KEUNGGULAN MUTLAK dan PERDAGANGAN INTERNASIONAL|ekonomiakuntansiid
Sudah menjadi
sebuah kenyataan absolut bahwa peradaban manusia senantiasa berubah secara
terus menerus menuju pada tingkatan tertentu, seiring dengan perkembangan jaman
serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Begitupula
perekonomian. Dari jaman dahulu sampai sekarang, perekonomian terus menerus mengalami
perubahan dan perkembangan. Diharapkan perkembangan itu menjadi lebih baik,
namun dalam realitanya perkembangan ekonomi tidak bisa berjalan semulus yang
diharapkan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi pengembangan perekonomian, hal
tersebutlah yang kadang menjadi kendala dalam menciptakan perekonomian yang
lebih berarti. Selain karena perekonomian sifatnya sangat mengglobal dan
perekonomian satu daerah kedaerah lain maupun dari satu negara ke negara lain
saling mempengaruhi maka tidak hanya satu atau dua negara saja yang memikirkan
bagaimana cara mengembangkan perekonomian menuju arah yang lebih baik, bahkan
seluruh dunia memikirkannya. Berbicara masalah
ekonomi, dari periode satu ke periode berikutnya perkembangan ekonomian
senantiasa menjadi pokok pembicaraan yang menarik. Oleh karena itu munculah
berbagai tokoh-tokoh ekonomi yang mengemukakan berbagai pendapat, dari generasi
ke generasi munculah tokoh-tokoh ekonomi baru yang membawa pemikiran yang
berbeda dengan tokoh-tokoh ekonomi generasi sebelumnya. Pemikiran tersebut
biasanya merupakan penyempurnaan pemikiran tokoh sebelumnya atau pembenahan
apabila ada pemikiran tokoh yang setelah diuji ada suatu kesalahan. Walaupun
berbagai pemikiran bermunculan, namun pada dasarnya pemikiran-pemikiran
tersebut merngharapkan adanya pengembangan perekonomian menuju yang lebih baik.
Dan dari berbagai macam pemikiran dan teori-teori dari para tokoh inilah kita
bisa mengambil suatu tindakan ekonomi yang tepat guna meningkatkan
perekonomian. Sebelum kita bisa mengambil tindakan itu, timbul pertanyaan baru
yaitu bagaimana awal dari teori-teori pengembangan ekonomi itu dan bagaimanakah
proses perkembangan teori-teori itu?
Adapun tujuan
penulisan makalah ini adalah, Untuk memahami lebih dalam Teori Kenggulan Mutlak
(Absolute Advantage) oleh Adam Smith.
Berdasarkan
latar belakang masalah dan tujuan penulisan maka penulis mempermasalahkan
bagaimana Teori Kenggulan Mutlak (Absolute Advantage) menurut Adam Smith?
TEORI KEUNGGULAN MUTLAK (ABSOLUTE ADVANTAGE)
Adam Smith
(1723-1790)
Teori keunggulan
mutlak (theory of absolute advantage) merupakan teori yang dikemukakan oleh
Adam Smith. Teori ini menyatakan bahwa setiap negara akan memperoleh manfaat
perdagangan internasional apabila melakukan spesialisasi pada produk yang
mempunyai efisiensi produksi lebih baik dari negara lain, dan melakukan
perdagangan internasional dengan negara lain yang mempunyai kemampuan spesialisasi
pada produk yang tidak dapat diproduksi di negara tersebut secara efisien.
Menurutnya, suatu negara dapat disebut memiliki keunggulan mutlak dari negara
lain jika negara tersebut memproduksi barang atau jasa yang tidak dapat
diproduksi oleh negara lain. Misalnya, Indonesia memproduksi keris dan tidak
memproduksi satelit pemancar. Sebaliknya, Jepang memproduksi satelit pemancar
dan tidak memproduksi keris. Dengan demikian, perdagangan internasional akan
terjadi di antara keduanya bila Indonesia dan Jepang bersedia bertukar satelit
pemancar dan keris.
