi
dasar yang harus dicapai adalah merupakan tugas utama bagi setiap guru.
Bahkan sampai pada pengelolaan pembelajaran sesuai dengan potensi
daerah, kondisi sekolah, mendorong siswa agar lebih memamfaatkan
sumber-sumber belajar baik dilingkungan sekolah maupun lingkungan
masyarakat sekitarnya sebagaimana yang tertuang dalam hakekat
pembelajaran berbasis CTL. Sebab kematangan pemahaman konsep akan
mengarah pada pembentukan prilaku inovatif dan kreatif.
Melalui pelajaran ekonomi dengan pendekatan menemukan ( inqiry ), maka
siswa diharapkan mampu membentuk pola pikir sistimatis dengan proses
belajar terus menerus dan berkesinambungan sekalipun tampa dibimbing
oleh seorang pemandu atau guru. Disamping itu siswa diharapkan mampu
memahami dan menjeneralisasikan mengenai pola laku dan pola tindak yang
ada kaitannya dengan kehidupan mereka sehari – hari. Pada akhirnya
belajar ekonomi merupakan proses internal dengan mengarahkan segenap
potensi fisik, psikologis, sehingga melahirkan kemampuan dibidang
ekonomi guna memecahkan seluruh persoalan baik sekarang maupun masa
datang dengan harapan terjadinya suatu perubahan perilaku menuju
kedewasaan. Sekalipun harus disadari bahwa belajar terkadang dipengaruhi
oleh beberapa faktor.
Nasution ( 1993 ) memandang belajar itu bukanlah suatu aktifitas yang
berdiri sendiri, tapi ada unsur-unsur lain ikut terlibat baik secara
langsung maupun tidak langsung yakni; (1) faktor internal siswa terdiri
dari jasmani dan rohani, (2) faktor eksternal seperti kondisi
lingkungan, dan (3) faktor pendekatan belajar meliputi strategi dan cara
belajar. Keterkaitan dari seluruh faktor tersebut saling mempengaruhi
antara satu dengan lainnya, seperti siswa bersikap conserving terhadap
ilmu pengetahuan biasanya cenderung memilih pendekatan belajar paling
sederhana dan tidak mendalam. Berbeda dengan siswa progressif disertai
dengan dorongan orang tua secara positif akan memilih pendekatan belajar
lebih mementingkan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Dengan
demikian muncullah siswa kreatif, inovatif, berprestasi tinggi, atau
rendah, atau gagal sama sekali.
Keberagaman beberapa pengaruh baik itu dampaknya kecil maupun berdampak
besar, maka peran dan fungsi asfek internal akan membangkitkan semangat
bahwa kegiatan belajar ekonomi sebagai perwujudan dari gejolak
pribadinya, akan melahirkan motivasi untuk melaksanakannya. Pada sisi
eksternal agar lingkungan belajar siswa dapat mendukung terciptanya
suasana belajar efektip. Begitupula pendekatan belajar kearah
peningkatan kualitas proses pembelajaran, dan hasil belajar maksimal.
Sebab proses dan hasil ibarat dua sisi mata uang, manakala yang satu
tidak berfungsi maka sisi lainnya juga tidak bermakna. Begitupula proses
tanpa orientasi hasil maksimal maka secara pasti mereka tidak
termotivasi untuk belajar .
Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Akan tetapi siswa harus
mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Olehnya itu anak
belajar dari mengalami, yakni mencatat sendiri pola-pola bermakna dari
pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru. Makanya itu
para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu
terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu
persoalan (subject matter). Mengapa dikatakan demikian sebab
pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau
proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat
diterapkan. Suatu hal yang tak bisa diingkari bahwa manusia mempunyai
tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru. Karenanya dalam
pembelajaran,
siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu berguna
bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Bahkan proses belajar
diharapkan dapat mengubah struktur otak secara terus menerus seiring
dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan
seseorang.
Rukadjat ( 1973 ) mengatakan proses adalah cara-cara atau
langkah-langkah khusus untuk mencapai beberapa perubahan sesuai
keinginan dan kebutuhan. Oleh karena itu proses belajar berarti sebagai
suatu tahapan perubahan perilaku kognisi (keyakinan), afeksi
(perasaan), konasi (kecenderungan), kearah lebih baik dari sebelumnya.
Perubahan tersebut muncul melalui fase-fase antara satu dengan lainnya
bertahan secara berurutan dan fungsional.
Jerome s ( dalam Muhibbin 2000 ) berpendapat bahwa proses pembelajaran
siswa menempu tiga episode atau fase yakni; (1) tahap penerimaan materi,
(2) tahap pengubahan materi, (3) tahap penilaian materi pelajaran.
Tahapan penerimaan materi, seorang siswa sedang belajar memperoleh
sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Sementara
dalam materi tersebut disatu sisi berfungsi sebagai penambah ilmu.
Sisi lainnya berfungsi memperluas dan memperdalam ilmu pengetahuan
sebelumnya. Singkatnya, ada statis ada dinamis. Fase pengubahan materi
pelajaran, setelah menerima imformasi maka pebelajar menganalisis,
mengubah menjadi bentuk abstrak konseptual supaya kelak dapat
dimamfaatkan untuk kepentingan kemajuan pada masa datang. Tahap evaluasi
( penilaian ) siswa dapat menilai sendiri sampai sejauh mana
pengetahuan mereka peroleh dan tingkat kemampuan mereka dalam memecahkan
berbagai masalah baik sekarang maupun masa datang. Hal ini dapat
terwujud manakala imformasi yang diterima tersimpan kemudian mendapatkan
kembali pada saat mereka butuhkan.
PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Johnson
(2007), mengatakan bahwa hakekat pendekatan kontekstual terdiri dari
tiga kata yakni; makna, bermakna, dan dibermaknakan. Oleh karena itu
pengelolaan proses pembelajaran terutama guru sebagai petugas terdepan
diharuskan menempuh tujuh cara yakni: (1) pembelajaran berbasis
problem, (2) menggunakan konteks yang beragam, (3) mempertimbangkan
keberagaman siswa, (4) memberdayakan siswa untuk belajar mandiri, (5)
belajar melalui kolaborasi, (6) menggunakan penilaian autentik, (7)
mengejar standar tinggi .
Pendekatan
konkestual ini membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka. Dengan
model pembelajaran ini motivasi dan minat belajar siswa meningkat dan
hasil pembelajarannya diharapkan lebih bermakna bagi siswa.
Kedudukan guru dalam penerapan CTL adalah (1) mengembangkan pemikiran
bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya, (2)
melaksanakan sejauh mungkin kegiatan menemukan untuk semua topik, (3)
mengajukan pertanyaan guna mengembangkan sifat ingin tahu siswa, (4)
melakukan pembelajaran kelompok dalam rangka menciptakan masyarakat
belajar, (5) menunjukkan beberapa contoh, bahkan kalau perlu
menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran (6) melakukan refleksi
disetiap akhir pertemuan tiap siklus, (7) melakukan penilaian yang
sebenarnya, baik dalam proses maupun diluar proses agar supaya pebelajar
dapat merasakan makna dari pembelaajaran yang mereka lakukan.
PENDEKATAN MENEMUKAN ( INQUIRY )
Pembelajaran dengan pendekatan inquiry pada hakekatnya adalah merupakan
bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat
seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru
diharuskan selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan
menemukan, apapun materi yang diajarkan . Topik mengenai tenaga kerja
dan pembangunan ekonomi ditemukan sendiri oleh siswa, dan bukan menurut
buku. Akan tetapi melalui observasi ( observation ), bertanya ( questioning ), mengajukan dugaan (hipothesis ), pengumpulan data ( data gathering ), dan penyimpulan ( conclussion )
Dirjen Dikdasmen ( 2003 ) Tertulis bahwa pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh siswa bukan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta,
tetapi hasil dari menemukan sendiri. Olehnya itu suatu keharusan bagi
guru dalam merancang pembelajaran khususnya pembelajaran ekonomi merujuk
pada kegiatan menemukan, baik cara penyelesaian soal-soal ekonomi
didalam buku referensi yang berkaitan dengan permasalahan yang mereka
hadapi, maupun mencocokkan kunci jawaban yang disediakan oleh guru pada
setiap buku referensi.
Roestiyah ( 2001 ) mengatakan, agar siswa terangsang oleh tugas, dan
aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari
sumber sendiri, dan mereka belajar bersama dalam kelompok. Selain tiu
diharapkan siswa mampu mengemukakan pendapatnya dan merumuskan
kesimpulan nantinya. Apatah lagi kalau diharapkan mereka mampu berdebat,
menyanggah dan mempertahankan pendapatnya yang benar. Maka pelaksanaan inquiry menurut Rostiyah ( 2001 ) sebagai
berikut: ( 1 ) guru mempersiapkan permasalahan yang akan dikaji di
kelas, ( 2 ) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing – masing
kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan, kemudian
mereka mempelajari, meneliti atau membahas tugasnya didalam kelompok, ( 3
) Setelah hasil kerja kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan
yang tersusun dengan baik, ( 4 ) Akhirnya hasil kerja kelompok
dilaporkan ke sidang pleno, dan terjadilah diskusi secara luas, ( 5 )
Dari sidang plenolah kesimpulan akan dirumuskan sebagai kelanjutan hasil
kerja kelompok. Kesimpulan terakhir bila masih ada tindak lanjut yang
harus dilaksanakan.
Adapun keunggulan pendekatan inquiry menurrut Roestiyah ( 2001 ) adalah : ( 1 ) dapat membentuk dan mengembangkan “sel – consept”
pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar
dan ide – ide lebih baik, ( 2 ) membantu dalam menggunakan ingatan dan
transfer pada situasi proses belajar yang baru, ( 3 ) mendorong siswa
untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikaf
obyektif, jujur, dan terbuka, ( 4 ) mendorong siswa untuk berpikir
intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri, ( 5 ) memberi kepuasan yang
bersifat intrinsik,( 6 ) situasi proses belajar menjadi lebih
merangsang, ( 7 ) dapat mengembangkan bakat atau kecakapan indifidu, ( 8
) memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri, ( 9 ) siswa dapat
menghindari siswa dari cara – cara brelajar yang tradisional, ( 10 )
dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
PENDEKATAN INQUIRY DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI
Berdasar dari uraian tersebut maka langkah - langkah pelaksanaan kegiatan menemukan ( inquiry )
sebagai berikut: (1) merumuskan masalah upaya perluasan kesempatan
kerja, peningkatan kualitas kerja, pembangunan ekonomi, dan pertumbuhan
ekonomi, (2) mempersiapkan soal – soal dengan kunci jawaban, siswa
mengamati atau melakukan observasi mengenai kunci jawaban tersebut
diberbagai buku ekonomi yang berkaitan dengan permasalahan, dan kunci
jawaban,(3) Guru membagi kelas dalam
beberapa kelompok heterogen, (4) Guru menjelaskan maksud pembelajaran
dan tugas kelompok, (5) Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi
tugas sehingga satu kelompok mendapat tugas satu materi, (6)
Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif
berisi penemuan, baik di kelas maupun diperpustakaan untuk
pembelajaran ekonomi, (7) siswa menganalisis bersama kelompoknya dan
menyajikan hasil kerjanya dalam tulisan, gambar mengenai prosedur
perluasan keempatan kerja, peningkatan kualitas kerja, faktor – faktor
pendorong / penghambat pembangunnan dan pertumbuhan ekonomi, (8) Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil pembahasan kelompok, (9) pebelajar
membuat laporan dan mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya
kelompok pada teman sekelas, (10) Guru, peneliti silih berganti
mengamati, membimbing, dan memotivasi siswa untuk mengusulkan pendapat,
(11) Guru memberikan penjelasan singkat
sekaligus memberi kesimpulan, (12) Evaluasi, untuk mengetahui sejauh
mana tingkat pemahaman siswa dari hasil pembelajaran tersebut. (13)
Penutup; setiap akhir pertemuan guru menyisakan waktu untuk
meminta tanggapan mengenai kegiatan ( refleksi ) pembelajaran yang baru
saja dialami.
