Teori Konsumsi: Hukum Tambahan Kepuasan Yang Semakin Menurun | ekonomiakuntansi
1. Hubungan
antara jumlah dan Kegunaan Suatu barang
Apabila
seseorang hanya mempunyai satu baju yang baik, manfaat baju yang satu itu (dan
penilaian dia terhadap baju itu) sangat besar.Apabila baju yang satu itu sobek
maka ia merasa sangat kehilangan. Untuk itu dia harus mengganti, dan ia
akanmembeli baju lagi meskipun harus membayar harga cukup mahal.
Akan tetapi manakala seseorang mempunyai
10 potong baju yang baik, manfaat dari satu/tiap potong baju itu dirasakan
tidak begitu besar. Apabila ada baju sobek satu, ia tidak akan merasa terlalu
kehilangan dan merasa tidak perlu mengganti secepanya. Lebih baik uangnya
dipakai untuk membeli barang lainnya.
Dari contoh –contoh diatas dapat kita
simpulkan aadanya hubungan tertentu antara jumlah barang yang dikomsumsi untuk
jangka waktu tertentu dengan manfaat atau utility barang itu. Jika jumlah
barang yangdikomsumsi (untuk jangka waktu tertentu) bertambah banyak, kepuasan
kita juga akan bertambah, tetapi bertambahnya tidak secara proporsional. Hal
ini karena utility itu bersifat subyaktif, tergantung pada orang yang
menggunakan barang itu.
2. Kepuasan
Total dan Kepuasan Marjinal
Jika pada poin pertama diatas kita telah
membahas mengenai hubungan antara jumlah barang dengan kegunaan suatu barang
maka kali ini kita akan membahas mengenai kepuasan total dan kepuasan marginal.
Kita akan melihat apa yang terjadi dengan kepuasan ( utility yang dirasakan
oleh konsumen) apabila jumlah barang tertentu yang dikonsumsi (dalam jangka
waktu tertentu) setiap kali ditambah dengan satu unit. Misalnya, suatu siang yang
panas, kita minum satu gelas es teler. Satu gelas es teller pertama dirasakan
memberikan kepuasan yang amat besar(bila bisa dikuantifisir sebesar 7 until-satuan bagi kepuasan dihitung
dalam util). Oleh karena merasa nikmat, ia ia menambah lagi satu gelas.Ternyata
gelas yang kedua tidak senikmat gelas yang pertama. Artinya gelas es teller
yang kedua memberikan kepuasan lebih sedikit, misalnya sebesar 3 util.dalam hal
ini kita dapat mengatakan kepuasan total (TU= total utility) naik dari 7 util
menjadi 10 util sebagai akibat ditambahnya konsumsi es teller dari satu gelas
menjadi dua gelas, sedang tambahan kepuasannya/kepuasan marjinal (mu=Marjinal
utility) sebesar 3 util. Apabila kemudia ia menambah lagi satu gelas lagi es
teller , boleh jadi ia benar-benar teller . Artinya gelas yang ketiga itu sudah
tidak memberikan kepuasan baginya, bahkan negative ( karena perutnya kembung
dan sakit), Misalnya -2 util. Dengan demikian kepuasan total diberikan oleh 3
gelas es teler sekarang menjadi 8 util dan kepuasan marjinalnya -2 util.Agar
lebih jelas perhatikan table berikut.
Kepuasan total dan Kepuasan Marjinal yang
Diperoleh dari Mengonsumsi Es Teler
Jumlah
gelas es teler
|
Kepuasan
Total(Total Utility)
|
Kepuasan
Marjinal (Marjinal Utility)
|
0
|
0
|
0
|
1
|
7
|
7(7-0)
|
2
|
10
|
3(10-7)
|
3
|
8
|
-2 (8-10)
|
Jadi
kepuasan total (TU) adalah seluruh kepuasan diperoleh seseorang dari mengonsumsi
sejumlah barang. Sedangkan kepuasan marjinal di artikan sebagai tambahan
kepuasan yang disebabkan oleh bertambahnya satu unit barang yang dikonsumsi.
Hubungan antara jumlah barang yang dikonsumsi
dengan kepuasan yang diperoleh dari konsumsi barang itu daapat digambarkan
berikut ini.
Pada sumbu horizontal diukur banyaknya
barang yang dikonsumsi(untuk jangka waktu tertentu). Dan pada pada sumbu vertikal
diukur tinggi rendahnya kepuasan, yang diukur dengan satuan util (sekali lagi
ini hanya suatu asumsi, meskipun dalam kenyataan besarnya kepuasan tidak dapat
dikuantifikasikan).

Kalau
diperhatikan kurva kepuasan total (TU= total utility) tampak bahwa dengaan
setiap bertambahnya jumlah barang yang akan dikonsumsi maka kepuasan total akan
bertambah, tetapi pertambahannya tidak proporsional, bahkan pada titik tertentu
akan berkurang, bila barang yang
dikonsumsi itu terus ditambah. Hal ini ini menunjukkan kurva kepuasan
marjinal (MU= marginal utility)
berbentuk menurun dari kiri atas menuju kekanan bawah, bahkan mulai titik
tertentu menjadi negative. Dalam hal ini pertambahannya secara proporsional,
kurva TU merupakan garis lurus.
