TOLAK UKUR KEMISKINAN SEBUAH TINJAUAN
TOLAK UKUR KEMISKINAN SEBUAH TINJAUAN
TOLAK UKUR KEMISKINAN SEBUAH TINJAUAN
Secara konseptual kemiskinan dapat dilihat sebagai konsep yang
bermatra multidimensional. Konsep ini menunjukkan bahwa dimensi
kemiskinan terkait dengan aspek ekonomi,politik, dan sosial psikologi.
Aspek - aspek ini memiliki keterlaitan satu sama lain dalam dinamika
konseptual menghenai kemiskinan.
Dalam konteks ini secara ekonomi kemiskinan didefinisikan
sebagai kekuarangan sumber daya yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidup dan meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang atau individu.
Aspek ekonomi lebih ditentukan oleh sumber daya, basis-basis produksi
dan produktivitas kerja seseorang dalam menghasilkan uang, modal, dan
jaringan. Akan tetapi, dalam konteks ini sumber daya tidak hanya
menyangkut aspek finansial, tetapi juga semua jenis kekayaan (wealth)
yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam arti luas. Dlam
hal ini individu dan kelompok dilihat dari persepsi pembangunan
dirinya secara ekonomi dalam relasi ekonomi.
Berdasrkan konsep tersebut kemiskinan dapat diukur secara
langsung dengan menetapkan persediaan sumber daya yang dimiliki
seseoarang melalui penggunaan standar baku yang dikenal dengan garis
kemiskinan(poverty line). Cara ini sering disebut dengan metode
pengukuran kemiskinan absolut. Contoh garis kemiskinan yang digunakan
BPS sebesar 2.100 kalori perorang perhari yang disetarakan dengan
pendapatan tertentu atau pendekatan Bank dunia yang menggunakan 1 dollar
AS perorang perhari. Selai itu kita dapat melihat tipe kemiskinan
tersebut dalam konteks kekurangan akses pada pendidikan, kesehatan, dan
tempat tinggal yang menjadi hak dasar manusia.
Secara politik , kemiskinan dilihat dari tingkat akses terhadap kekuasaan (power).Dalam
hal ini kekuasaan merupakan tatanan sistem politik yang dapat
menentukan kemampuan sekelompok orang dalam menjangkau dan menggunakan
sumber daya. Akses pada kekuasaan sulit digapai individu atau kelompok,
terlebih dalam kondisi kemiskinan yang absolut. Hal ini disebabkan akses
pada kekuasaan sangat mensyaratkan mobilitas ekonomi dan sosial yang
saling terkait dan menopang.
Kemiskinan secara sosial psikologis merujuk pada kekurangan
jaringan danstruktur sosial yang mendukung dalam mendapatkan
kesempatan-kesempatan dalam mendapatkan produktivitas. Dimensi
kemiskinan ini dapat diartikan sebagai kemiskinan yang disebabkan oleh
adanya faktor-faktor penghambat yang mencegah atau merintangi seseorang
dalam memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang ada dimasyarakat.
Kemiskinan ini lebih banyak disebabkan oleh lemahnya faktor negara dalam
mengatasi masalah struktur ekonomi politik masyarakat.
Faktor-faktor penghambat tersebut meliputi faktor internal dan
eksternal. Faktor internal datang dari dalam diri simiskin itu sendiri,
seperti rendahnya pendidikan atau adanya hambatan budaya. Hal ini
mengingatkan kita pada teori' kemiskinan budaya"(kultural poverty)
yang dikemukakan ekonom dan ahli kemiskinan Amerika Oscar Lewis.bahwa
kemiskinan dapat muncul akibat dari adanya nilai-nilai atau kebudayaan
yang dianut oleh orang-orang miskin,seperti malas, mudah menyerah pada
nasib, dan kurangnya etos kerja.Sekalipun pada dasarnya mereka mengalami
seperti itu karena mereka tidak diberi kesempatan. Faktor ini sangat
berpengaruh pada generasi secara terus menerus karena kultur keluarga
atau masyarakatnya yang tidak melestarikan etos kerja maksimal.
