CONTOH PENDAHULUAN |ekonomiakuntansiid
Pendahuluan sebuah tulisan, terdiri beberapa jenis diantaranya :
pendahuluan laporan,pendahuluan makalah, pendahuluan artikel, pendahuluan
skripsi, pendahuluan tesis, pendahuluan
desertasi, dan pendahuluan tulisan lainnya.
Dari beberapa pendahuluan tersebut terkadang menjadikan seorang penulis
terhambat karena pendahuluan,sehingga banyak orang sebenarnya bisa menulis tapi karena pendahuluan tulisannya belum selesai maka secara keseluruhan juga ikut terhenti. Pendahuluan sebuah tulisan, tidak
kalah pentingnya dengan isi tulisan. Pendahuluan sebuah tulisan baik itu
pendahuluan artikel, pendahuluan makalah, pendahuluan skripsi, pendahuluan
tesis, pendahuluan desertasi, maupun pendahuluan tulisan lainnya.
Pendahuluan sebuah tulisan dianggap
sangat penting, karena didalam pendahuluan tulisan akan tergambar mengenai
latar belakang penulisan atau penelitian, ide dasar penulis mengenai dasar
penulisan sebuah karya tulis, kemudian member gambaran secara umum mengenai
permasalahan yang sangat urgen sehingga tulisan itu dibuat.Selanjutnya dari
latar belakang dan gambaran umum dari penulis maka lahirlah sebuah pernasalahan
yang akan penjadi pokus pembahasan dari sebuah karya tulis tersebut.
Selain latar belakang, gambaran umum, rumusan
masalah.Pendahuluan sebuah tulisan juga harus menggambarkan tujuan dan manfaat
dari tulisan yang dibuat, dan bahkan kalau pendhulua untuk penelitian tindakan
kelas(PTK) tidak terlupakan dicantumkan mengenai cara pemecahan masalah dari
PTK tersebut.
Berdasar dari uraian mengenai
pendahuluan sebuah tulisan maka secara garis besar isi penddahuluan sebuah kaya
tulis terdiri dari; Latar belakang, Rumusan masalah, Tujuan penulisan, Manfaat
tulisan, dan dara pemecahan masalah.
Oleh karena pendahuluan menurut
penilaian calon penulis sangat penting maka berikut ini penulis memberikan dua
contoh sederhana pendahuluan sebuah tulisan.
Contoh Pendahuluan, 1.
Latar
Belakang
Dalam kerangka acuan pembangunan nasional
umumnya dan khususnya Kab.Bantaeng
, memberdayakan masyarakat diberbagai segi sudah seharusnya menjadi pusat
perhatian dan tanggung jawab bersama. Membangun ekonomimasyarakat pedesaan
berarti pula membangun sebagian besar penduduk Indonesia . Selain memiliki potensi
sumber daya manusia ,pedesaan juga memiliki potensi sumber daya alam .
Dengan demikian pembanguna masyarakat pedesaan Indonesia harus
menjadi perhatian lebih serius , terencana , terpadu ,dan berkesinambungan ,
serta dipercepat prosesnya . Jika kita semua komitmen terhadap TAP MPR No.IV /
MPR / 1999 ( hurup G angka 1.d ) , mengenai perlunya percepatan pembangunan
pedesaan dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat terutama petani dan
nelayan melalui penyediaan program prasarana , pengembangan kelembagaan ,
penguasaan teknologi dan pemanfaatan sumber daya alam .
Kendatipun sebelumnya harus
diawali dengan analisis potensi , kekuatan , kelemahan , peluang dan tantangan agar
supaya pendekatan pembangunan berpihak kepada kepentingan masyarakat , dan
berdasarkan situasi kondisi internal dan eksternal . Begitupula penerapan
otonomi daerah ( UU No. 22 tahun 1999 ) membutuhkan suatu strategi adaptasi
antara modernisasi dengan tradisi . Dengan demikian pembangunan pedesaan
diharapkan terciptanya kesesuaian antara perencanaan pembangunan yang dibuat
dengan potensi yang ada , kebutuhan dan keinginan masyarakat di pedesaan dengan
harapan ekonomi masyarakat pedesaan dapat terangkat atau dapat memperkecil
angka orang miskin . Sekalipun kenyataan beberapa tahun yang lalu masyarakat
pedesaan terutama petani dan nelayan belum dapat melepaskan diri dari kemiskinan . Mereka semakin tertindas dan
harus menjadi tumbal atas kebijakan perekonomian pemerintah . Terlihat pada
harga hasil produksi pertanian semakin tidak menentu .
Disisi lain pembangunan nasional juga
menciptakan kesenjangan antara desa dan kota . Pusat perhatian pemerintah berfokus
pada sektor industri yang padat modal untuk mengejar pertumbuhan . Akibatnya
sektor pertanian dikorbankan . Ditambah lagi pembangunan dipusatkan dikota – kota . sehingga berakibat
pada terjadinya kesenjangan pendidikan , ketersediaan lapangan kerja , infra
struktur investasi , dan kebijakan ( Mubyarto, 1984 ) . Selanjutnya petani
tetap miskin karena berkaitan dengan produksi seperti kapasitas sumber daya
manusia , modal dan kebijakan pemerintah .