Adapun penelitian sebelumnya adalah Bisa
Agus (2002) penelitiannya, dengan judul pengaruh latar belakang
pendidikan dan motivasi belajar terhadap tingkat keterampilan
teknik pada siswa BLK 1 Makassar, bahwa motivasi belajar berpengaruh
positif dan signifikan terhadap tingkat keterampilan teknik
siswa BLK 1 Makassar. Selanjutnya Khotimah (2002) dalam kajiannya
mengenai pengaruh partisipasi orang tua dan motivasi belajar belajar
terhadap prestasi belajar siswa Madrasah Aliyah Negeri Kab. Tulung
agung dengan salah satu kesimpulannya terdapat pengaruh positif dan
signifikan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian, Penelitian
ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan tindakan kelas (PTK)
dengan istilah Classroom Action Research (CAR) karena penelitian
kualitatif, maka penelitian ini didasarkan pada data alamiah berupa
kata-kata dalam mendeskripsikan obyek terteliti. Penelitian ini dilaksanakan SMA Negeri 2 Bantaeng Propinsi Sulawesi Selatan semester ganjil tahun ajaran 2008/2009, sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP ). Dengan subyek; siswa kelas XI IPS 2 semester ganjil SMAN. 02 Bantaeng yang jumlahnya 42 orang sebagai sumber data. Selain itu guru dan peneliti bersama kolaborator. Kelas ini dipilih karena baik tingkat kemampuan akademik meupun latar belakang sosial kehidupannya siswa sangat heterogen.
Selajutnya, variabel yang akan diselidiki adalah motivasi belajar, dan hasil belajar dengan pendekatan inquiry dengan pokok bahasan ketenagakerjaan, pembangunan ekonomi, dan pertumbuhan ekonomi. Dengan definisi operasional; (1)
Motivasi adalah dorongan baik dari dalam maupun dari luar untuk
belajar sehingga terjadi suatu proses menuju peningkatan hasil belajar,
(2) Belajar Pada hakekatnya adalah kegiatan manusia untuk mencari
pengalaman dalam usahanya untuk memecahkan persoalan-persoalan
hidupnya, agar kelak akan mengantar indifidu kearah kedewasaan, (3)
Hasil belajar adalah perolehan nilai dari proses belajar pada setiap
mata pelajaran atau setiap pokok bahasan yang diwujudkan dengan nilai
huruf atau angka, (4) Pembelajaran dengan pendekatan inquiry pada
hakekatnya adalah merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil
dari menemukan sendiri.
Adapun tekhnik pengumpulan data adalah, Melalui
siklus – siklus tersebut, pengumpulan data digunakan tekhnik observasi ,
wawancara , dan lembar kerja siswa(LKS), dan mencari jawaban pada buku
referensi ekonomi yang relevan diperpustakaan. Selain itu melalui observasi
dengan langkah-langkah; (1) pengamatan terhadap aktivitas kearah
peningkatan motivasi dan pemahaman terhadap pentingnya mengetahui
angkatan kerja, tenaga kerja, ksempatan kerja, kualitas kerja,
pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi (2) pengamatan terhadap keingin
tahuan siswa terhadap tenaga kerja dan pembangunan, pertumbuhan
ekonomi, (3) pengamatan terhadap aktivitas dalam kesiapan mewakili
kelompok dalam penyajian hasil kerja kelompok dalam sidang pleno, (4)
pengamatan terhadap kegiatan diskusi kelompok pada saat pembahasan dan
pengkajian kunci jawaban yang ditugaskan, (5) pengamatan terhadap
kegiatan pengumpulan data mengenai kesempatan kerja dan kualitas kerja
yang telah ditugaskan, (6) pengamatan terhadap kegiatan pada saat kerja
kelompok. (7) pengamatan pada saat mengembangkan konsep dalam menjawab
pertanyaan dari kelompok lain.
Pelaksanaan
observasi dilaksanakan berdasarkan langkah tindakan pembelajaran pada
tiap tahap. Urutan langkah tersebut, pengamatan terhadap beberapa
kegiatan yakni; (1) pada saat diskusi mengenai pengertian tenaga kerja
dan kualitas tenaga kerja, (2) diskusi mengenai perbedaan mendasar
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi, (3) upaya mengatasi
pengangguran, (4) langkah – langkah untuk meningkatkan kualitas kerja,
(5) memeriksa hasil kerja kelompok, (6) pemeriksaan hasil kerja individu
yang ditugaskan oleh guru .
Tekhnik wawancara dilakukan terhadap siswa dan guru dikelas. Wawancara
diarahkan untuk melengkapi data observasi, meminta tanggapan siswa dan
guru pada setiap tahap kegiatan pembelajaran ekonomi. Pada tahap kerja
kelompok dalam menyelesaikan LKK. Wawancara tersebut difokuskan pada
tanggapan siswa tentang; (1) apresepsi dan motivasi, tanya jawab
mengenai pengertian tenaga kerja, kualitas tenaga kerja, pembangunan
ekonomi, pertumbuhan ekonomi, (2) pemahaman terhadap pentingnya untuk
mengetahui dmpak pengangguran terhadap pertumbuhan ekonomi, pembangunan
ekonomi, (3) penulisan terhadap jenis pekerjaan yang tersedia baik
formal maupun nonformal yang ada di Kab. Bantaeng, (4) pembuatan urutan
pekerjaan yang telah disebutkan.
Wawancara difokuskan pada; (1) tanggapan mengenai hasil kerja kelompok
lain, (2) merevisi sendiri hasil kerja kelompoknya bersama guru
pembimbing dan peneliti, (3) menuliskan kembali hasil revisi.
Studi dokumentasi mengenai rencana pembelajaran guru, dan memeriksa
hasil pekerjaan siswa. Penugasan, penyajian hasil kerja kelompok melalui
pleno. Untuk menilai sejauh mana motivasi siswa terhadap pembahasan
masalah yang telah ditugaskan. Penugasan dimulai dari tahap untuk
menemukan bahasan yang sesuai dengan kunci jawaban dari soal dan jawaban
yang ditugaskan, tekhnik penugasan dengan menggunakan instrumen berupa
lembaran yang terdiri dari: (1) lembar soal dan kunci jawaban yang akan
dibahas didalam buku referensi diperpustakaan, (2) lembar kerja siswa
(LKK. 1 ) mengenai Kesempatan kerja, (3) LKK 2 mengenai peningkatan
kualitas tenaga kerja, (4) LKK 3, pembangunan ekonomi ( 5 ). LKK 4. Mengenai pertumbuhan ekonomi .
Adapun alat pengumpulan data; (1)
pedoman observasi adalah format khusus sebagai pedoman untuk memperoleh
data dari dokumen tertulis, proses pembelajaran maupun hasil belajar.
(2) Pedoman wawancara adalah format untuk memperoleh data atau
memperoleh klarifikasi dari guru tentang data-data yang dianggap belum
jelas. Format ini juga digunakan untuk meminta tanggapan siswa tentang
proses pembelajaran yang telah dilaksanakan atau untuk meminta
klarifikasi tentang hal-hal yang belum terekam dalam format observasi,
(3) lembar kerja siswa (LKS) adalah format khusus untuk mengerjakan soal
latihan, (4) lembar soal beserta kunci jawaban untuk dicocokkan, dan
dibahas melalui buku referensi ekonomi yang relevan dengan
permasalahan.
Untuk
melihat keabsahan sebuah data penelitian, maka setiap peneliti
diharuskan mempersiapkan instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur
output dari proses. Oleh karena itu peneliti dan kolaborator saling
mengecek/ menilai kemudian memutuskan manpu dengan tepat mengukur apa
yang hendak diukur ( validitas ), dan konsisten ( reliabilitas ) atau
tidak alat pengumpul data dalam penelitian. Makanya proses kolaborasi
dalam penelitian senantiasa dimantafkan. Selain itu dengan menggunakan
berbagai sumber data guna meningkatkan kualitas penelitian yakni; data
dari guru, data dari siswa itu sendiri baik dalam proses maupun diluar
proses pembelajaran. Selanjutnya kritikan setiap siklus sebagai refleksi
tetap dipertahankan guna peningkatan mutu pengambilan keputusan.
Kemudian terpenting lagi manakala peneliti memang betul-betul ingin
melakukan suatu perubahan baik dari segi proses pembelajaran maupun
peningkatan hasil belajar siswa .
Setelah
data terkumpul maka dilanjutkan dengan menyeleksi data guna memperoleh
data yang valid dan reliabel yakni: menentukan relevansi dengan masalah
yang ingin dipecahkan dengan harapan agar dalam menganalisis hasil PTK
tidak menyulitkan peneliti, atau dapat menghasilkan kesimpulan yang
dapat dipercaya.
Adapun tekhnik
analisa data menurut Miller & Herman dalam aqib (2006) digunakan
model alur, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Tahapan analisa data tersebut dapat terjadi secara bersamaan
dan berulang selama penelitian dan sesudah tindakan penelitian
dilakukan . Begitupula Zuriah Nurul ( 2003 ) penggunaan analisis
statistik dalam rangka memberikan gambaran tentang data hasil penelitian
kualitatif melalui pemberian skor. Terutama untuk mengetahui motivasi
belajar, hasil belajar, ketepatan dalam menyelesaikan tugas – tugasnya
baik kelompok maupun perorangan, ketepatan waktu menyetor pekerjaan
rumah , serta keaktifan siswa baik dalam proses maupun diluar proses
pembelajaran dengan melihat catatan ekonomi terutama pokok bahasan yang
menjadi obyek kajian .