Kemiskinan ini sering disebut kemiskinan kultural.
Faktor eksternal datang dari luar kemampuan seseorang, seperti
birokrasi atau peraturan-peraturan resmi yang dapat menghambat seseorang
yang dapat menghambat seseorang memamfatkan sumber daya.Kemiskinan
modal ini sering diistilahkan dengan kemiskinan struktural. Menurut
pandangan ini, kemiskinan terjadi bukan karena ketidakmauan simiskin
uuntuk bekeja (malas), tetapi ketidak ammpuan sistem dan struktur sosial
poliitik dalam menyediakan kesempatan-kesempatan yang memungkinkan
simiskin bekerja.
Problema kemiskinan ini terkait dengan lemahnya visi politik dan
kenegaraan suatu bangsa. Sebagaimana sedikit telah kita singgung diatas
behwa dalam ketiadaan kepastian hukum dan ekonomi masyarakat akan lebih
mungkin terjerumus dalam lubang kemiskinan terlebih wabah korupsi dan
manipulasi birokrasi yang tidak pernah tuntas dari tahun ketahun.
Konsepsi kemiskinan yang bersifat multidimensional lebih tepat
digunakan sebagai pisau analisis dalam mendefinisikan kemiskinan dan
merumuskan kebijakan penanganan kemiskinan diindonesia, terutama terkait
dengan pembangunan etos kerja dikalangan penduduk. Konsepsi kemiskinan
juga dekat dengan perspektif pekerjaan sosial yang memfokuskan pada
konsep keberfungsian sosial dan senantiasa melihat manusia dalam konteks
lingkungan dan situasi sosialnya. Kebefungsian sosial ini merupakan
bentuk hubungan atau interaksi masyarakat yang menunjukkan pola hubungan
baik yang bersifat emosional maupun fungsional.
Kemiskinan juga sering dihubungkan dengan kebutuhan, kesulitan
dan kekurangan diberbagai keadaan hidup. Keadaan ini menjelaskan atau
menggambarkan kondisi-kondisi materil yang dimiliki seseorang. Selain
itu, kemiskinan dapat dipahami dalam berbagai cara.Pemahaman utamanya
mencakup kekurangan materi, seperti kebutuhan pangan sehari-hari,
sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini
dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
Dalam bahasa Amartya sen disebut sebagai human basic needs.
Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk
eksklusi(keterkucilan) sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dalam masyarakat dapat juga membuat kondisi hidup
seseorang menjadi miskin. Hal ini tarmasuk pendidikan dan informasi.
Eksklusi sosial biaasanya dibedakan dari kemiskinan karena hal ini
mencakup masalah-masalah polotok dan moral serta tidak dibatasi pada
bidang ekonomi semata.
Sementara gambaran kebutuhan sosial dan kebutuhan dasar
kemiskinan juga tergambar dalam kurangnya penghasilan dan kekayaan yang
memadai. Makna memadai disini berbeda-beda melintasi bagian-bagian
politik dan ekonomi diseluruh dunia.
Kesimpulan;
Kemiskinan dapat diukur baik dari segi tingkat konsumsi dan
pendapatan maupun dari segi tingkat kemanpuan sumber daya yang dimiliki
oleh setiap individu maupun masyarakat.Sekalipun kesemuanya ini
disebabkan sebagaian besar dari ketidak mampuan suatu negara untuk
memberdayakannya. Selai itu sangat juga dipengaruhi oleh kepastian hukum
dan faktor politik dan sosial budaya suatu negara.
Sumber; Edi Suharto, 2008.Pendekatan pekerjaan sosial dalam menangani kemiskinan ditanah air. Jakarta ; LP3ES.
Sumber; Edi Suharto, 2008.Pendekatan pekerjaan sosial dalam menangani kemiskinan ditanah air. Jakarta ; LP3ES.
No comments for "TOLAK UKUR KEMISKINAN SEBUAH TINJAUAN"
Post a Comment