PENGERTIAN BIAYA PRODUKSI, PENERIMAAN DAN LABA/RUGI |ekonomiakuntansiid
Pengertian Biaya Produksi, Penerimaan dan Laba/Rugi
Tujuan membahas materi tersebut, agar
pembaca atau siswa dan mahasiswa dapat menjelaskan hubungan biaya produksi,
penerimaan dengan laba/rugi dari suatu usaha.
Biaya produksi
1.Pengertian Biaya produksi
Dalam ilmu ekonomi, biaya produksi diartikan sebagai keseluruhan
pengorbanan yang perlu untuk suatu proses produksi, dinyatakan dalam uang
menurut harga pasar yang berlaku. Makanya itu pengertian biaya produksi
mengandung empat unsur yang perlu diperhatikan yakni sebagai berikut. a. Pengorbanan, b. Pengorbanan yang perlu
untuk produksi, c. Dinilai dalam uang, d. Menurut harga pasar yang berlaku.
a. Pengorbanan
Pengorbanan yang sesungguhnya adalah
pemakaian faktor-faktor produksi atau sumber-sumber ekonomi, seperti
bahan-bahan yang habis dipakai, waktu dan tenaga yang dicurahkan, peralatan dan
mesin yang dipakai, upah karyawan yang harus dibayar, dan sebagainya. Masalah
utama yang dihadapi oleh produsen adalah menentukan berapa jumlah pengorbanan
tersebut. Untuk itu semua pengorbanan harus diukur dengan teliti
(dikuantitatifkan). Yakni berapa kg bahan yang habis dipakai, berapa jam kerja
yang telah dicurahkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, dan berapa jam mesin
yang diperlukan untuk pembuatan suatu barang.
b.Pengorbanan yang perlu untuk produksi
Yang dihitung sebagai biaya hanyalah pengorbanan yang perlu saja,
artinya yang tidak dapat dihindarkan. Jadi, pemborosan bahan atau waktu yang sebenarnya
tidak ikut dihitung sebagai biaya. Misalnya, karena kurang hati-hati seorang
tukang cat menjatuhkan sebuah kaleng cat sehingga tercecer semua. Ini bukan
biaya yang perlu untuk proses produksi, maka tidak boleh dihitung sebagai biaya
produksi yang nantinya akan dibebankan pada konsumen. Lain halnya misalnya
perusahaan konveksi. DIsini tentu ada sisa-sisa kain yang terpotong dan harus
dibuang (sisa-sisa ini disebut afval). Ini tidak dapat dihindari, maka termasuk
biaya produksi.
c. Dinilai dalam uang
Semua biaya produksi dinilai dengan
uang. Pengeluaran yang memang harus dibayar dengan uang, seperti membeli
bahan-bahan atau gaji pegawai, sudah dengan sendirinya termasuk perhitungan
biaya. Akan tetapi, dapat terjadi bahwa ada hal-hal yang sebenarnya termasuk
biaya produksi tetapi tidak dibayar dengan uang. Misalnya tenaga sendiri atau
bahan-bahan yang diambil dari kebun sendiri. Oleh karena tidak menyangkut
pengeluaran uang, maka sering kali juga tidak dihitung sebagai biaya. Padahal
sebenarnya tenaga sendiri dan bahan-bahan itu juga harus diperhitungkan sebagai
biaya, meskipun tidak berupa pengeluaran uang. Contoh lain adalah penyusutan
gedung dan alat-alat produksi (mesin), yang betul-betul termasuk biaya,
meskipun tidak ada satu sen pun dikeluarkan untuk itu. Biaya seperti itu, yang
secara ekonomis harus dihitung sebagai biaya produksi tetapi bukan merupakan
pengeluaran uang, makanya disebut biaya implisit.
Jadi, pada dasarnya pengorbanan atau biaya yang tidak menyangkut pengeluaran
uang itu harus diperhitungkan. Cranya ialah biaya-biaya itu dinilaidalam uang,
yaitu disamakan dengan harga yang umum berlaku dalam masyarakat untuk hal-hal
seperti itu.
d. Menurut Harga Pasar Yang Berlaku
Oleh karena biaya harus dinilai dalam
uang, nilai atu harga yang dipakai adalah harga pasar yang berlaku, bukan
dengan harga yang dulu telah dibayar untuk membeli bahan/barang tersebut.
2. Teori Biaya Produksi
Produksi dan biaya produksi bagaikan keping
mata uang logam berisi dua. Jika produksi berbicara tentang nilai fisik
penggunaan faktor produksi, biaya mengukurnya dengan nilai uang. Dalam ekonomi
modern, ukuran efisiensi yang paling baik adalah uang. Sesuatu yang efisien
secara teknis, belum tentu menguntungkan secara finansial dan ekonomi.