Reduksi
data dilakukan setelah data dikumpulkan melalui kegiatan observasi,
penugasan, dan wawancara. Kemudian dilanjutkan dengan penyeleksian (
reduksi ), pengkodean, dan pengklasifikasian data. Data
yang terkumpul diseleksi sehingga diperoleh data yang valid sesuai
dengan tahapan pelaksanaan tindakan. Data – data yang valid, relevan
dengan masalah penelitian dianalisis guna pengambilan kesimpulan.
Untuk
memudahkan proses analisa data, maka setelah diseleksi sesuai dengan
perolehan data dan diberi kede. Hanya saja harus disadari bahwa
pengklasifikasian dan pemberian kode data diatur sesuai dengan jenis
data perolehan . Pengklasifikasian dan pemberian kode tersebut : (1)
data proses penyajian materi ekonomi diberi kode (pros. Peny. M.A) ,
tahap pembentukan kelompok diberi kode (pemb.klpk ), data proses kerja
kelompok (pros.kerj.klpk) , dan (2) data peleno hasil kerja kelompok (
pen.yang hk.klpk) , data pemberian tanggapan terhadap penyajian
kelompok lain ( penilaian sejawat ) diberi kode ( penil.sej.).
Kegiatan
reduksi data terhadap semua data perolehan dari seiap tindakan
penelitian. Acuan pereduksian data adalah masalah penelitian dan sesuai
dengan kebutuhan data, sebab untuk menjelaskan masalah terteliti.
Setelah reduksi data, serta penetapan data terpilih, kemudian disajikan melalui pemaparan seluruh data terpilih. Pada tahapan ini, data penelitian sudah terorganisir dalam bentuk satuan-satuan imformasi sesuai dengan jenis masalah.
Penulisan,
penyajian, dan penilaian disajikan secara terstruktur dan sistimatis.
Selain itu tergambar pula perkembangan kemampuan siswa dalam proses
pembelajaran ekonomi pada pokok bahasan tenaga kerja, petumbuhan
ekonomi, dan pembangunan ekonomi. Begitupula kesulitan, serta hambatan
selama proses pembelajaran baik siswa, maupun guru. Sungguh pun demikian
sangat diharapkan penyajian data secara cermat agar penarikan
kesimpulan, peneliti tidak mengalami kesulitan. Refleksi data pada
sajian tiap siklus menjadi dasar utama bagi penyempurnaan pelaksanaan
tindakan pada siklus selanjutnya.
Penarikan kesimpulan dilakukan dengan cara penafsiran makna penyajian data. Oleh
karena itu agar kesimpulan tidak terlalu melenceng keluar dari harapan
maka sebelum kesimpulan akhir peneliti melakukan kesimpulan sementara.
Hasil penafsiran makna data tersaji akan diverifikasi melalui pengujian keabsahan data untuk memperoleh simpulan akhir agar dapat dipercaya sesuai dengan ketentuan. Jelasnya rambu-rambu analisis data disesuaikan dengan jenis dan sumber data yang akan dianalisis.
Berdasar
dari hasil pengelompokan data negatif dari pebelajar, ternyata
ditemukan bahwa siswa di kelas tesebut disinyalir motivasi belajarnya
rendah yang diakibatkan dari pendekatan dalam pembelajaran ekonomi
kurang variatif.
Adapun indikator kinerja pada penelitian kali ini dengan indikator keberhasilan siswa; (1) sekurang-kurangnya 70 % siswa termotivasi belajar ekonomi, (2) suasana kelas konsusif untuk pembelajaran ekonomi, (3) sekurang-kurangnya 90 % siswa mengumpulkan hasil tugas PR (4) sekurang-kurangnya 85 % siswa mendapat nilai dari tugas yang dikerjakan,(5) sekurang-kurangnya 85% siswa mendapat nilai ulangan harian 65 keatas (rata-rata 6,5).
Selain itu indikator keberhasilan guru adalah: (1) Guru menyusun skenario pembelajaran,(2) menyusun pedoman observasi (3)menyusun pedoman wawancara, (4) menyusun LKS/LKK (5) menentukan bentuk soal, (6) menentukan berapa pertemuan tiap siklus, dan berapa siklus yang akan ditempuh,(7) menentukan jadwal kegiatan, dan pendekatan dalam pembelajaran, (8) melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan inquiry dalam pembelajaran ekonomi.
Adapun prosedur pengumpulan data penelitian melalui (1) studi pendahuluan, (2) perencanaan tindakan, (3) pelaksanaan tindakan, (4) pengamatan, (5) evaluasi dan (6) perefleksian. Prosedur tersebut dilaksanakan berdaur ulang (siklus), yang dilakukan dalam tiga siklus. Tiap siklus tiga kali pertemuan.
Selain itu indikator keberhasilan guru adalah: (1) Guru menyusun skenario pembelajaran,(2) menyusun pedoman observasi (3)menyusun pedoman wawancara, (4) menyusun LKS/LKK (5) menentukan bentuk soal, (6) menentukan berapa pertemuan tiap siklus, dan berapa siklus yang akan ditempuh,(7) menentukan jadwal kegiatan, dan pendekatan dalam pembelajaran, (8) melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan inquiry dalam pembelajaran ekonomi.
Adapun prosedur pengumpulan data penelitian melalui (1) studi pendahuluan, (2) perencanaan tindakan, (3) pelaksanaan tindakan, (4) pengamatan, (5) evaluasi dan (6) perefleksian. Prosedur tersebut dilaksanakan berdaur ulang (siklus), yang dilakukan dalam tiga siklus. Tiap siklus tiga kali pertemuan.
Setelah dilakukan pengkajian reflektif yang didasar pada pendapat guru,
dan melakukan kajian teoritis, maka ditetapkan tindakan untuk
meningkatkan motivasi siswa dalam belajar ekonomi dengan pendekatan inquiry. Kegiatan ini dilaksanakan akhir juli 2008 di kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Bantaeng.
.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A . Hasil Penelitian
Pelaksanaan
tindakan kelas dilakukan setelah instrumen penelitian telah
dipersiapkan . Instrumen tersebut diantaranya lembar observasi kegiatan
pembelajaran, baik lembar observasi siswa , maupun lembar observasi guru
.Pelaksanaan tindakan dibagi dalam tiga siklus secara berkelanjutan .
1. Deskripsi kondisi awal siswa
Deskripsi kondisi awal responden atau subyek penelitian ini meliputi :
jenis kelamin , motivasi belajar siswa , serta hasil belajar siswa
kelas XI IPS.2 SMA Negeri 2 Bantaeng tahun ajaran 2008/2009 semister
ganjil
a. Jenis kelamin
Berdasar data yang dihimpun melalui absen kelas, diperoleh jumlah responden 42 orang siswa kelas XI IPS.2
yang dijadikan sebagai subyek penelitian kali ini . Kemudian dari 42
orang tersebut 30 orang siswa ( 71,43 persen ) jenis kelamin laki-laki
dan 12 orang siswa (28,57 persen) jenis kelamin perempuan.Ternyata
setelah dilakukan pengecekan ulang ada 4 orang sejak naik kelas XI IPS
mereka tidak pernah muncul ,tidak lama kemudian setelah dikonsultasikan
bersama wali kelasnya maka dinyatakan bahwa siswa tersebut pindah .
b. Motivasi Belajar
Berdasar dari hasil wawancara mengenai materi pelajaran ekonomi
ternyata sebagian besar masih menganggap bahwa pelajaran tersebut tidak
terlalu penting terutama pada pokok bahasan ketenaga kerjaan dan
pembangunan ekonomi . Hal ini lebih dibuktikan lagi hasil pre tes
menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa masih sangat rendah .
Begitupula tingkat pemahaman mengenai pokok bahasan tersebut . Terbukti
ketika ditanyakan mengenai pentingnya peningkatan kualitas tenaga kerja
dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi mereka pasif . Apalagi ketika
diberi tugas untuk mencari permasalahan pembangunan dibeberapa buku
ekonomi diperpustakaan mereka menganggap sebuah penyiksaan . Selain itu
tes tertulis dari 5 nomor pertanyaan hanya 1 nomor yang mampu dijawab
dengan benar. Selebihnya masih belum mampu dijawab dengan benar.Agar
lebih jelas perhatikan tabel 1 berikut.
Tabel 1.Deskripsi hasil belajar studi pendahuluan
NO
|
Interval
|
Kategori & Simbol
|
F
|
%
|
1
2
3
4
5
|
86 - 100
76 - 85
66 - 75
56 ---65
0 - 55
|
Amat Baik (A)
Baik (B)
Cukup (C)
Kurang (D)
Kurang sekali (E)
|
0
0
2
4
32
|
0
0
5,3
10,5
84,2
|
Jumlah
|
38
|
100,0
|
Gambaran tersebut diatas menunjukkan bahwa 32 orang (84,21 persen) masih memiliki nilai kurang sekali , 4 orang (10,5 persen ) kurang . Sedangkan rata-rata hasil belajar 4,8 alias lebih rendah dari nilai enam < 6.
Setelah selesai pengecekan secara keseluruhan maka peneliti
bersama kolaborator bekerja sama untuk menyusun instrumen yang terdiri
dari ; lembar observasi, skenario pembelajaran, dan lembar kerja
kelompok (LKK). Kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan yang
dibagi menjadi tiga siklus. Tiap siklus terdiri tiga kali pertemuan
secara berdaur ulang.
Pada awal tindakan guru adalah ; (1) memperkenalkan bagaimana cara
menemukan sendiri ( inquiry ) masalah dalam pembelajaran ekonomi kepada
siswa , (2) mengajak siswa agar mengikuti kegiatan belajar mengajar
dengan pendekatan inquiry dengan selalu kritis , kreatif dalam memahami
konsep ketenagakerjaan terutama pada peningkatan kualitas tenaga kerja ,
(3) membimbing siswa agar dapat memahami konsep tenaga kerja dan
kualitas tenaga kerja yang disajikan guru dengan menggunakan pendekatan
inquiry , (4) memberi kesempatan siswa untuk mengemukakan ide-ide , dan
pertanyaan pada setiap bahasan yang belum jelas , (5) tidak terlupakan
selingan variasi bahasa guna mengurangi ketegangan siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran . Selain itu peneliti dan kolaborator bersifat
ramah , sabar , komunikatif , penuh perhatian terhadap siswa yang
mengalami kesulitan dalam belajar, (6) memberi pujian kepada siswa yang
berhasil memahami suatu permasalahan atau memjawab dengan benar
pertanyaan guru , begitupula memberi semangat bagi siswa yang belum
berhasil , (7) menugaskan siswa untuk bekerja mandiri dengan menggunakan
soal – soal yang sudah tersedia kunci jawabannya untuk dicocokan
pembahasannya pada buku ekonomi yang telah ditentukan , dan bahasan
tenaga kerja , kualitas tenaga kerja , pertumbuhan ekonomi , dan
pembangunan ekonomi . Siswa diminta secara aktif terlibat dalam proses
pembelajaran , dan bukan hanya penerima imformasi secara pasif .
2.. Siklus pertama .