Teori Keunggulan
Mutlak/Absolut menurut Adam Smith bahwa setiap Negara akan memperoleh manfaat
perdagangan Internasional apabila melakukan spesialisasi pada produk yang
mempunyai efisiensi produksi lebih baik dari Negara lain, dan melakukan
perdagangan internasional dengan Negara lain yang mempunyai kemampuan
spesialisasi pada produk yang tidak dapat diproduksi di Negara tersebut secara
efisien.
Teori absolut advantage (Keunggulan Mutlak)
ini didasarkan pada beberapa asumsi pokok antara lain:
(1)Faktor
produksi yang digunakan hanya tenaga kerja (2) Kualitas barang yang diproduksi
kedua Negara sama (3)Pertukaran dilakukan secara barter tanpa mengeluarkan uang
(4)Biaya transpor ditiadakan
Teori keunggulan
mutlak/absolut adalah situasi ekonomi di mana penjual mampu menghasilkan jumlah
yang lebih tinggi dari produk yang diberikan, saat menggunakan jumlah yang sama
sumber daya yang digunakan oleh pesaing untuk menghasilkan jumlah yang lebih
kecil. Hal ini dimungkinkan bagi individu, perusahaan, dan bahkan negara memiliki
keuntungan absolut di pasar. Kemampuan untuk menghasilkan lebih banyak barang
dan jasa dengan lebih efisien juga memungkinkan untuk mendapatkan keuntungan
lebih, dengan asumsi bahwa semua unit yang diproduksi dijual.
Biaya juga
merupakan faktor yang terlibat dalam menentukan apakah keuntungan absolut ada.
Ketika itu adalah mungkin untuk memproduksi lebih banyak produk dengan
menggunakan sumber daya yang lebih sedikit, ini biasanya diterjemahkan ke dalam
biaya produksi yang lebih rendah per unit. Bahkan dengan asumsi bahwa produsen
menjual setiap unit dengan biaya sedikit di bawah kompetisi, hasil akhir masih
harus keuntungan yang lebih tinggi pada setiap unit yang dijual.
Teori Keunggulan
Mutlak/Absolut lebih mendasarkan pada besaran/variabel riil bukan moneter,
sehingga sering dikenal dengan nama teori murni (pure theory) perdagangan
internasional. Murni dalam arti bahwa teori ini memusatkan perhatiannya pada
variabel riil seperti misalnya nilai suatu barang diukur dengan banyaknya
tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan barang. Makin banyak tenaga
kerja yang digunakan akan makin tinggi nilai barang tersebut (Labor Theory of
value). Teori Absolute Advantage Adam Smith yang sederhana menggunakan teori
nilai tenaga kerja.
Teori nilai
kerja ini bersifat sangat sederhana sebab menggunakan anggapan bahwa tenaga
kerja itu sifatnya homogen serta merupakan satu-satunya faktor produksi. Dalam
kenyataannya tenaga kerja itu tidak homogen, faktor produksi tidak hanya satu
dan mobilitas tenaga kerja tidak bebas. Namun teori itu mempunyai dua manfaat:
pertama, memungkinkan kita dengan secara sederhana menjelaskan tentang
spesialisasi dan keuntungan dari pertukaran. Kedua, meskipun pada teori-teori
berikutnya (teori modern) kita tidak menggunakan teori nilai tenaga kerja,
namun prinsip teori ini tidak bisa ditinggalkan (tetap berlaku).
Menurut beliau
bahwa perkembangan ekonomi diperlukan adanya spesialisasi agar produktivitas
tenaga kerja bertambah karena dengan adanya spesialisasi akan meningkatkan
keterampilan tenaga kerja. Disamping itu, beliau juga menitik beratkan pada
luasnya pasar. Pasar yang sempit akan membatasi spesialisasi (Devition of
Labour) oleh karena itu pasar harus seluas mungkin supaya dapat menampung hasil
produksi sehingga perdagangan Internasional menarik perhatian. Karena hubungan
perdagangan internasional itu menambah luasnya pasar, jadi pasar terdiri pasar
luar negeri dan pasar dalam negeri.