Dalam ilmu ekonomi, biaya produksi diartikan
sebagai semua pengorbanan yang diperlukan untuk proses produksi, dinyatakan
dalam uang menurut harga pasar yang berlaku. Macam-macam biaya produksi adalah
sebagai berikut:
a. Biaya Tetap atau Fixed Cost
(FC)
Fixet Cost adalah biaya yang
besarnya tidak terpengaruh oleh jumlah barang yang diproduksi. Contohnya adalah
biaya sewa gedung dimana berapapun jumlah output yang dihasilkan perusahaan,
besaran sewa gedung yang harus dibayar adalah sama. Itu sebabnya kurva Fixet Cost berbentuk
horizontal.
b. Biaya Tetap Rata-Rata
atau Average Fixed Cost (AFC)
Average Fixet Cost adalah biaya tetap yang harus dikeluarkan per
unit barang. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: Kurva AFC
berbentuk menurun dari kiri atas ke kanan bawah. Semakin banyak jumlah barang
yang dihasilkan, kurva AFC semakin mendekati sumbu horizontal, namun tidak akan
sampai menyinggung (apalagi memotong) sumbu horizintal
(asymptot).
c. Biaya Variabel atau Variable Cost (VC)
Variable Cost adalah biaya yang besarnya tergantung pada jumlah
barang yang dihasilkan. Semakin banyak output, semakin tinggi biaya variabelnya.
Contoh biaya variabel adalah
pembelian bahan baku.
d. Biaya Variabel
Rata-Rata atau Average Variable Cost (AVC)
Average Variable Cost (AVC)
adalah biaya variabel yang dikeluarkan per unit barang. Secara matematis dapat dirumuskan
sebagai berikut: AVC menurun dengan
semakin banyaknya barang yang dihasilkan sampai mencapai titik minimum tertentu
(kapasitas produksi optimal) dan
kemudian naik bila produksi terus ditambah.
e. Biaya Total atau Total
Cost (TC)
Total Cost (TC) adalah jumlah
seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi. Biaya ini merupakan
penjumlahan dari biaya tetap (FC) dan
biaya variabel (VC). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
TC=TFC+TVC
f. Biaya Rata-Rata atau Average Cost (AC) dan Biaya Marjinal
atau Marginal Cost (MC)
AC adalah biaya yang dikeluarkan untuk setiap satu unit barang yang
diproduksi. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
AC = TC / Q atau AC = AFC + AVC
Semakin banyak barang yang
diproduksi, AC akan menurun hingga mencapai titik minimum pada jumlah produksi
tertentu. Selanjutnya bila produksi terus ditingkatkan, AC akan bergerak naik.Terdapat
MC yang menggambarkan berapa biaya total bertambah jika produksi ditambah
dengan 1 unit. Secara matematis,
MC dapat dirumuskan sebagai berikut: MC=delta TC/delta Q marginal
cost sama dengan delta total cost
dibagi dengan delta Q (Quantity)
g. Biaya Produksi Jangka Panjang
Poin-poin diatas telah membahas tentang biaya produksi dalam jangka
pendek dimana masih terdapat input tetap. Pada produksi jangka panjang, seluruh biaya adalah variabel. Oleh karena itu yang relevan
dalam jangka panjang adalah biaya total (TC), biaya rata-rata (AC), biaya variabel (VC), biaya variabel rata-rata (AVC) dan biaya marginal (MC).
Biaya total jangka panjang
adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi seluruh output dan semuanya
bersifat variabel. Sehingga dapat LTC (Long
run Total Cost) adalah sama dengan LVC (Long
run Variable Cost). Sehingga perubahan biaya
total adalah sama dengan perubahan biaya variabel pada jangka panjang.
3. Penerimaan
Penerimaan (Revenue) adalah
total pendapatan yang diterima oleh produsen berupa uang yang diperoleh dari
hasil penjualan barang yang diproduksi. Beberapa konsep penerimaan adalah
sebagai berikut:
a. Penerimaan Total atau Total
Revenue (TR)
TR adalah penerimaan
seluruhnya yang diterima oleh produsen dari hasil penjualan. Secara matematis
dapat diumuskan
sebagai berikut:
TR = P × Q
b. Penerimaan Rata-Rata atau
Average Revenue (AR)
AR adalah penerimaan produsen per unit barang yang dijualnya. Secara
matematis dapat diumuskan sebagai berikut:
AR = TR / Q
c. Penerimaan Marjinal (MR)
MR adalah kenaikan penerimaan total yang disebabkan oleh tambahan
penjualan sebesar 1 unit. Secara matematis dapat
diumuskan sebagai berikut:
4. Laba/Rugi
Laba/rugi adalah selisih antara nilai yang dihasilkan dengan nilai yang
dikeluarkan. Nilai yang dihasilkan merupakan penerimaan, sedangkan nilai yang
dikeluarkan merupakan biaya produksi. Apabila TR>TC maka perusahaan
memperoleh laba (profit). Sedangkan,
apabila TR<TC maka perusahaan menderita kerugian (loss). Secara matematis dapat diumuskan sebagai berikut: Selalu
diasumsikan bahwa setiap perusahaan berusaha untuk memaksimumkan laba (atau
meminimumkan kerugian). Asumsi ini digunakan untuk menentukan jumlah barang
yang diproduksi dan harganya.
Secara matematis, laba maksimum tercapai
apabila turunan pertama fungsi profit sama dengan 0. Berikut adalah penjabarannya:
Dengan demikian, perusahaan akan memperoleh
laba maksimum (atau kerugian minimum) bila berproduksi pada tingkat
output dimana MR=MC.
~Sumber:
Buku "Langkah Sukses Menuju Olimpiade Ekonomi" karangan Tim
LOPI
Buku "Pengantar Ilmu Ekonomi" karangan Pratama Rahardja &
Mandala Manurung