Pada
siklus ini , tindakan kelas guru membuat skenario pembelajaran agar
motivasi siswa senantiasa meningkat sesuai dengan harapan , selain itu
guru berusaha bersikap rama , komunikatif , sabar , dan simpati terhadap
siswa . Dengan pendekatan iquiry guru senantiasa berupaya
mengoptimalkan kegiatan belajar guna peningkatan motivasi belajar siswa ,
dan siswa dapat mencari , mengolah sendiri melalui buku referensi
ekonomi diperpustakaan . Kemudian hasil kajiannya didiskusikan bersama
kelompoknya . Dengan meningkatnya motivasi , kreatifitas siswa , maka
pada gilirannya siswa akan lebih mudah memahami serta menerapkan konsep
ketenagakerjaan dan pembangunan , baik pada pokok bahasan tenaga kerja ,
kualitas tenaga kerja , pertumbuhan ekonomi , pembangunan ekonomi
.maupun pada pokok bahasan lainnya . Sehingga pada gilirannya hasil
belajar ekonomi akan ikut meningkat .
Perencanaan tindakan
;(1) Siswa akan diminta belajar dari teman melalui kerja kelompok ,
diskusi , saling mengoreksi dalam kelompok untuk mengerjakan LKKS
tenaga kerja dan kualitas kerja , (2)Guru akan membagikan LKKS kepada
tiap kelompok , (3) Guru akan mengamati proses berlangsungnya belajar
kelompok , (4)Guru akan membuat catatan pribadi ( catatan lapangan ),
(5) Guru akan memberikan tes kepada siswa
Pelaksanaan tindakan 26 jjuli 2008 ,
semua kegiatan yang direncanakan dapat dilaksanakan dalam pembelajaran.
Dilihat dari segi siswa , motivasi belajar mulai meningkat , hal ini
dibuktikan bahwa perhatian siswa tertuju pada imformasi guru mengenai
tujuan , dan manfaat pendekatan inquiry dalam rangka
pendewasaan berpikir siswa . Beberapa siswa mulai aktif dengan
menanggapi pertanyaan atau mengajukan pertanyaan . Sekalipun pada siklus
pertama ini volume siswa untuk mengajukan pertanyaan mengenai ekonomi
masih sedikit . Terbukti dari hasil pengamatan mengenai keaktifan siswa
dalam menanggapi hasil kerja kelompok pada saat peleno dengan
pendekatan inquiry sebagai berikut ;
Tabel 2. keaktifan siswa dalam menanggapi hasil kerja kelompok pada saat peleno Siklus I
NO
|
Keaktifan & Simbol
|
F
|
%
|
1
2
3
4
|
Aktif (A)
Cukup Aktif (CA)
Kurang aktif (KA)
Tidak aktif (TA)
|
3
10
19
6
|
7,89
26,32
50.00
15,79
|
Jumlah
|
38
|
100,0
|
Berdasar
dari tabel 2 mengenai keaktifan siswa dalam menanggapi hasil kerja
kelompok masih bervariasi siswa aktif barulah 3 orang ( 7,89 persen )
dari 38 siswa , sedangkan cukup aktif 10 orang ( 26,32 persen )dari 38
siswa , dan kurang aktif sebanyak 19 orang ( 50 persen ) dari 38 siswa ,dan tidak aktif 6 orang (15,79 persen) karena mereka tidak hadir .
Selanjutnya mengenai penyelesaian tugas – tugas PR juga mengalami hal serupa terlihat pada tabel berikut :
Tabel. 3 . Keaktifan siswa dalam menyelesaikan tugas PR pada siklus 1
NO
|
Siswa yang menyetor tugas PR
|
F
|
%
|
1
2
3
|
Tepat waktu (Tw)
Terlambat (TL)
Tidak menyetor(TM)
|
6
10
22
|
15,79
26,32
57,89
|
Jumlah
|
38
|
100
|
Melihat tabel 3 diatas , 22 orang siswa (57,89 persen) tidak menyetor tugas PR , dari 22 orang tersebut 6 orang memang tidak ikut pembelajaran .Sedangkan
10 orang (26,32 persen) terlambat , menyetor tepat waktu 6 orang (
15,79 persen ) . Dari 16 tugas yang disetor tersebut mendapat nilai
masih bervariasi , terdapat 3 orang (18,75) persen bernilai baik , 9 orang (56,25) persen memperoleh nilai cukup , 1 orang ( 8,25
) persen dari 16 orang , sedang mendapat nilai sangat kurang 3 orang (
18,75 ) persen dari 16 siswa , hal ini terlihat sebagai berikut :
Tabel 4 . Distribusi Frekwensi nilai tugas PR yang disetor .Siklus I
NO
|
Interval
|
Kategori &Simbol
|
f
|
%
|
1
2
3
4
5
|
86 -100
76 - 85
66 - 75
56 - 65
0 - 55
|
Amat Baik (A)
Baik (B)
Cukup (C)
Kurang (D)
Kurang sekali (E)
|
0
3
9
1
3
|
0
18,75
56,25
8,25
18,75
|
Jumlah
|
16
|
100,00
|
Rata-rata nilai 69,75 (6,98)
Pengamatan,
berdasarkan dari catatan di lapangan pada saat berlangsungnya
pembelajaran dengan yang main-main sambil melihat kelompok lain pada
saat mendiskusikan hasil kajian kelompoknya diperpustakaan . Sementara
itu seorang siswa pasif, karena ia murid terlambat hadir dikelas
sehingga informasi awal tidak dimengerti . Begitupula ketidak aktifan
yang lainnya karena mereka senantiasa diliputi keragu – raguan atau
takut salah . Olehnya itu Guru memotivasi supaya aktif berinteraksi
dengan kelompoknya . Pada setiap kelompok paling antusias menyelesaikan
tugas rata-rata 2-3 orang . Sedangkan anggota yang lain cukup aktif
apabila diawasi oleh guru . sebagian besar siswa belum aktif .
Kendatipun pada umumnya setuju dengan model pembelajaran dengan
pendekatan inquiry dalam pembelajaran ekonomi , dan bahkan ada
juga agar pendekatan tersebut tersebut digunakan untuk seluruh mata
pelajaran selain mata pelajaran ekonomi . Agar mereka lebih terbiasa
menemukan sendiri pemecahan masalah yang mereka hadapi . Pengamatan diluar belajar kelompok,
yaitu guru memeriksa buku catatan masing-masing siswa setelah penyajian
materi. Ternyata ada 2 orang siswa (4,76) persen yang tidak mencatat
dengan alasan tidak ada pulpen . Sedangkan siswa yang aktif mencata sebanyak 14 orang (36,8) persen, cukup aktif 16 orang (42,1) persen , kurang aktif 2 orang (5,3) persen , tidak aktif 6 orang (15,8) persen .
Agar lebih jelas mengenai keaktifan siswa mencatat materi pelajaran, lihat tabel 5.Sebagai berikut :
Tabel .5. Keaktifan Siswa Mencatat pada Siklus 1.
No
|
Keaktifan Siswa Mencatat
Materi Pelajaran
|
F
|
%
|
1
2
3
4
|
Aktif (A)
Cukup aktif (CA)
Kurang aktif (KA)
Tidak ada catatan (TA)
|
14
16
2
6
|
36,8
42,1
5,3
15,8
|
Jumlah
|
38
|
100,0
|
.
Dilihat dari segi guru , hasil pemantauan oleh kolaborator dengan lembar observasi guru (LOG) menunjukkan bahwa pendekatan inquiry yang
disajikan belum mampu membangkitkan motivasi siswa untuk aktif dan
kreatif , dan bersemangat dalam mengikuti KBM . Hal ini disebabkan
karena pendekatan tersebut yang dilakukan oleh guru untuk mengantar
materi pembelajaran masih kurang dipahami oleh pebelajar mengenai makna
dari kegiatan tersebut atau masih bercorak memaksakan , dan belum
menjadi sebuah motivasi . Guru belum menunjukkan bimbingan yang optimal
sebagai usaha untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dengan
menggunakan pendekatan inquiry . Pada tahap ini guru sudah mulai
membantu siswa mebahas suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan
.Mengenai pemahaman ekonomi , dengan PTK dengan pendekatan menemukan
dalam upaya peningkatan motivasi belajar ekonomi siswa , telah
mengantarkan siswa hanya sampai pada nilai rata-rata 5,92. Untuk itu
perolehan nilai hasil ulangan harian dapat dilihat pada tabel 6 sebagai berikut: :
Tabel.6. Distribusi Frekuensi Data Perolehan Nilai ulangan harian Siswa pada Siklus 1.
NO
|
Interval
|
Kategori
|
F
|
%
|
1
2
3
4
5
|
87 - 100
76 - 85
66 - 75
56 ---65
0 - 55
|
Amat Baik (A)
Baik (B)
Cukup (C)
Kurang (D)
Kurang sekali (E)
|
0
0
2
17
13
|
0
0
6,25
53,12
40,63
|
Jumlah
|
32
|
100,0
|
Rata-rata nilai 59,22 (5,92)
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang ada 17 orang (53,12 persen) dari 32 siswa . Sekalipun jika dibanding dengan nilai awal hanya rata – rata 4,8 . Sementara siklus pertama ini mengalami peningkatan menjadi 5,92
Refleksi , berdasarkan
hasil pelaksanaan dan pengamatan pada siklus 1 ditemukan kegagalan,
yaitu : (1) pada saat pembentukan kelompok kelas menjadi ribut , (2)
Dilihat dari keaktifan dalam menanggapi hasil kerja kelompok pada saat
peleno hasil kajian kelompok , siswa yang tidak aktif ada 6 orang
(15,79 persen) dari 38 orang siswa , kurang aktif 19 orang (50 persen)
dari 38 siswa , (3) Dilihat dari keaktifan siswa dalam menyelesaikan
tugas PR terlihat 22 orang siswa (57,9 persen) tidak menyetor tugas PR ,
dengan demikian yang menyetor hanya 16 0rang ( 42,1 persen ) dari 38
0rang siswa , (4) Dari 16 orang siswa menyetor tugas mendapat nilai
baik 3 orang ( 7,9 persen ) dari 16 orang . Mendapat nilai cukup 9 orang ( 23,7 persen ) dari 16 orang . Sementara 1 orang (2,6
persen ) dari 16 orang memperoleh nilai kurang . Sedang 3 orang ( 7,9
persen ) dari 16 orang memperoleh nilai sangat kurang . Dilihat dari
keaktifan mencatat materi yang diberikan , siswa yang kurang aktif
mencatat 2 orang ( 5,3 persen ) dari 38 siswa , tidak mencatat sama
sekali 9 orang ( 23,7 persen ) , (5) Dilihat dari perolehan nilai
ulangan harian, siswa yang memperoleh nilai cukup (66 – 75) ada
2orang(6,3 persen), tetapi memperoleh nilai kurang (56 – 65) ada 17
orang siswa (53,13 persen) dari 32 siswa . Sedangkan nilai sangat kurang (0-55) sebanyak 13 orang (40,6 persen) dari 32 orang siswa . Hal ini terlihat siswa kategori nilai kurang belum terjadi perubahan sekalipun nlai rata-rata meningkat dari 4,8 pada saat tes awal meningkat menjadi 5,92 .