Permasalahan selama ini adalah
rencana dan implementasi program pembangunan pertanian di pedesaan kurang
didasarkan pada potensi alam dan sosial setempat , serta tidak dikaitkan dengan
peluang pasar lokal , regional , nasional , dan internasional . Apatah lagi
pembinaan SDM petani belum dilakukan
secara optimal . Tulisan ini sebagai salah satu masukan
kepada pemerintah Kab.. Bantaeng dalam rangka pelaksanaan pemberdayaan ekonomi
masyarakat pedesaan . Melalui suntikan modal kerja desa sebanyak 1 ( satu )
milyar tiap desa Harapan penulis semoga tulisan ini bermanfaat terhadap
pelaksanaan pemandirian desa di Kab. Bantaeng . Agar pelaksanaan proyek
pemandirian desa tidak terulang kembali
kegagalan masa lalu . Semoga masyarakat tidak terjerumus kepada penyalagunaan
modal kerja dari PEMKAB. Bantaeng .
Contoh Pendahuluan 2
1. Pendahuluan
Kebijakan Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP, 2005) yang dituang-kan dalam Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indo-nesia menggariskan bahwa
pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan secara tematik dan integratif (terpadu)
dengan memfokuskan pada aspek keterampilan berbahasa (kompetensi komunikatif,
Savignon, 1983). Pembelajaran bahasa Indonesia seperti itu sebenarnya sudah
dikenal sejak diberlakukannya Kurikulum 1994. Kompetensi yang dituntut adalah
kompetensi komunikatif, yakni kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan. Terkait dengan
kurikulum yang berlaku sekarang, yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK),
tuntutan terhadap kompetensi komunikatif tersebut tidaklah menimbulkan
permasalahan, mengingat sejak dulu kurikulum bahasa Indonesia sudah
berorientasi pada kompetensi. pendahuluan makalah Pembelajaran bahasa Indonesia
yang dilakukan secara tematik, artinya bahwa tiap kegiatan berbahasa pastilah
berpangkal pada tema tertentu. Implikasinya, secara operasional suatu sajian
pembelajaran bahasa Indonesia di dalam suatu pertemuan haruslah menggunakan
suatu tema tertentu. Misalnya, jika dalam suatu pertemuan dipilih tema
teknologi, diskusinya tentang teknologi, begitu pula kosakatanya, latihan
menulisnya, dan sebagainya.
Di samping secara tematik,
pembelajaran bahasa Indonesia juga dilakukan secara integratif. Artinya,
pembelajaran bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan memadukan empat
keterampilan berbahasa, yakni keterampilan mendengarkan, membaca, berbicara,
dan menulis. Ini sering disebut dengan keterpaduan internal. Sementara itu,
pembelajaran bahasa Indonesia dapat juga dipadukan dengan bidang studi lain,
seperti: Matematika, IPA, dan IPS (keterpaduan eksternal). Apa yang disarankan
oleh BSNP itu pada hakikatnya sesuai dengan pandangan para pakar bahasa tentang
whole language (Goodman, 1986), suatu konsep yang menyatakan bahwa bahasa
bukanlah barang serpih-serpih yang terpisah, melainkan sebagai suatu
keseluruhan utuh. Implikasinya dalam pengajaran ialah bahasa harus diajarkan
secara utuh sebagai suatu sistem yang terpadu. Kedua cara tersebut jelas saling
melengkapi satu sama lain, karena suatu tema akan memadukan seluruh kegiatan
berbahasa, baik pada tingkat perencanaan maupun pada tingkat pelaksanaan di
dalam kelas.
Sejalan dengan uraian di atas,
dalam Kurikulum PGSD disebutkan bahwa pembelajaran hendaknya lebih berorientasi
pada kebermaknaan belajar. Dalam hal itu perlu dilibatkan materi-materi yang
beragam. Selanjutnya ditegaskan bahwa ada tiga elemen penting dalam belajar
untuk pemahaman, yaitu: (1) pengembangan topik generik yang bisa mendorong anak
untuk secara mendalam dan bergairah melaksanakan connection making, (2)
pengajaran menekankan pada pembentukan pemahaman dan kebermaknaan, dan (3)
asesmen dalam konteks, yang artinya testing bukan bagian terpisah, melainkan
terpadu dalam pembelajaran dan tugas-tugas yang dihadapkan kepada anak bersifat
holistik (Zuchdi, 1997). Hal ini mengarah pada prinsip pembelajaran terpadu,
yakni pembelajaran yang secara sengaja mendekatkan aspek-aspek intra dan
inter-bidang studi, sehingga peserta didik memperoleh pengetahuan dan
keterampilan secara utuh dan simultan dalam konteks yang bermakna.
sekian, semoga ke dua contoh
pendahuluan artikel dan makalah ini dapat bermanfaat.