EKONOMI DALAM PERSFEKTIF SEJARAH |ekonomiakuntansiid
Masa kuno
Ekonomi ada sejak manusia
menciptakan, memasok, serta mendistribusikan barang atau jasa. Sebagian besar
kegiatan perekonomian kala itu berbasis pada produk-produk pertanian. Satuan
unit shekel misalnya, berawal dari satuan yang digunakan untuk mengukur berat
jelai. Satuan ini kemudian dimanfaatkan untuk mengukur berat logam mulia
seperti emas, perak, dan tembaga. Proses transaksi pun berlangsung sederhana,
biasanya terjadi antara dua atau lebih orang yang berhubungan sosial secara langsung.
Sistem barter masih banyak digunakan.
Seiring dengan berkembangnya
masyarakat, sistem ekonomi yang digunakan semakin kompleks. Masyarakat Sumeria,
misalnya, mengembangkan ekonomi skala besar berbasis uang komoditas. Di tempat
lain, bangsa Babilonia dan negara-kota di sekitarnya mengembangkan sistem
utang-piutang, kontrak legal, dan hukum yang berkaitan dengan praktek bisnis
serta properti pribadi.[3] Sistem yang dikembangkan bangsa Babilonia ini sudah
maju, dan mendekati sistem moderen yang digunakan pada masa kini.[4]
Abad pertengahan
Wabah Kematian Hitam yang
menyerang Eropa pada Abad Pertengahan mengakibatkan perubahan besar pada sistem
ekonomi.
Sama seperti pada masa kuno, pada
abad pertengahan kegiatan ekonomi juga masih berputar pada perdagangan di
bidang pertanian, dan barang-barang pokok, serta terjadi dalam kelompok sosial
tertutup.[5] Namun, beberapa perkembangan terjadi, antara lain munculnya
kelompok-kelompok yang memberi modal bagi individu atau kelompok lain, terutama
untuk bidang pelayaran, dan pengembangan wilayah kekuasaan.[5] Modal ini
nantinya harus dikembalikan dalam bentuk penjualan barang yang didapatkan dari
negara jajahan.[5] Proses peminjaman, dan penggantian uang ini berujung pada
perintisan bank, dan munculnya ekonomi global.[5] Perdagangan saham juga mulai
dikenal, khususnya setelah tahun 1513 setelah pasar saham pertama di dunia
dibuka di Antwerpen.[5]
Pada abad ini, uang yang
digunakan sudah berbentuk koin logam, khususnya di wilayah Eropa, dan
sekitarnya.[5] Jenis logam yang digunakan mempengaruhi nilai uang tersebut,
yang paling populer adalah tembaga, perak, dan emas.[5] Namun, mata uang yang
digunakan kala itu sangat beragam, dan semuanya berbeda-beda baik dalam segi
bentuk, ukuran, berat, karat, dan cetakannya.[5] Namun seiring dengan
meningkatnya jumlah transaksi finansial, dan berkembangnya perdagangan,
perlahan mulai terjadi keseragaman dalam koin-koin logam ini, dan memungkinkan
terjadinya perdagangan antar-wilayah.[5]
Salah satu sistem yang populer
digunakan kala itu adalah sistem manorial.[5] Sistem ini berpusat pada sebuah
manor, yaitu wilayah berdikari yang dikuasai oleh tuan tanah.[5] Pada sistem
ini, para petani bergantung pada tuan tanah tempat ia tinggal, khususnya dalam
hal keamanan, dan jaminan keselamatan kala melakukan kegiatan ekonomi. Sebagai
gantinya para petani ini bekerja untuk tuannya tersebut.[5] Sistem ini terutama
berkembang pada abad ke-5, dan ke-6, saat penyakit, dan bencana kelaparan