Prinsip Adam
Smith mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingkat Investasi
G=f (I).
Dalam teori keunggulan mutlak, Adam Smith
mengemukakan ide-ide sebagai berikut:
Adanya Division of Labour (Pembagian Kerja
Internasional) dalam Menghasilkan Sejenis Barang
Dengan adanya
pembagian kerja, suatu negara dapat memproduksi barang dengan biaya yang lebih
murah dibandingkan dengan negara lain, sehingga dalam mengadakan perdagangan
negara tersebut memperoleh keunggulan mutlak.
Spesialisasi Internasional dan Efisiensi
Produksi
Dengan
spesialisasi, suatu negara akan mengkhususkan pada produksi barang yang
memiliki keuntungan. Suatu negara akan mengimpor barang-barang yang bila
diproduksi sendiri (dalam negeri) tidak efisien atau kurang menguntungkan,
sehingga keunggulan mutlak diperoleh bila suatu negara mengadakan spesialisasi
dalam memproduksi barang. Keuntungan mutlak diartikan sebagai keuntungan yang
dinyatakan dengan banyaknya jam/hari kerja yang dibutuhkan untuk membuat
barang-barang produksi. Suatu negara akan mengekspor barang tertentu karena
dapat menghasilkan barang tersebut dengan biaya yang secara mutlak lebih murah
daripada negara lain. Dengan kata lain, negara tersebut memiliki keuntungan
mutlak dalam produksi barang. Jadi, keuntungan mutlak terjadi bila suatu negara
lebih unggul terhadap satu macam produk yang dihasilkan, dengan biaya produksi
yang lebih murah jika dibandingkan dengan biaya produksi di negara lain.
Pandangan Adam
Smith (1723-1790) atas konsep nilai dibedakan menjadi 2 yaitu nilai pemakaian
dan nilai penukaran. Hal ini menimbulkan paradok nilai, yaitu barang yang
mempunyai nilai pemakaian (nilai guna yang sangat tinggi, misalnya air dan
udara, tetapi mempunyai nilai penukaran yang sangat rendah. Malahan boleh
dikatakan tidak mempunyai nilai penukaran. Sedangkan di sisi lain barang yang
nilai gunanya sedikit tetapi dapat memiliki nilai penukaran yang tinggi,
seperti berlian. Hal ini baru diselesaikan oleh ajaran nilai subyektif.
Masngudi (2006)
menjelaskan bahwa teori keunggulan absolut dari Adam Smith mempunyai
kelemahan-kelemahan sebagai berikut: Teori keunggulan absolut tidak menjelaskan
dengan mekanisme apa dunia memperoleh keuntungan dan output dan bagaimana
dibagikan di antara para penduduk masing-masig negara.
Dalam model
teori keunggulan absolut tidak menjelaskan bagaimana jikalau negara yang satu
sudah mengadakan spesialisasi sedangkan yang lain masih memproduksikan kedua
produk.
Bahwa labor
productivity berbeda-beda. Selain itu Masngudi mengatakan bahwa, Adam Smith tak
terpikirkan adanya negara negara yang sama sekali tidak memiliki keunggulan
absolut. Padahal adam smith telah mengatakan bahwa ketika suatu Negara tidak
punya keunggulan absolute Negara tersebut menjadi Negara konsumtif karena Negara
tersebut untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya pasti mengipor barang dari Negara
yang memiliki kleuntungan absolute.