3. Hukum
Gossen I.
Gejala tambahan kepuasan yang tidak
proporsional ini pertama kali dkemukakan oleh seorang ahli ekonomi jerman
bernama Herman Heinrich Gossen (1810-1859), yang dikenal sebagai Law of
Diminishing Marginal Utility (Hukum tambahan kepuasan yang terus menurun)
Atau hukum
gossen 1(satu).
Hukum gossen I
BERBUNYI SEBAGAI BERIKUT. Jika jumlah barang yang dikonsumsi dalam jangka waktu
tertentu terus bertambah, maka kepuasan total yang diperoleh juga
bertambah.Akan tetapi kepuasan marjinal (tambahan kepuasan yang diperoleh jika konsumsi ditambah dengan satu unit )
akan semakin berkurang. Bahkan bila konsumsi terus dilakukan, pada skhirnya
tambahan kepuasan yang diperoleh akan menjadi negative dan kepuasan total
menjadi berkurang.
4. Hukum Gossen II
Uraian diatas dibatasi pada prilaku konsumsi
terhadap satu macam barang saja. Dalam kenyattaan, konsumen membutuhkan
beraneka macam barang. Masalahnya adalah berapa yang akan dibeli dari
bermacam-macam barang agar kebutuhannya terpenuhi dengan sebaik-baiknya dan
tercapai kepuasan maksimal. Hal itu dirumuskan oleh hukum gossen II, yang
bunyinya sebagai berikut.
Seorang konsumen akan membagi-bagi pengeluaran
uangnya untuk membeli berbagai macam barang sedemikian rupa hingga
kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi secara seimbang. Artinya sedemikian rupa
hingga rupiah terakhir yang dibelanjakan untuk membeli sesuatu memberikan
kepuasan marjinal yang sama. Apakah pengeluaran untuk membeli barang yang satu
atau untuk membeli barang yang lain.
5. Pengertian
Konsumsi
Dilihat dari
arti ekonomi, konsumsi merupakan tindakan untuk mengurangi atau menghabiskan
nilai guna ekonomi suatu benda. Sedangkan menurut Draham Bannoch dalam bukunya economics memberikan pengertian tentang konsumsi yaitu
merupakan pengeluaran total untuk memperoleh barang dan jasa dalam suatu
perekonomian dalam jangka waktu tertentu (dalam satu tahun) pengeluaran.
Konsumsi berasal
dari bahasa Inggris yaitu ìConsumptionî.
Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan
oleh rumah tangga dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan tersebut.
Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka
yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang diproduksi
untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang
konsumsi (Dumairy, 2004). Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan
sifat hubungan di antara tingkat
konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (disposabe income
) perekonomian tersebut. Fungsi konsumsi dapat dinyatakan dalam persamaan:
C = a + bY .............. dimana a adalah konsumsi rumah
tangga ketika pendapatan nasional adalah 0, b adalah kecondongan konsumsi
marginal, C adalah tingkat konsumsi dan Y adalah tingkat pendapatan nasional.
6. TEORI-TEORI KONSUMSI
Teori Konsumsi John Maynard Keynes
Dalam teorinya Keynes
mengandalkan analisis statistik, dan juga membuat dugaan-dugaan tentang
konsumsi berdasarkan introspeksi dan observasi casual.
Pertama, dan
terpenting Keynes menduga bahwa, kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal
propensity to consume) jumlah yang dikonsumsi dalam setiap tambahan pendapatan
adalah antara nol dan satu. Kecenderungan mengkonsumsi marginal adalah krusial
bagi rekomendasi kebijakan Keynes untuk menurunkan pengangguran yang kian
meluas. Kekuatan kebijakan fiskal untuk mempengaruhi perekonomian seperti
ditunjukkan oleh pengganda kebijakan fiskal muncul dari umpan balik antara
pendapatan dan konsumsi.
Kedua, Keynes
menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut kecenderungan
mengkonsumsi rata-rata (avarage prospensity to consume), turun ketika
pendapatan naik. Ia percaya bahwa tabungan adalah kemewahan, sehingga ia
berharap orang kaya menabung dalam proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan
mereka ketimbang si miskin.
Ketiga, Keynes
berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan
tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes menyatakan bahwa pengaruh
tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori. Kesimpulannya bahwa
pengaruh jangka pendek dari tingkat bunga terhadap pengeluaran individu dari
pendapatannya bersifat sekunder dan relatif tidak penting.
Menururt Keynes,
pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh sektor rumah tangga dalam perekonomian
tergantung dari besarnya pendapatan. Perbandingan antara besarnya konsumsi
dengan jumlah pendapatan disebut kecondongan mengkonsumsi (MPC = Marginal
Propensity to Consume). Semakin besar MPC semakin besar pula pendapatan yang
digunakan untuk kegiatan konsumsi dan sebaliknya.