akibat perang melanda dimana mereka berdomisii, menyebabkan banyaknya orang
yang merelakan tanah direnggut, dan lari mencari perlindungan di tempat
lain.[5]
Petani merupakan pekerjaan yang
paling umum.[5] Mereka tersebar di berbagai manor, mengabdi pada tuan yang
berbeda-beda.[5] Selain bertani, petani juga memelihara kambing.[5] Tugas mengurusi
kambing biasanya dilakukan oleh wanita, antara lain menggunting rambutnya,
membuat wool, dan merajut pakaian.[5] Pekerjaan lain yang juga populer adalah
seniman, termasuk mereka yang memproduksi komoditas dari kaca, kayu, tanah
liat, dan besi.[5] Terdapat pula pekerjaan dalam bentuk jasa, antara lain
dokter gigi, tukang cukur, guru, dan ahli bedah.[5] Selain itu ada pula kelas
pedagang yang berkembang menjelang akhir abad pertengahan. Perkembangan kelas
pedagang ini mendorong majunya wilayah perkotaan.[5]
Dampak dari kemajuan ini terutama
terasa pada abad ke-12, dan ke-13.[5] Meski pertanian masih menjadi primadona,
kelas pedagang mulai memiliki pengaruh besar dalam perekonomian.[5] Beberapa di
antaranya bahkan memiliki pengaruh politik, dan membentuk serikat.[5] Serikat
ini digunakan antara lain untuk mempengarhui kebijakan pajak.[5] Sistem serikat
ini menandakan sebuah perubahan ke arah sistem ekonomi yang lebih matang karena
harga-harga serta kualitas barang mulai diatur.[5]
Namun perkembangan ini terhambat
ketika terjadi Kelaparan diseluruh plosok tanah air mereka pada saat itu, dan
Wabah Kematian Hitam merebak.[5] Kelaparan Besar yang terjadi pada tahun 1315
menyebabkan kekacauan terhadap sistem agraris, yang semakin mundur, dan
akhirnya mati bersamaan dengan matinya desa, dan kota-kota kecil yang
mendukungnya.[5] Kematian Hitam juga memberikan efek yang sama--jutaan petani
yang terinfeksi penyakit ini tewas. Akibat dari dua peristiwa ini adalah
munculnya sistem-sistem baru baik di bidang ekonomi maupun pertanian.[5]
PADA AWAL ERA REVOLUSI INDUSTRI
Dengan semakin mudahnya
mendapatkan modal untuk bertualang, dan memperluas daerah jajahan, perekonomian
di negara-negara Eropa seperti Spanyol, Perancis, Britania Raya, dan Belanda
berkembang sangat pesat. Mereka kemudian mencoba melakukan kontrol, dan
proteksi terhadap perdagangan dengan membuat bea cukai. Selain karena kemudahan
modal, perekonomian Eropa juga menguat akibat meluasnya paham sekularisme yang
memungkinkan negara-negara tersebut menggunakan harta gereja yang berlimpah
untuk mengembangkan kota. Kemajuan ini diikuti dengan kemunculan proyek-proyek
ekonomi besar, antara lain yang dirintis oleh Amschel Mayer Rothschild
(1773-1885). Topik ekonomi mulai terfokus pada pengelolaan harta masyarakat
atau negara.
Revolusi industri
Pada masa revolusi industri yang
terjadi pada abad ke-18, dan 19, perubahan besar terjadi di bidang pertanian,
manufaktur, pertambangan, dan transportasi. Hal ini mempengaruhi kondisi sosial
ekonomi, dan budaya di seluruh Eropa, Amerika Serikat, dan seluruh dunia. Paham
kapitalisme yang lebih bebas muncul menggantikan paham merkantilisme. Revolusi
industri sendiri terjadi karena peran dari berkembangnya ilmu ekonomi pada abad
ini.
