Teori Produksi menurut David Ricardo |ekonomiakuntansiid
TEORI PRODUKSI: Hukum Tambahan Hasil Yang Semakin Berkurang |
ekonomiakuntansiid
Pada
pembahasan sebelumnya telah dipaparkan mengenai; Apa itu pengertian produksi, apa tujuan
produksi, ada berapa bidangkah produksi itu, berapa jenis usaha produksi,
berapa tahap proses produksi, produksi menurut sifatnya,peningkatan jumlah dan
mutu hasil produksi, faktor-faktor produksi. Selain itu pengertian fungsi
produksi dan metode produksi.
Selanjutnya pada bahasan berikut ini penulis akan membahas Teori Produksi :
Hukum tambahan hasil yang semakin berkurang, Adapun tujuan penulisan ini adalah
Untuk memperdalam pemahaman kita mengenai teori produksi: Hukum tambahan hasil
yang semakin berkurang sebagai berikut.
Sebagaimana yang telah diuraikan mengenai
hubungan antara faktor produksi dan output hasil produksi dapat dinyatakan
dalam fungsi produksi : Output=f(faktor
produksi)
Artinya , jika faktor-faktor produksi
ditambah, maka output juga akan bertambah. Dilihat secara sepintas hal itu
memang jelas, tetapi kenyataannya tidak sesederhana itu. Misalnya, dengan
teknik produksi tertentu tambahan tenaga kerja dan modal (faktor variable)terhadap
sebidang tanah (faktor tetap) belum tentu memberikan kenaikan hasil yang
sebanding.Dalam hal ini, untuk untuk mencapai hasil produksi yang baik
diperlukan perbandingan tertentu antara faktor-faktor produksi, yaitu antara
luas tanah dan jumlah pupuk, antara jumlah tenaga kerja dan jumlah mesin, dan
sebagainya. Apabila kita menambah imput yang satu, sedang imput yang lain
tetap, perbandingan tersebut menjadi pincang dan hasilnya akan tidak sebanding.
Misalnya saja, seorang petani dengan
luas tanah 1 ha sawah dapat memperoleh hasil 40 kuintal padi. Kalau jumlah
tenaga kerja yang mengerjakan luas tanah 1 ha itu dilipatgandakan, hasilnya
ternyta tidak menjadi dua kali lipat, melainkan kurang dari 80 kuintal. Artinya
, hasil itu selalu proporsional, maka seluruh petani bersama-sama akan dapat
menghasilkan padi yang melimpah dan kita tidak mempunyai masalah kekurangan
pangan.
Kenyataan inilah yang dirumuskan dalam suatu
hukum yang dikenal dengan nama Hukum tambahan hasil yang semakin berkurang atau
law of diminishing returns, yang
dikemukakan oleh David Ricardo dalam Rahardja
Pratama, ( 1995 ).
Hukum tambahan hasil yang semakin berkurang
sebagai berikut: Kalau ada ( paling sedikit) satu input yang tetap ( misalnya
tanah atau modal), dikombinasikan dengan satu input variable (misalnya tenaga
kerja) yang setiap kali ditambah dengan satu unit, maka output akan bertambah
juga, mula-mula dengan tingkat pertambahan yang lebih dari proporsional
(increasing returns), tetapi mulai saat tertentu tambahan hasil akan menjadi berkurang dari proporsional (diminishing returns).
Hukum ini pun berlaku dengan anggapan
ceteris paribus. Yang dianggap tetap sama adalah teknik produksi yang dipakai,
atau dikatakan dengan teknik produksi tertentu.
Perhatikan illustrasi berikut ini, Suatu perusahaan
pakaian / baju mempunyai bangunan, peralatan dan bahan-bahan untuk membuat
baju. Pabrik dengan mesin-mesinnya itu merupakan input yang tetap. Untuk dapat
menghasilkan output diperlukan tenaga kerja, yang menjadi input variabel.Apabila
jumlah tenaga kerja berturut-turut ditambah dengan satu orang, kita dapat
melihat berapa hasil produksi total yang dicapai serta berapa tambahan hasil
yang disebabkan oleh tambahan tenaga kerja yang terakhir. Tambahan hasil
produksi total yang disebabkan bertambahnya input variable dengansatu unit
disebut produk marjinal. Hasilnya dapat digambarkan sebagai berikut.