Pada kondisi
negara yang MPC-nya rendah, maka akan menyebabkan selisih antara produksi
nasional (dengan asumsi full employment) dengan tingkat konsumsi (penggunaan
produk) menjadi semakin besar. Agar mencapai penggunaan tenaga kerja penuh,
para pengusaha perlu melakukan investasi sebesar selisih antara tingkat konsumsi
dan produksi tersebut. Jika besarnya investasi tidak mencapai jumlah tersebut,
maka akan terjadi pengangguran. Karena kondisi tersebut dalam kondisi nyata
tidak selalu tercapai, maka pengangguran akan selalu ada.
Fungsi konsumsi
Keynes adalah fungsi konsumsi jangka pendek.
Keynes tidak
mengeluarkan fungsi konsumsi jangka panjang karena menurut Keynes ” in the long
run we’re all dead.” , bahwa di dalam jangka panjang, kita semua akan mati,
sehingga jangka panjang tidak perlu diprediksi.
Faktor-Faktor utama yang memengaruhi tingat
konsumsi adalah Pendapatan, dimana korelasi keduanya bersifat positif, yaitu
semakin tinggi tingkat pendapatan (Y) maka konsumsinya (C) juga makin tinggi :
C = f(Y).
Teori Konsumsi Keynes
Menurut
John Maynard Keynes, jumlah konsumsi saat ini (current disposable income)
berhubungan langsung dengan pendapatannya. Hubungan antara kedua variabel
tersebut dapat dijelaskan melalui fungsi konsumsi. Fungsi konsumsi
menggambarkan tingkat konsumsi pada berbagai tingkat pendapatan.
C = a +bY => FUNGSI KONSUMSI
Keterangan : C = konsumsi seluruh rumah
tangga (agregat)
a =
konsumsi otonom, yaitu besarnya konsumsi ketika pendapatan nol (merupakan
konstanta)
b = marginal propensity
to consume (MPC)
Y = pendapatan
disposable
Dalam hal ini,
pendapatan (Y) yang dimaksud oleh Keynes adalah :
Pendapatan riil/nyata (yang menggunakan
tingkat harga konstan), bukan pendapatan nominal, Pendapatan yang terjadi
(current income), bukan pendapatan yang diperoleh sebelumnya, dan bukan pula
pendapatan yang diperkirakan terjadi di masa datang (yang diharapkan)
Pendapatan absolut, bukan pendapatan
relatif atau pendapatan permanen. b adalah marginal propensity to consume (MPC)
atau kecenderungan mengonsumsi marginal, yaitu berapa konsumsi bertambah bila
pendapatan bertambah. Dan secara matematis dapat dirumus :
MPC = perubahan C dibagi dengan perubahan Y
atau MPC = C/Y
Dalam kurva
konsumsi, MPC menunjukkan kemiringan/kecondongan (slope) kurva konsumsi.
Marginal propensity to save (MPS) adalah berapa tabungan bertambah karena
bertambahnya pendapatan.
MPC = perubahan S dibagi dengan perubahan Y
atau MPC = S/Y
Dimana : S =
tabungan dan Y = pendapatan.
Dalam kurva
tabungan, MPS menunjukkan kemiringan/kecondongan (slope) kurva tabungan.
MPC + MPS = 1. berarti MPS = 1 - MPC
Faktor - Faktor Penentu Tingkat Konsumsi
Pendapatan rumah tangga (Household income),
semakin besar pendapatan, semakin besar pula pengeluaran untuk konsumsi.
Kekayaan rumah tangga (Household wealth),
semakin besar kekayaan, tingkat konsumsi juga akan menjadi semakin tinggi.
Kekayaan misalnya berupa saham, deposito berjangka, dan kendaraan bermotor.
Prakiran masa depan (Household
expectations), bila masyarakat memperkirakan harga barang-barang akan mengalami
kenaikan, maka mereka akan lebih banyak membeli/belanja barang-barang.
Tingkat bunga (Interest rate), bila tingkat
bunga tabungan tinggi/naik, maka masyarakat merasa lebih untung jika uangnya
ditabung daripada dibelanjakan. berarti antara tingkat bunga dengan tingkat
konsumsi memepunyai korelasi negatif.
Pajak (Taxation), pengenaan pajak akan
menurunkan pendapatan disposable yang diterima masyarakat, akibatnya akan
menurunkan konsumsinya.
Jumlah dan Konsunsi penduduk, jumlah
penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi. Sedangkan komposisi
penduduk yang didominasi penduduk usia produktif/usia kerja (15-64 tahun) akan
memperbesar tingkat konsumsi.
Faktor sosial budaya, misalnya, berubahnya
pola kebiasaan makan, perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok
masyarakat lain yang dianggap lebih modern. Contohnya adalah berubahnya
kebiasaan oranng Indonesia berbelanja dari pasar tradisional ke pasar swalayan
(super market)
Daftar Fustaka
Rahardja Pratamara,
SE. 1995. EKONOMI KUR.1994.Klaten utara.
Gilarso,T.
1991.Pengantar ilmu ekonomi; Bagian makro.Yoyakarta; Penerbit Kanisi.us