(6) siswa masih meragukan hasil temuannya , terbukti pekerjaan siswa
ada coretan beberapa kali padahal jawaban tersebut sudah benar , (7)
dengan demikian maka harus dipebaiki dalam tindakan berikutnya ?
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I
, kemudian didiskusikan bersama kolaborator , diputuskan untuk
mengadakan perbaikan pada siklus 2 sebagai berikut ; (1) pada saat
pembentukan kelompok , guru akan menyampaikan syarat pembentukan
kelompok (misalnya dua meja menjadi satu kelompok , sehingga tinggal
memutar tempat duduk agar bisa berhadapan), (2) Guru harus meningkatkan
kualitas KBM dengan tekhnik pengajaran penekanan pada proses penemuan ,
pemecahan masalah agar pembelajaran lebih bermakna bagi siswa secara
optimal agar minat dan motivasi belajar siswa tumbuh dan
berkembang kearah peningkatan , (3) tekhnik pelaksanaan pendekatan inquiry agar
lebih variatif dengan menampilkan gambar atau bagan – bagan untuk
memancing keaktifan , kreatifitas , dan gairah belajar siswa . Sehingga
terwujud apa yang dikatakan pembelajaran aktif , kreatif , kritis ,
efektif , dan menyenangkan , (4) Keaktifan guru dalam memantau KBM siswa
lebih ditingkatkan dalam rangka mengetahui hanbatan – hambatan siswa
dalam memahami suatu masalah .(5) memberi nilai atau pujian bagi siswa
yang berhasil dan memotivasi untuk bangkit bagi siswa yang belum
berhasil , (6) memberi bimbingan bagi siswa yang mengalami kesulitan
dalam memahami suatu konsep atau menyelesaikan tugas – tugasnya , (7)
memberi kesempatan bagi siswa yang ingin mencocokkan hasil temuannya
agar kebenaran yang diperoleh lebih meyakinkan .
3 . Siklus Kedua
Hasil
refleksi tindakan pada siklus pertama menunjukkan temuan berupa
kelemahan atau kekurangan . Setelah mengakomodasi masukan dari siklus 1
dalam rencana perbaikan tahap 2 , memilih topik pembelajaran lanjutan
dari topik siklus 1 .Yaitu ; Kesempatan kerja dan kualitas tenaga kerja
, pembangunan ekonomi , dan pertumbuhan ekonomi Topik yang sama
dipilih karena masih belum mencapai target yang direncanakan sebelumnya
.
Perencanaan tindakan
;(1) Tetap pada komitmen untuk meningkatkan kualitas KBM dengan
menggunakan berbagai metode , media lebih variatif , agar motivasi
belajar siswa tetap lestari dalam peningkatan .(2) akan diminta belajar
kelompok untuk mengerjakan soal – soal yang berkaitan dengan topik :
Kesempatan kerja dan kualitas tenaga kerja , pembangunan ekonomi , dan
pertumbuhan ekonomi , (2) Guru akan membagikan soal – soal kepada tiap
kelompok,(3) Guru akan mengamati proses berlangsungnya belajar kelompok ,
(4)Guru akan membuat catatan pribadi ( catatan lapangan ) , (5)Guru
akan memberikan tes kepada siswa
Pelaksanaan tindakan 16 Oktober 2008 ,
semua kegiatan yang direncanakan dapat dilaksanakan dalam pembelajaran.
Dilihat dari segi siswa , motivasi belajar mulai meningkat , hal ini
dibuktikan bahwa perhatian siswa tertuju pada imformasi bagaimana cara
memecahkan masalah yang sudah ditemukan . Beberapa siswa mulai aktif
dengan menanggapi pertanyaan atau mengajukan pertanyaan.Sekalipun pada
siklus pertama ini volume siswa untuk mengajukan pertanyaan mengenai
ekonomi masih sedikit . Terbukti dari hasil pengamatan mengenai
keaktifan siswa dalam menanggapi hasil kerja kelompok pada saat peleno
hasil kajian kelompok pada tabel 7 . Tersisa 3 orang siswa (7,9 persen) belum aktif menanggapi hasil kerja kelompok karena mereka tidak hadir , sedangkan 18 orang (47,4 persen) cukup aktif, yang aktif sudah meningkat dari 6 orang menjadi 16 orang (42,1
persen). Kemudian ketika dperhatikan motivasi siswa dari segi
penyelesaian tugas PR juga mengalami peningkatan dimana siswa yang
menyetor tugas meningkat menjadi 32 orang (84,2 ) persen dari 38 orang siswa . Sekalipun dari jumlah tersebut yang tepat waktu sebanyak 20 orang (52,6) persen , dan terlambat 12 orang ( 31,6) persen . Jelasnya perhatikan tabel 7 dan 8 berikut :
Tabel 7 . Keaktifan siswa dalam dalam menanggapi hasil kerja kelompok Siklus II
NO
|
Keaktifan & Simbol
|
F
|
%
|
1
2
3
4
|
Aktif (A)
Cukup Aktif (CA)
Kurang aktif (KA)
Tidak aktif (TA)
|
16
18
1
3
|
42,1
47,4
2,6
7,9
|
Jumlah
|
38
|
100,0
|
Tabel 8. Keaktifan siswa dalam menyelesaikan tugas PR pada siklus II
NO
|
Siswa yang menyetor tugas PR
|
F
|
%
|
1
2
3
|
Tepat waktu (TW)
Terlambat (TI)
Tidak menyetor (TM)
|
20
12
6
|
52,6
31,6
15,8
|
Jumlah
|
38
|
100,0
|
Dari
32 orang siswa yang menyetor tugas dan mendapat nilai sudah
menunjukkan hasil yang menggembirakan . Perhatikan Tabel 9 . berikut :
Tabel 9. Distribusi frekwensi nilai tugas PR yang disetor siklus II
NO
|
Interval
|
Kategori & Simbol
|
F
|
%
|
1
2
3
4
5
|
86 - 100
76 - 85
66 - 75
56 - 65
0 - 55
|
Amat Baik (A)
Baik (B)
Cukup (C)
Kurang (D)
Kurang sekali (E)
|
3
20
9
0
0
|
9,4
62,5
28,1
0
0
|
Jumlah
|
32
|
100,00
|
Rata-rata nilai 80 (8,0),
Tabel 9 menunjukkan tugas PR yang mendapat nilai amat baik sebayak 3 orang (9,4 ) persen dari 32 orang , siswa mendapat nilai baik sebanyak 20 orang (62,5) persen , serta nilai cukup sebanyak 9 orang ( 28,1 ) persen .
Pengamatan,
berdasarkan dari catatan di lapangan pada saat berlangsungnya belajar
kelompok ada beberapa siswa dari kelompok 2 yang main-main sambil
melihat kelompok lain pada siklus I sedangkan pada siklus kedua ini
tidak lagi ada siswa yang ditemukan main-main . Sementara itu siswa
pasif berubah menjadi cukup aktif, karena murid terlambat hadir dikelas
sudah tidak ada lagi sehingga informasi awal dapat dimengerti . Guru
memotivasi supaya lebih aktif lagi berinteraksi dengan kelompoknya.
Setiap kelompok antusias menyelesaikan tugas-tugasnya sekalipun masih
ada yang belum aktif. Sedangkan anggota yang lain cukup aktif sekalipun
tidak diawasi oleh guru. Namun demikian sebagian besar siswa setuju
dengan penedekatan inquiry dalam pembelajaran ekonomi , dan
bahkan ada juga yang mengusulkan sebaiknya pendekatan tersebut digunakan
untuk seluruh mata pelajaran selain ekonomi .
Suasana kelas mulai nampak bergairah , berkembang , siswa pada
pertemuan siklus pertama terlambat memasuki ruang belajar berubah
menjadi cepat hadir , karena model pembelajaran yang dialaminya sudah
mulai dirasakan mamfaatnya . Begitupula kepakuman berubah menjadi aktif
dan antusias . Hal ini ditandai dengan banyaknya pertanyaan , dan
banyaknya yang bersedia menjawab pertanyaan guru atau menanggapi suatu
permasalahan . Interaksi guru dengan siswa , maupun antara siswa dengan
siswa semakin meningkat . KBM siswa tampak lebih aktif , kreatif, kritis
dan bergairah .
Dari segi guru , hasil pengamatan dengan menggunakan lembar observasi
guru (LOG) aktifitas guru pada siklus kedua , kegiatan pembelajaran
semakin meningkat . Ransangan agar siswa berpikir kritis dan kreatif
semakin bervariasi sehigga aktifitas mengajar guru terlihat bergairah
dan energik . Dengan penampilan demikian maka kejenuhan siswa dalam
melakukan pembelajaran dapat ditiadakan , berubah menjadi aktif , dan
berani menjawab pertanyaan baik dari guru maupun dari temannya sendiri .
Pertanyaan bermunculan , dan mengemukakan pendapat semakin marak , dan
semaki rasional .
Pengamatan diluar belajar kelompok ,
yaitu guru memeriksa buku cacatan masing-masing siswa setelah penyajian
materi . Ternyata tidak ada lagi siswa yang tidak mencatat . Sedangkan
siswa yang aktif mencata sebanyak 24 orang (63,16persen) dar 38 orang siswa , cukup aktif 8 orang (21,05 persen) , dan kurang aktif 2 orang (5,26 persen ).Tidak ada catatan 4 orang (10,53 persen)
Agar lebih jelas mengenai keaktifan siswa mencatat materi pelajaran, lihat tabel 10 . Sebagai berikut :
Tabel 10. Keaktifan Siswa Mencatat pada Siklus II.
No
|
Keaktifan Siswa Mencatat
Materi Pelajaran
|
F
|
%
|
1
2
3
4
|
Aktif (A)
Cukup aktif (CA)
Kurang aktif (KA)
Tidak mencatat (TM)
|
24
8
2
4
|
63,16
21,05
5,26
10,53
|
Jumlah
|
38
|
100,0
|
Pada
tahap ini guru tidak lagi terlalu membantu siswa membuat rangkuman
suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan , akan tetapi siswa sudah
mulai membuat rangkuman sendiri . Kedudukan guru dan peneliti pada tahap
ini hanya sebagai pemberi penguatan dari hasil pemikiran siswa .
Mengenai pemahaman ekonomi , dengan PTK dengan pendekatan inquiry
dalam upaya peningkatan motivasi belajar ekonomi siswa , hal ini
tergambar dari hasil analisis tes akhir siklus ini setelah pembelajaran
pokok bahasan ketenaga kerjaan , dan pembangunan ekonomi dengan
pendekatan inquiry dapat mengantarkan siswa pada nilai rata-rata
6,0. Olehnya itu tes menjukkan suatu peningkatan terhadap pemahaman
terhadap mata pelajaran akuntansi.