ilmu ekonomi saat itu
dikembangkan oleh ilmuwan seperti Scotsman Adam Smith (1723-1790), yang kini
diakui sebagai ekonom pertama di dunia. Ia memperkenalkan ide bahwa harga
sebuah produk tercipta dari hasil tarik menarik antara pasokan, dan permintaan
serta pembagian tenaga kerja. Ia berpendapat bahwa motif utama dari perdagangan
adalah keuntungan diri pribadi. Paham ini kemudian menjadi basis yang
dikembangkan oleh berbagai ilmuwan selanjutnya seperti Thomas Malthus
(1766-1834) yang mengembangkan ide pasokan-permintaan untuk memecahkan masalah
populasi yang berlebihan. Berkat paham ini pula, orang mulai berpikir untuk
memproduksi barang, dan jasa secara besar-besaran.
Pasca-Perang Dunia
Setelah dua Perang Dunia terjadi,
dan perekonomian hancur akibatnya, pemerintah di banyak negara mulai
mencari-cari cara untuk mengontrol arah perekonomian. Beberapa ekonom seperti
Friedrich August von Hayek (1899-1992) dan Milton Friedman (1912-2006)
melontarkan ide tentang pentingnya sebuah perdagangan global yang bebas. Namun
kala itu ide dari John Maynard Keynes (1883-1946) diterima lebih luas. Keynes
berpendapat bahwa pemerintah perlu mengontrol pasar secara kuat. Keynes yakin
bahwa pemerintah dapat menghapus masalah ekonomi, dan mempercepat
pertumbuhannya dengan melakukan manipulasi terhadap permintaan agregat. Untuk
menghormati pemikirannya, paham ini diberi nama Keynesianisme.
Menurut Keynes, Ekonomi pasar
tidak memiliki mekanisme untuk memastikan bahwa semua orang bisa bekerja,
akibatnya pengangguran dapat terjadi. Keynes berpendapat bahwa negara perlu
melakukan intervensi, dan manipulasi terhadap permintaan, dan permintaan
agregat untuk mengurangi dampak negatif ini. Untuk melakukan hal tersebut,
Keynes menekankan pentingnya pemerintah untuk melakukan investasi. Jika
pemerintah meningkatkan pengeluarannya, uang yang beredar di masyarakat akan
bertambah sehingga masyarakat akan terdorong untuk berbelanja, dan meningkatkan
permintaannya (sehingga permintaan agregat bertambah). Selain itu, tabungan
juga akan meningkat sehingga dapat digunakan sebagai modal investasi, dan
kondisi perekonomian akan kembali ke tingkat normal.
Pada tahun 1950-an, perekonomian
Eropa, dan Amerika berkembang secara pesat. Periode ini disebut sebagai periode
Wirtschaftswunder yang diambil dari bahasa Jerman, yang berarti "keajaiban
ekonomi." Perkembangan pesat ini membawa satu jenis ekonomi baru: ekonomi
berbasis konsumsi massa. Paham ini semakin berkembang setelah John Kenneth
Galbrait (190-2006) memperkenalkan konsep yang diberi nama ekonomi pasar sosial
pada tahun 1956.
Akhir abad ke-20 dan awal abad
ke-21
Tren ekonomi dunia berubah
setelah perekonomian Uni Soviet yang menganut komunisme runtuh. Banyak
negara-negara Blok TImur yang berubah haluan dari komunisme ke ekonomi berbasis
pasar. Namun selain sistem ekonomi dari Barat tersebut, muncul sistem, dan
konsep-konsep ekonomi lain yang berasal dari negara non-Barat seperti RRT,
Brazil, dan India. Konsep ekonomi non-barat ini dikenal dengan Istilah
"masyarakat pasca-industri", sebuah istilah yang diperkenalkan pada
tahun 1973 oleh Daniel Bell.
Perkembangan, dan penyebaran
Internet sebagai media komunikasi massa juga mempengaruhi perkembangan ekonomi
khususnya setelah tahun 2000-2001. Ide tentang sebuah ekonomi berbasis
Internet, dan informasi mulai dikembangkan. Hal ini disebabkan karena internet
telah memberikan pengaruh besar pada dunia perdagangan, dan memunculkan satu
bidang baru yang disebut sebagai bisnis elektronik.