Contoh 1:
Indonesia dan
India memproduksi dua jenis komoditi yaitu pakaian dan tas dengan asumsi
(anggapan) masing-masing negara menggunakan 100 tenaga kerja untuk memproduksi
kedua komoditi tersebut. 50 tenaga kerja untuk memproduksi pakaian dan 50
tenaga kerja untuk memproduksi tas. Hasil total produksi kedua negara tersebut
yaitu:
Produk
|
Indonesia
|
India
|
Pakaian
|
40 unit
|
20 unit
|
Pakaian
|
20
unit
|
30
unit
|
Berdasarkan
informasi di atas, Indonesia memiliki keunggulan mutlak dalam produksi pakaian
dibandingkan dengan India, karena 50 tenaga kerja di Indonesia mampu
memproduksi 40 tenaga kerja dan India hanya bisa memproduksi 20 unit. Sedangkan
India memiliki keunggulan mutlak dalam memproduksi tas karena India bisa
membuat 30 tas, Indonesia hanya 20 tas. Jadi Indonesia memiliki keunggulan
mutlak dalam produksi pakaian dan India memiliki keunggulan mutlak dalam
produksi tas. Apabila Indonesia dan India melakukan spesialisasi produksi,
hasilnya akan sebagai berikut:
Produk
|
Indonesia
|
India
|
Pakaian
|
80 unit
|
0 unit
|
Tas
|
0 unit
|
60 unit
|
Dengan melakukan
spesialisasi hasil produksi semakin meningkat. Karena Indonesia dan India
memindahkan tenaga kerja dalam produksi komoditi yang menjadi spesialisasi.
Sebelum spesialisasi, jumlah produksi sebanyak 60 unit pakaian dan 50 unit tas.
Tetapi setelah spesialisasi, jumlah produksi meningkat menjadi 80 unit pakaian
dan 60 unit tas. Jadi keunggulan mutlak terjadi apabila suatu negara dapat
menghasilkan komoditi-komoditi tertentu dengan lebih efisien, dengan biaya yang
lebih murah dibandingkan dengan negara lain.
Contoh 2:
Berdasarkan
tabel di atas dapat diketahui, bahwa Indonesia lebih unggul untuk memproduksi
rempah-rempah dan Jepang lebih unggul untuk produksi elektronik, sehingga
negara Indonesia sebaiknya berspesialisasi untuk produk rempah-rempah dan
negara Jepang berspesialisasi untuk produk elektronik. Dengan demikian,
seandainya kedua negara tersebut mengadakan perdagangan atau ekspor dan impor,
maka keduanya akan memperoleh keuntungan.
Besarnya
keuntungan dapat dihitung sebagai berikut:
Untuk negara
Indonesia, Dasar Tukar Dalam Negeri (DTD) 1 kg rempah-rempah akan mendapatkan 1
unit elektronik, sedangkan Jepang 1 kg rempah-rempah akan mendapatkan 4 unit
elektronik. Dengan demikian, jika Indonesia menukarkan rempah-rempahnya dengan
elektronik Jepang akan memperoleh keuntungan sebesar 3 unit elektronik, yang
diperoleh dari (4 elektronik – 1 elektronik).
Untuk negara
Jepang Dasar Tukar Dalam Negerinya (DTD) 1 unit elektronik akan mendapatkan
0,25 rempah-rempah, sedangkan di Indonesia 1 unit elektronik akan mendapatkan 1
kg rempah-rempah. Dengan demikian, jika negara Jepang mengadakan perdagangan
atau menukarkan elektroniknya dengan Indonesia akan memperoleh keuntungan
sebesar 0,75 kg rempah-rempah, yang diperoleh dari ( 1 kg rempah-rempah – 0,25
elektronik).
Penutup
Demikian yang
dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah
ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini.
Penulis banyak
berharap para pembaca bersedia memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Boediono.1981.
Ekonomi internasional.Yogyakarta; BP-FEUGM.
Ellsworth,
P.T.and J. Clark Leith. 1975.The International Economics. 7 th ed. Manila;
Rrichard D. Irwin.
Rahardja
Pratamara, SE. 1995. EKONOMI KUR.1994.Klate nutara.
Nopirin. 1983. Ekonomi
Internasional; Pembayaran Internasional. Yokyakarta: Liberty