Tabel 11 . Distribusi Frekuensi Data Perolehan Nilai Ulangan Harian Siswa pada Siklus II.
NO
|
Interval
|
Kategori
|
F
|
%
|
1
2
3
4
5
|
86 - 100
76 - 85
66 - 75
56 ---65
0 - 55
|
Baik sekali (A)
Baik (B)
Cukup (C)
Kurang (D)
Kurang sekali (E)
|
0
0
5
26
4
|
0
0
14,3
74,3
11,4
|
Jumlah
|
35
|
100,0
|
Rata – rata nilai 63 (6,3)
Dari tabel 11 dapat dilihat bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang ada 26 orang (74,3 persen) dari 35 orang siswa yang ikut .Sedangkan mempeoleh nilai cukup sebanyak 5 orang (14,3 persen) ,sementara nilai kurang sekali sebanyak 4 orang (11.4 persen) Sekalipun jika dibanding dengan nilai siklus I(satu) rata – rata 5,92 .Sementara siklus II(dua) ini mengalami peningkatan menjadi 6,3.
Refleksi berdasarkan
hasil pelaksanaan dan pengamatan pada siklus II ditemukan kegagalan,
yaitu : (1) Dilihat dari keaktifan dalam menanggapi hasil kerja
kelompok pada saat pleno , siswa yang tidak aktif masih ada 3 orang
(7,89 persen) dari 38 orang siswa karena mereka tidak hadir , kurang
aktif 4 orang karena pada saat mengangkat tangan untuk menanggapi tidak
terlihat oleh guru (2) Dilihat dari keaktifan mencatat materi yang
diberikan, sebagian besar siswa aktif , sekalipun masih ada yang hanya
aktif kalau diberi komando, (3) Dilihat dari perolehan nilai ulangan
harian , siswa yang memperoleh nilai cukup (66 – 75) ada 5 orang ( 14,3
persen ) dari 35 orang siswa yang ikut, tetapi memperoleh nilai kurang
(56 – 65) masih ada 26 orang siswa (74,29 persen) dari 35 siswa. Akan
tetapi belum ada yang memperoleh nilai baik apatah lagi nilai amat baik .Sedang nilai kurang sekali sebanyak 4 orang (11,43 persen) 35 orang siswa yang hadir.
Hal ini terlihat siswa kategori nilai kurang sudah terjadi perubahan
mendasar sekalipun nlai rata-rata meningkat dari 5,92 pada siklus
1(satu) meningkat menjadi 6,3 pada siklus 2 (dua) ini. Memperrhatikan
kenyataan pada siklus II, ternyata hasilnya masih dianggap belum
memuaskan sehingga siklus ketiga masih sangat diperlukan.
Refleksi
Pada
siklus dua ini memang terlihat sudah ada peningkatan , akan tetapi
peningkatan tersebut menurut peneliti masih dianggap perlu perbaikan
dimana : (1) siswa masih ada yang belum maksimal keaktifannya , karena
guru pada saat memandu kurang memperhatikan siswa yang mengangkat tangan
,(2) masih ada siswa dikelas tersebut belum pernah hadir , (3) siswa
masih kaku dalam mencari pemecahan masalah didalam buku referensi
diperpustakaan .
Berdasar dari analisis hasil observasi , catatan harian , dan wawancara
singkat terhadap siswa sebagai bahan untuk menentukan tindakan
selanjutnya , setelah diadakan refleksi , kemudian hasil diskusi bersama
kolaborator diperoleh hasil sebagai berikut ; (1) Guru memperhatikan
sebaik - baiknya kepada siapa saja yang ingin menanggapi hasil kerja
kelompok lain , (2) Guru harus lebih meningkatkan kualitas KBM dengan
media dan tekhnik pengajaran dengan penekanan pendekatan inquiry
secara optimal agar minat dan motivasi belajar siswa tumbuh dan
berkembang kearah peningkatan,(3) pendekatan ini diharapkan lebih
terarah agar lebih variatif untuk memancing keaktifan , kreatifitas ,
dan gairah belajar siswa . Sehingga terwujud apa yang dikatakan
pembelajaran aktif , kreatif , kritis , efektif , dan menyenangkan , (4)
Keaktifan guru dalam memantau KBM lebih ditingkatkan agar hanbatan –
hambatan siswa dalam memahami suatu masalah dapat diatasi . (5) Peneliti
dan kolaborator diharapkan lebih aktif lagi dalam membimbing baik
secara berkelompok maupun perorangan , (6) penggunaan peta konsep
ketenaga kerjaan , pertumbuhan ekonomi , dan pertumbuhan ekonomi untuk
menunjukkan keterkaitan antara kualitas tenaga kerja dan pertumbuhan ,
perkembangan ekonomi , (7) memberi nilai atau pujian bagi siswa yang
berhasil dan memotivasi untuk bangkit siswa yang belum berhasil ,(8)
memberi bimbingan bagi siswa mengalami kesulitan dalam memahami suatu
konsep atau menyelesaikan tugas – tugasnya .(9) bersama kolaborator
mencari tahu kemana siswa yang tiga orang tersebut sehingga tidak pernah
mengikuti pelajaran selama dua siklus yang lalu .
4. Siklus Ketiga
Hasil
refleksi tindakan pada siklus kedua menunjukkan masih adanya ditemukan
kelemahan atau kekurangan , sehingga tindakan pada siklus ketiga masih
diperlukan pemantapan agar lebih meningkat lagi . Oleh karena itu
peneliti tetap melakukan langkah sebagai berikut :
Perencanaan tindakan ; (1) Tetap pada komitmen untuk meningkatkan kualitas KBM dengan menggunakan pendekatan inquiry
lebih variatif , agar peningkatan motivasi belajar siswa tetap lestari
dalam peningkatan . (2) Siswa akan diminta belajar kelompok untuk
mengerjakan soal – soal mengenai dampak dari kualitas tenaga kerja ,
penganngguran terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi , kemudian
mempertanggung jawabkan didepan kelompok lain dikelas melalui pleno ,
(3) Guru akan membagikan soal – soal pada tiap kelompok, (4) Siswa
diminta menyajikan hasil kerja kelompoknya didepan kelompok lain melalui
peleno , (5) Guru akan mengamati proses berlangsungnya belajar
kelompok, (6) Peneliti dan kolaborator mengamati jalannya penayangan
hasil kerja kelompok , (7) Guru akan membuat catatan pribadi (catatan
lapangan) , ( 8)Guru akan memberikan tes kepada siswa secara keseluruhan
untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dari siklus II ke siklus
III.
Pelaksanaan tindakan 18 Oktober 2008 ,
semua kegiatan yang direncanakan dapat dilaksanakan dalam pembelajaran .
Dilihat dari segi hasil pengamatan kolaborator pada proses belajar
mengajar pada siklus kedua menunjukkan bahwa masih terdapat kelemahan ,
sehingga siklus ketiga diharapkan dapat mengantisipasi kekurangan
tersebut . Baik guru maupun siswa telah terbiasa melakukan sendiri
dalam proses belajara mengajar . Penyampaian materi ajar melalui
pendekatan inquiry sudah cukup optimal , siswa semakin termotivasi dan materi pelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa.
Proses
penentuan , penemuan , pemecahan masalah pada siklus ketiga dilakukan
sendiri oleh siswa peneliti dan kolaborator hanya menentukan topik
bahasan , dan bertindak sebagai pasilitator , diskusi antara siswa
dengan siswa , tanya jawab dengan guru berlansung elok dan dinamis .
Terutama mengenai manfaat kualitas tenaga kerja dalam pembangunan
ekonomi , dampak negatif pengangguran terhadap pertumbuhan , dan
pembangunan ekonomi . Begitupula hasil pengamatan agar dalam merekam
ilmu dapat lebih bermakna manakala pebelajar melakukan sendiri .
Suasana
belajar mengajar cukup kondusif , guru dapat membuka kesempatan
seluas-luasnya bagi siswa untuk menyampaikan pendapat dan pertanyaan
kemudian dilanjutkan kedalam diskusi kelas baik guru maupun antar siswa
dikelas . Gairah belajar siswa semakin meningkat . Terbukti dari
penampilan suasana KBM , keaktifan siswa mengajukan pertanyaan maupun
menanggapi suatu permasalahan semakin tampak . Hasil pengamatan mengenai
keaktifan siswa dalam menanggapi hasil kerja kelompok pada saat peleno
sebagai berikut :
Tabel 12 . Keaktifan siswa dalam menanggapi hasil kerja kelompok pada siklus III
NO
|
.Keaktifan Siswa belajar
Kelompok
|
F
|
%
|
1
2
3
4
|
Aktif (A)
Cukup aktif (CA)
Kuarang aktif (KA)
Tidak aktif (TA)
|
35
3
0
0
|
92,11
7,99
0
0
|
Jumlah
|
38
|
100,00
|
Melihat tabel 12 .Tersebut diatas , 35 orang siswa (92,11 persen) aktif menanggapi hasil kerja kelompok , sedangkan 3 orang (7,99 persen) cukup aktif.
Pengamatan,
berdasarkan dari catatan di lapangan pada saat berlangsungnya belajar
kelompok perhatian siswa terhadap penyajian materi pokok : dampak
pengangguran terhadap pertumbuhan ekonomi , pembangunan ekonomi dengan
pendekatan inquiry sangat antusias . Interaksi baik antara guru
dengan siswa , maupun antara siswa dengan siswa cukup optimal dan akrab .
Sebagian besar siswa sudah berani menjawab pertanyaan , maupun
mengajukan pertanyaan dalam forum peleno . Pada siklus ketiga ini siswa
sudah dapat menemukan , memecahkan sendiri permasalahan pembelajaran ,
serta menyusun rangkuman secara sederhana mengenai materi pelajaran
dengan menggunakan pendekatan inquiry . Sementara itu siswa pasif
berubah menjadi cukup aktif, karena murid terlambat hadir dikelas
sudah tidak ada lagi sehingga informasi awal dapat dimengerti. Tampa
dimotivasi oleh guru mereka tetap aktif berinteraksi dengan kelompoknya .
Setiap kelompok antusias menyelesaikan tugas - tugasnya sehingga tidak
ada lagi yang tidak aktif. Sedangkan anggota yang cukup aktif sisa 3
(tiga) orang.Itupun siswa yang memang pertemuan pada siklus sebelumnya
tidak hadir karena aktif dalam acara 17 agustus , sekalipun tidak
diawasi oleh guru. Suatu kewajaran manakala sebagian besar siswa setuju
dalam setiap pembelajaran menggunakan pendekatan inquiry
terutama pembelajaran ekonomi , dan bahkan ada juga yang mengusulkan
sebaiknya pendekatan tersebut digunakan untuk seluruh mata pelajaran
selain ekonomi .