Manusia sebagai makhluk sosial
dan ekonomi
Manusia sebagai makhluk sosial,
dan makhluk ekonomi pada dasarnya selalu menghadapi masalah ekonomi. Inti dari
masalah ekonomi yang dihadapi manusia adalah kenyataan bahwa kebutuhan manusia
jumlahnya tidak terbatas, sedangkan alat pemuas kebutuhan manusia jumlahnya
terbatas. Beberapa faktor yang memengaruhi sehingga jumlah kebutuhan seseorang
berbeda dengan jumlah kebutuhan orang lain: Faktor ekonomi, Faktor lingkungan
sosial budaya, Faktor fisik, Faktor pendidikan, Faktor moral
Tindakan, Motif dan Prinsip Ekonomi
Tindakan Ekonomi
Tindakan ekonomi adalah sebuah
istilah yang mengacu pada setiap usaha manusia yang dilandasi oleh pilihan yang
paling baik, dan paling menguntungkan. misalnya: Ibu memasak dengan kayu bakar
karena harga minyak tanah sangat mahal. Tindakan ekonomi terdiri atas dua
aspek, yaitu :
Tindakan ekonomi Rasional, setiap
usaha manusia yang dilandasi oleh pilihan yang paling menguntungkan, dan
kenyataannya demikian.
Tindakan ekonomi Irrasional,
setiap usaha manusia yang dilandasi oleh pilihan yang paling menguntungkan
namun kenyataannya tidak demikian.
Motif Ekonomi
Motif ekonomi adalah alasan
ataupun tujuan seseorang sehingga seseorang itu melakukan tindakan ekonomi.
Motif ekonomi terbagi dalam dua aspek:
Motif Intrinsik, disebut sebagai
suatu keinginan untuk melakukan tindakan ekonomi atas kemauan sendiri.
Motif ekstrinsik, disebut sebagai
suatu keinginan untuk melakukan tindakan ekonomi atas dorongan orang lain.
Pada prakteknya terdapat beberapa
macam motif ekonomi:Motif memenuhi kebutuhan. Motif memperoleh keuntungan, Motif
memperoleh penghargaan, Motif memperoleh kekuasaan, Motif sosial / menolong
sesama
Prinsip Ekonomi
Prinsip ekonomi merupakan pedoman
untuk melakukan tindakan ekonomi yang didalamnya terkandung asas dengan
pengorbanan tertentu diperoleh hasil yang maksimal. Prinsip ekonomi adalah
dengan pengorbanan sekecil-kecilnya untuk memperoleh hasil tertentu, atau
dengan pengorbanan tertentu untuk memperoleh hasil semaksimal mungkin.
Referensi
^ a b c d "Economy".
Dictionary.com.
^ a b c d e f g h i Sectors of
the Economy.
^ Sheila C. Dow (2005),
"Axioms and Babylonian thought: a reply", Journal of Post Keynesian
Economics 27 (3), p. 385-391.
^ The Code of Hammurabi:
Introduction.
^ a b c d e f g h i j k l m n o p
q r s t u v w x y z aa ab Economy in the Middle Ages.
Daftar pustaka
"Economy in the Middle
Ages". Newman, Simon (dalam Inggris). thefinertimes.com. Diakses tanggal 8
Maret 2015.
"Sectors of the Economy". Rosenberg, Matt (dalam Inggris).
About.com. Diakses tanggal 8 Maret 2015.
"Economy" (dalam
Inggris). Dictionary.com. Diakses tanggal 8 Maret 2015.
Charles F. Horne, Ph.D. (1915).
"The Code of Hammurabi : Introduction". Yale University. Diakses
tanggal September 14, 2007.