Hasil Produksi
Input
|
Output
|
||
Mesin dan bangunan
|
Jumlah tenaga kerja
|
Hasil total
|
Tambahan hasil
(produk marjinal)
|
tetap
|
0
|
0
|
0
|
tetap
|
1
|
20
|
20
|
tetap
|
2
|
50
|
30
|
tetap
|
3
|
100
|
50
|
tetap
|
4
|
120
|
20
|
tetap
|
5
|
140
|
20
|
tetap
|
6
|
150
|
17
|
Tetap
|
7
|
157
|
7
|
tetap
|
8
|
160
|
3
|
Dari angka-angka dalam tabeldiatas dapat
dilihat bahwa jumlah produk total (TP=Total product) memang bertambah sebagai
akibat ditambahnya jumlah tenaga kerja, tetapi tambahan hasil (MP=Marginal
Product) tidak selalu sebanding. Keadaan tersebut digambarkan sebagai berikut.
Agara lebih jelas perhatikan kurva produk tetal berikut.
Jika diperhatikan tabel dan kurva tersebut,
pada saat penambahan tenaga kerja 4 sampai 5 menyebabkan kenaikan produk total
dengan jumlah yang sama atau proporsional. Setelah itu, apabila tenaga kerja
terus ditambah akan menyebabkan tambahan hasil(produk marjinal) yang kurang
dari proporsional atau naik secara regresip(disebut sebagai diminishing
returns). Dalam grafik hal ini kelihatan dari bentuk kurva yang cekung berubaha
menjadi cenbubg, artinya tambahan input yang sama memberikan tambahan output
yang makin lama makin kecil.
Gejala seperti diatas dlam contoh
industri/pabrik pakaian jadi dapat diterangkan sebagai berikut. Pada tahap awal
(ketika jumlah tenaga kerja masih sedikit), dengan ditambahkannya tenaga kerja
akan menimbulkan produktifitas sebagai akibat terjadinya spesialisasi. Pada
saat jumlah tenaga kerja 1 orang, ia mengerjakan semua kegiatan dalam proses
produksi; dari belanja bahan(kain,benang,kancing, dan sebagainya),
memotong/membuat pola, menjahit,mengobras,sampai memasang kancing. Dengan 2
atau 3 tenaga kerja dapat dilakukan spesialisasi, yaitu ada yang khusus
memotong/membuat pola, yang khusus menjahit, dansebagainya. Spesialisasi dapat
meningkatkan produktivitas(hasil produksi perorang perhari) karena beberapa
hal:
1. Spesialisasi
meningkatkan keterampilan seseorang pada satu bidang pekerjaan, sehingga suatu
pekerjaan dapat lebih cepat diselesaikan.
2. Spesialisasi
dapat menghemat waktu karena berpindahnya dari satu jenis pekerjaan kejenis
pekerjaan lainnya (perpindahan jenis pekerjaan memerlukan waktu. Selain karena
jarak tempatnya juga jenis jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan memerlukan
persiapan-persiapan tertentu).
3. Spesialisasi
mendorong terjadinya penemuan-penemuan/inovasi.
Dmpak negative dari
penambahan tenaga kerja terus menerus akan mengakibatkan terjadinya oper tenaga
kerja yang tidak menutup kemungkinan akan terjadi ketidak seimbangan antara
peralatan, luas ruangan atau tampat bekerja sehingga mengakibatkan penggunaan
peralatan secara bergantian maka secara produksi maksimal sulit tercapai.Bahkan
semakin menurun alias law of diminishing
returns,
Perbaikan
Teknik Produksi
Pada umumnya teknik
produksi digunakan dengan dua cara yakni cara produksi dengan padat modal, dan
cara produksi dengan padat karya. Padat modal biasa disebut capital intensive cara ini menggunakan
sedikit tenaga kerja manusiaa tapi banyak menggunakan mesin.Sebaliknya padat
karya lebih banyak menggunaka tenaga manusia dan sedikit menggunakan mesin
model ini sering disebut labour intensive.
Di Indonesia paling
cocok dengan teknik produksi padat karya karena :
1. Dapat
member kesempatan kerja banyak orang
2. Tidak
begitu terpusatkan dikota besar sehingga dapat menampung banyak orang juga
didaerah pedesaan
3. Tidak
memerlukan investasi besar-besaran sehingga biaya tetap menjadi ringan
4. Tidak
begitu tergantung dari impor bahan dan suku cadang
5. Resiko
kerugian tidak terlalu besar.
Kelima hal yang mungkin mendukung
terjadinya tekhnik produksi padat karya tersebut skalipun tidak menutup kemungkinan
ada proyek-proyek tertentu yang menggunakan Capital intensive.
Daftar Fustaka
Rahardja
Pratamara, SE. 1995. EKONOMI KUR.1994.Klaten utara.
Gilarso,T.
1991.Pengantar ilmu ekonomi; Bagian makro.Yoyakarta; Penerbit Kanisi.us