Suasana kelas mulai nampak bergairah , berkembang , siswa pada
pertemuan siklus pertama terlambat memasuki ruang belajar berubah
menjadi cepat hadir , karena model pembelajaran yang dialaminya sudah
mulai dirasakan mamfaatnya . Begitupula kepakuman berubah menjadi aktif
dan antusias . Hal ini ditandai dengan banyaknya pertanyaan , dan
banyaknya yang bersedia menjawab pertanyaan guru atau menanggapi suatu
permasalahan . Interaksi guru dengan siswa maupun antara siswa dengan
siswa semakin meningkat . KBM siswa tampak lebih aktif , kreatif , dan
bergairah .
Dari segi guru , hasil pengamatan dengan menggunakan lembar observasi
guru (LOG) aktifitas guru pada siklus ketiga , kegiatan pembelajaran
semakin meningkat . pemberian motivasi guru semakin bervariasi sehigga
aktifitas mengajar guru terlihat bergairah dan energik . Dengan
penampilan demikian maka kejenuhan siswa dalam melakukan pembelajaran
dapat ditiadakan , berubah menjadi aktif , dan berani menjawab
pertanyaan baik dari guru maupun dari temannya sendiri . Pertanyaan
bermunculan dalam peleno hasil kajian , dan suasana pleno semakin
dinamis , dan semakin rasional .
Kemudian jika dperhatikan mengenai penyelesaian pekerjaan rumah (PR)
siswa yang menyetor tepat waktu mengalami peningkatan . Hanya saja ada
dua orang terlambat karena pada saat penyetoran siswa tersebut mengikuti
kegiatan ekstra OSIS atau mewakili sekolah untuk ikut dalam
pertandingan nyanyian solo tngkat kabupaten . Selanjutnya perhatikan
tabel 13 berikut :
Tabel 13. Keaktifan siswa dalam menyelesaikan tugas PR Siklus III
NO
|
Ketepatan waktu penyetoran
|
F
|
%
|
1
2
3
|
Tepat waktu (TW)
Terlambat (TL)
Tidak menyetor (TM)
|
36
2
0
|
94,74
5,26
0
|
Jumlah
|
38
|
100,0
|
Dari keseluruhan yang menyetor tugas PR terlihat 36 orang (94,74 persen) tepat waktu , terlambat 2 orang (5,26 persen) . Sedangkan mendapat
nilai amat baik 13 orang (34,21 persen) dari 38 siswa , bernilai baik
sebanyak 25 orang (65,79 persen) dari 38 siswa . Untuk itu perhatikan
tabel 14 berikut :
Tabel 14 . Distribusi frekwensi nilai tugas PR yang disetor Siklus III
NO
|
Interval
|
Kategori
|
F
|
%
|
1
2
3
4
5
|
86 - 100
76 - 85
66 - 75
56 - 65
0 - 55
|
Amat Baik (A)
Baik (B)
Cukup (C)
Kurang (D)
Sangat kurang (E)
|
13
25
0
0
0
|
34,21
65,79
0
0
0
|
jUMLah
|
38
|
100,00
|
Rata –rata nilai 84,63 (8,5)
Pengamatan diluar belajar kelompok,
yaitu guru memeriksa buku cacatan masing-masing siswa setelah penyajian
materi . Ternyata tidak ada lagi siswa yang tidak mencatat .Sedangkan
siswa yang aktif mencata sebanyak 36 orang (94,74 persen) dari 38 siswa ,
cukup aktif 2 orang ( 5,26 persen ) dari 38 siswa . Agar lebih jelas,
lihat tabel 15 . Sebagai berikut :
Tabel 15 . Keaktifan Siswa Mencatat pada Siklus III.
NO
|
Keaktifan siswa mencatat materi pelajaran
|
F
|
%
|
1
2
3
4
|
Aktif (A)
Cukup Aktif (CA)
Kurang Aktif (KA)
Tidak mencatat (TM )
|
36
2
0
0
|
94,74
5,26
0,0
0,0
|
Jumlah
|
38
|
100,0
|
Pada tahap ini guru tidak lagi membantu siswa membuat rangkuman suatu
pokok bahasan atau sub pokok bahasan , akan tetapi siswa sudah mulai
membuat rangkuman sendiri.Kedudukan guru dan peneliti pada tahap ini
hanya sebagai pemberi penguatan dari hasil pemikiran siswa . Mengenai
pemahaman ekonomi , dengan PTK dengan pendekatan inquiry dalam
upaya peningkatan motivasi belajar ekonomi siswa , hal ini tergambar
dari hasil analisis tes akhir siklus ini setelah pembelajaran tenaga
kerja dan pembangunan ekonomi ternyata dengan model pembelajaran
kontekstual dengan pendekatan inquiry dapat mengantarkan siswa pada nilai ulangan harian mencapai rata-rata 7,64 . Hal tersebut menunjukkan suatu peningkatan terhadap pemahaman terhadap mata pelajaran ekonomi . Untuk itu perolehan nilai hasil ulangan harian dapat dilihat pada tabel 16 sebagai berikut :
Tabel 16. Distribusi Frekuensi Data Perolehan Nilai ulangan harian Siswa pada Siklus III.
NO
|
Iterval
|
Kategori
|
F
|
%
|
1
2
3
4
5
|
86 - 100
76 - 85
66 - 75
56 - 65
0 - 55
|
Amat Baik (A)
Baik (B)
Cukup (C)
Kurang (D)
Kurang sekali (E)
|
2
9
24
3
0
|
5,26
23,69
63,16
7,89
0
|
Jumlah
|
38
|
100,0
|
Rata- rata nilai 76,84 ( 7,64)
Dari tabel 16 dapat dilihat bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang sekali sudah tidak ada lagi, sedangkan yang mendapat nilai kurang sebanyak 3 (7,89 persen).Sedangkan mempeoleh nilai cukup sebanyak 24 orang (63,16 persen) , sementara nilai baik 9 orang (23,69 persen) . Sedangkan nilai amat baik 2 orang (5,26 persen) dari 38 siswa . Rata – rata nilai UH 7,18 Dengan
rata-rata tersebut , suatu pertanda bahwa terjadi kenaikan dari siklus
II ke- siklus III ini mengalami peningkatan dari 6,3 menjadi 7,64.
Refleksi berdasarkan
hasil pelaksanaan dan pengamatan pada siklus III menunjukkan bahwa:
(1) Dilihat dari keaktifan dalam menanggapi hasil kerja kelompok pada
saat presentasi hasil kajian dari perpustakaan , sebahagian besar siswa
aktif (2) Dilihat dari keaktifan mencatat materi pelajaran seluruh
siswa sudah menyadari bahwa catatan itu sangat penting , dan sebagai
alat bantu dalam mengulangi kembali apa yang telah dipelajari . Hal
inilah sehingga siswa aktif , sekalipun sekalipun tampa diberi
komando , (3) Dilihat dari perolehan nilai ulangan harian , siswa yang
memperoleh nilai kurang baik (56 – 65) ada 3 orang (7,89 persen) dari
38 orang siswa , sedangkan yang memperoleh nilai kurang (0 – 55) sudah
tidak ada lagi. Selanjutnya memperoleh nilai cukup baik sebanyak 24 orang (63,16 persen) dari 38 siswa , nilai baik (76-85) sebanyak 9 orang (23,69 persen).Siswa yang mendapat nilai amat baik sebanyak 2 orang (5,26 persen). Dengan demikian dari ketiga siklus tersebut jika dilihat dari segi rata – rata perolehan nilai mulai dari studi awal rata-rata nilai 4,8. Hasil evaluasi siklus I rata-rata nilai 5,92. Kemudian silus II rata-rata perolehan nilai 6,3.Sedangkan pada siklus III rata-rata nilai 7,64. Oleh karena itu dapatlah dikatakan bahwa tejadi peningkatan hasil belajar ekonomi dengan menggunakan pendekatan iquiry.Selain itu siswa yang
mencapai rata-rata nilai ulangan harian diatas 6,5 sebanyak 35 orang
(92,11 persen) dari 38 orang siswa. Dengan demikian tidak diperlukan
lagi untuk siklus berikutnya sekalipun yang tiga orang ini yang belum
tuntas akan diberi tugas perorangan bagi guru bidang studi
bersangkutan.
B . Pembahasan
Penelitian tindakan kelas (PTK) Siklus pertama,kedua,dan ketiga
.Mengenai pembelajaran dengan pendekatan inquiry menunjukkan hasil
menggembirakan yakni, motivasi belajar dan hasil belajar ekonomi siswa
mengalami peningkatan yang signifikan. Temuan dari penelitian
menunjukkan bahwa pada permulaan tindakan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan tersebut menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa
cukup baik, ditandai oleh perhatian siswa terhadap kehadiran siswa
untuk belajar, menyelesaikan tugas – tugas baik tugas indipidu maupun
tugas kelompok mulai nampak, keaktifan siswa dalam kerja kelompok, dan
antusias dalam mengkaji permasalahan diperpustakaan sudah mulai nampak,
kegiatan belajar mengajar ekonomi mulai aktif dan dinamis.
Pelaksanaan siklus pertama,
siswa sudah mulai tertarik mengikuti kegiatan belajar dengan pendekatan
inquiry. Siswa sudah mulai aktif menanggapi dan bukan lagi sebagai
penerima informasi secara pasif. Siswa belajar dengan teman melahirkan
kerja sama kelompok, diskusi, saling mengoreksi, dan bukan belajar
secara individual. pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh guru,
maupun mengajukan pertanyaan kepada guru manakala ada yang belum
dimengerti, ataupun kepada teman-temannya. Kendatipun jumlahnya masih
sedikit yang berani mengemukakan pendapatnya kepada guru. Sebagian besar
siswa masih bingung bagaimana cara menemukan masalah yang disajikan
oleh guru yaitu berupa tulisan, peta konsep tenaga kerja dan pembangunan
ekonomi sebagai alat peraga untuk menjelaskan materi ekonomi. Sebagian
besar dari siswa belum menelaah isi materi pembelajaran saat itu.
Disisi lain masih adanya siswa terlambat hadir sehingga penjelasan awal
kurang dipahami, pada gilirannya mereka hanya tinggal diam, dan bahkan
sempat mengganggu konsentrasi temannya. Berbagai alasan untuk membela
diri, kendatipun demikian guru hanya meberi motivasi agar mereka tidak
terlambat lagi pada pertemuan berikutnya, sekaligus diarahkan ke proses
pembelajaran .
Pelaksanaan siklus kedua,
motivasi belajar siswa meningkat, ditandai dengan meningkatnya
keaktifan, dan antusias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Pembelajaran dengan pendekatan ini menunjukkan bahjwa suasana kelas
nampak bergairah dan berkembang . Keberanian siswa menjawab pertanyaan
semakin meningkat, begitupula pertanyaan, pendapat silih berganti
terlontar suatu pertanda bahwa motivasi, daya kritis anak sedikit demi
sedikit mulai tumbuh, dinamika kelas semakin nampak, sehingga pada
gilirannya tanya jawab mewarnai proses pembelajaran tidak dapat
dihindari. Apatah lagi penerapan inquiry oleh guru semakin
bervariasi, yaitu berupa alat praga , dan siklus berpikir rasional.
Kondisi proses belajar mengajar semakin bergairah, hal ini sebagai
akibat dari peningkatan motivasi dan aktivitas peserta belajar semakin
meningkat. Pada siklus kedua ini peneliti dan kolaborator tidak lagi
terlibat dalam penyusunan rangkuman materi pembelajaran, akan tetapi
siswa sudah mulai menyusun sendiri secara sederhana dalam bentuk
tulisan.
Pelaksanaan siklus ketiga, Kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan inquiry
sudah cukup optimal. Pemaparan hasil kajian melalui kerja kelompok
semakin berkualitas, proses pengkajian untuk menemukan , memecahkan
masalah ketenaga kerjaan dan pertumbuhan ekonomi, serta pembangunan
ekonomi semakin mantap. Selain itu pemberian contoh disesuaikan dengan
kehidupan sehari-hari maupun gambaran kehidupan ketika pebelajar
berhasil menamatkan diri disekolah lanjutan atas.
Baik guru, maupun siswa telah terbiasa dengan pendekatan inquiry.
Pada siklus ini motivasi belajar siswa semakin meningkat, hal ini dapat
dilihat dari suasana kegiatan belajar mengajar (KBM) semakin antusias,
dinamis, serta keaktifan dan kreatifitas, diiringi dengan semangat
optimis juga semakin meningkat. Langkah – langkah pelaksanaan pendekatan
ini disajikan guru semakin menarik sehingga perhatian siswa semakin
meningkat . Semangat optimis dan inovasi siswa semakin menajam, karena
semakin banyak usulan dan pertanyaan mengenai upaya mengatasi
pengangguran, dampak kualitas tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi,
dan pembangunan ekonomi. Pada siklus ini siswa telah merasakan manfaat
pendekatan ini, berdiskusi baik dengan guru, maupun dengan siswa
lainnya, terutama pada bahasan yang membutuhkan data-data atau gambar
maupun hasil pengamatan , serta hasil bacaan lainnya . Begitupula
keaktifan siswa dalam mencatat materi pembelajaran tidak ada lagi
ditemukan yang tidak aktif, karena mereka sadar bahwa dengan mencatat
materi ajar adalah merupakan salah satu penunjang utama terhadap
peningkatan hasil belajar ekonomi.Tampa mencatat maka dapat dipastikan
bahwa akan mengalami hambatan manakala siswa belajar sendiri untuk
mengulang hasil pembelajaran disekolah. Dengan inilah sehingga hasil
akhir siklus ketiga upaya pelaksanaan tindakan kelas ini telah
mendapatkan hasil positif dan signifikan .
Hasil penelitian membuktikan bahwa melalui pembelajaran dengan pendekatan inquiry
dapat meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan aktivitas belajar
siswa sekaligus meningkatkan hasil belajar di SMA Neg.2 Bantaeng kelas
XI IPS 2.Tahun ajaran 2008 / 2009 . Perolehan nilai rata-rata nampak
pada hasil tes pada setiap siklus sebagai berikut ; Studi awal rata-rata
nilai 4,8 . Rata-rata nilai silus satu 5,92.Rata-rata nilai siklus dua 6,3.Rata-rata nilai siklus tiga 7,64.
Berdasar dari hasil analisis kuesioner yang dibagikan kepada siswa
diperoleh hasil bahwa sebagian besar dari siswa menyatakan bahwa
belajar dengan pendekatan inquiry ; menyenangkan , menarik
perhatian , menambah semangat belajar, merangsang keaktifan siswa ,
menumbuh kembangkan daya kritis , dapat meningkatkan hasil belajar ,
pelajaran mudah dipahami , dalam belajar tidak fakum karena terlatih
untuk berpikir menuju penemuan , serta pemecahan masalah .
Karena
pendekatan kontekstual siswa terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran, bukan hanya penerima imformasi secara pasif. Begitupula siswa belajar
dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi, tidak
dengan belajar indifidual. Selain itu pelajaran senantiasa dikaitkan
dengan kehidupan nyata, bukan hanya teoritis yang sangat abstrak.
Dilihat dari segi perilaku siswa dibangun atas kesadaran diri sendiri,
bukan karena kebiasaan. Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman,
dan bukan atas dasar latihan. Pemberian hadiah untuk perilaku baik
adalah kepuasan diri, bukan karena pujian atau nilai rapor. Perbuatan
siswa untuk tidak melakukan yang jelek bukan karena takut melainkan
karena dia sadar hal itu keliru dan merugikan . Guru tidak lagi sebagai
penentu jalannya proses pembelajaran, tapi siswa diminta bertanggung
jawab memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing – masing.
Penghargaan terhadap pengalaman siswa sangat diutamakan, dan bukan
disepelekan . Hasil belajar diukur tidak dengan tes semata, tapi
berbagai cara: proses bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman, dan tes
dan lain lain. Begitupula tempat berlangsungnya PBM tidak hanya terjadi
dikelas, tapi diberbagai tempat, konteks, dan setting . Penyesalan
adalah hukuman perilaku yang jelek, dan bukan sanksi yang dijadikan
hukuman bagi perilaku yang jelek. Sehingga siswa sadar dan berperilaku
baik karena motivasi intrinsik, dan bukan karena motivasi ekstrinsik.
Kesadaran untuk berperilaku baik karena mereka sadar bahwa itulah yang
terbaik dan bermanfaat, dan bukan karena terbiasa melakukan atau dengan
hadiah yang menyenangkan.
KESIMPULAN
Hasil penelitian tindakan kelas mengenai proses belajar mengajar ekonomi dengan pendekatan menemukan ( inquiry
) dapat meningkatkan motivasi belajar okonomi siswa kelas XI IPS 2.
SMA Neg. 2 Bantaeng semister genap tahun ajaran 2008 / 2009. Hal ini dibuktikan oleh: (1). Rata – rata hasil ulangan harian dari siklus satu kesiklus dua, dan siklus tiga menunjukkan secara berturut – turut dari 5,92. 6,3. pada siklus 3 mencapai 7,18. (2).
Keaktifan siswa dalam menanggapi hasil kerja kelompok mengalami
peningkatan yang signifikan dari 7,89 %, 42,11 % menjadi 92,11 %. (3).
Keaktifan siswa dalam mencatat materi pelajaran ekonomi dari 42,11%,
63,16% manjadi 94,74 %.(4). Keaktifan siswa dalam menyelesaikan tugas
pekerjaan rumah 95,2 % tepat waktu. Sedangkan nilai tugas PR yang
disetor mendapat nilai baik dan amat baik.(5). Siswa yang mendapat nilai
ulangan harian diatas 6,5. sebanyak 35 orang (92,11 %) dari 38 siswa.
SARAN
Maksimalisasi hasil pembelajaran dalam proses belajar mengajar maka disarankan sebagai berikut : (1) .
Setiap guru diharapkan senantiasa berupaya untuk meningkatkan cara
berpikir sistimatis pada diri siswa sejalan dengan meningkatnya
aktivitas belajar siswa dan perolehan nilai hasil belajar.(2).
Pendidikan melalui pendekatan menemukan ( inquiry ) pada pembelajaran
ekonomi di SMA merupakan salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa .
Daftar Pustaka
Alipandi. 1984. Didaktik Metodik Pendidikan Umum. Surabaya : Usaha Nasional.
Arikunto Suharsimi. 1992. Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta : Bumi Aksara.
_______________. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Aqib Zainal, 2006. Penelitian tindakan kelas untuk guru. Bandung : CV.Yrama Widya.
__________, 2004. Karya tulisilmiah bagi pengembangan profesi guru. Bandung : CV. Yrama Widya.
Arsyad , 2002. Media Pembelajaran Jakarta;PT.Raja Grafindo Persada.
A.Kosasih . 2002. Optimalisasi Media Pembelajaran.Jakara ; PT.Grasindo.
Argo Dadang , 2007 .Ekonomi 2 Kelas XI SMA dan MA . Bandung : PT.Rosda Karya.
Depdiknas. 2003. Penelitian Tindakan Kelas SMP. Jakarta : Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
Dirjen Dikdasmen , 2003 . Pendekatan Kontekstusl . Jakarta : Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
Freire Paulo , 2007 . Politik Pendidikan : Kebudayaan , Kekuasaan , dan Pembebasan . Yogyakarta : Pustaka Pelajar .
Gibson. 1996. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses. Jilid 1 (satu). Edisi Kedelapan. Jakarta : Binapura Aksara
Johnson B. Elaine,2007. Contextual Teaching and Learning Bandung : Mizan and learning (MLC)
Madya Suwarsih, 2006. Teori dan praktik penelitian tindakan (Action Research). Bandung : Alfabeta.
Mantja, W. 2003. Etnograf : Disain Penelitian Kualitatif dan Manajemen Pendidikan. Malang : Wineka Media.
Muliawati Weni. Dkk , 2007 . Ekonomi untuk Kelas XI SMA – MA Bandung : Acarya Media Utama .
Nasution, 2003. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Nurdin , 2007. Ekonomi untuk SMA – MA Kelas XI IPS , Makassar : Mitra Media .
Sudjana. 1988. Metode Statistik. Bandung : Tarsito. Sukardi. 1983. Psikologi Pendidikan. Bandung : FIP. FKIP.
_______. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Roestiyah 2001 . Strategi Belajar Mengajar . Jakarta ; PT.Rineka Cipta .
Ritonga MT, 2007 . Buku Ekonomi SMA Jilid 2, Jakarta : PT. Phibeta
Suryabrata , 2002. Psikologi Pendidikan .Jakarta ; PT. Raja Grafindo Persada.
Siagian , 1995. Teori Motivasi dan Aplikasinya.Jakarta ;PT. Rineka Cipta.
Soetarno , 1993.Psikologi sosial.Yokyakarta;Kanisius.
Sudremi Yuliana , 2007. Ekonomi 2 SMA/MA Jakarta : PT.Bumi Aksara .
Thoha , 2004 . Perilaku Organisasi .Jakarta ;PT. Raja Grafindo.
Usman,M.U. (1996).Menjadi guru profesional . Bandung : Remaja Rosda Karya.
Walgito, Bimo. 1975. Bimbingan dan Penyuluhan Di Sekolah. Yogyakarta : Audi Off Set.
Wiriaatmadja. 2006 . Metode Penelitian Tindakan Kelas .Jakarta ; PT.Remaja Rosdakarya.
Winataputra dkk, 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Universitas Terbuka.
Waluyo Indarto , 2007. Ekonomi Kontekstual Untuk SMA & ma Kelas XI
Surakarta : CV . Media Tama
Zuriah Nurul, 2003. Penelitian tindakan Publishing. Malang : Bayu Media.