SURPLUS KONSUMEN dan PRODUSEN | ekonomiakuntansi id

        Kepada sahabat ekonomi, Barangkali tidak terlalu berlebihan jika dikatakan bahwa, sudah menjadi suatu kebiasaan yang senantiasa diperjuangkan oleh setiap pelaku ekonomi dari setiap aktivitasnya senantiasa memburu kelebihan atau surplus. Baik itu surplus konsumen maupun surplus produsen senantiasa diperjuangkan oleh pelaku ekonomi. Oleh karena sangat penting untuk diketahui. Sehingga merupakan suatun kewajaran kalau berkut ini saya akan membahas mengeni surplus konsumen dan surplus produsen. 
      Apabila keseimbangan pasar berada pada titik kesepakatan antara pembeli dan penjual maka konsumen-kensumen yang terdapat diatas titik keseimbangan(E) pada sumbu vertikal atau  yang telah disepakati sebelumnya dikurva permintaan seakan-akan diuntungkan, karena penilaian subyektif masing-masing lebih besar dari pada harga pasar dengan simbol (Po). Mereka ini dikatakan memperoleh surplus konsumen. Besarnya surplus konsumen bagi pembeliyang ikut dalam pertukaran adalah sama dengan daerah yang dibatasi oleh kurva permintaan, garis EPo dan sumbu tegak ditas titik Po.Perhatikan gambar 1 berikut.
Surplus konsumen dan surplus produsen
  Dimana E= Keseimbangan pasar, EPoA = Surplus konsumen, EPoB = Surplus produsen.

      Harga yang terjadi dipasar adalah Po. Harga ini ditentukan oleh saling bekerjanya permintaan dan penawaran dipasar, yang digambarkan oleh titik perpotongan kurva permintaan (D) dan penawaran (S) (titik E).Harga padaa titik Po inilah yang harus diayar oleh semua konsumen. Kita mengetahui bahwa pendapatan atau anggaran belanja tiap konsumen berbeda-beda besarnya ada yang kaya, tapi tak sedikit pula yang miskin. Yang kaya mampu membeli pada harga yang lebih tinggi dari harga yang berlaku (Po). Harga yang lebih tinggi itupun sebenarnya sudah merupakan harga yang terbaik baginya. Jadi selisih antara harga optimal atau tinggi dan harga yang harus  dibayar merupakan surplus bagi kosumen. Besarnya surplus dihitung dari perbedaan harga dikalikan dengan jumlah barang yang dibeli oleh konsumen. Apabila dijumlahkan untuk semua konsumen akan diperoleh keseluruhan surplus konsumen yang besarnya /banyaknya dilukiskan oleh daerah segitiga AEPo.
           Hal yang sama dapat diktakan mengenai penawaran. Pengusaha-pengusaha yang mempunyai biaya produksi dan harga penawaran lebih rendah dari harga pasar Po, mendapatkan keuntugan. Dalam hubugan ini keuntungan tersebut inilah disebut surplus produsen. Keseluruhan surplu produsen ini adalah sebesar daerah yang dibatasi oleh kurva penawaran, Jika digambarkan didalam kurva penawaran, garis EPo dan sumbu tegak dibawah harga Po (daerah PoB). Surplus konsumen tak tampak dalam kenyataan, hanya pribadi-pribadi pembeli yang mengetahuinya. Sebaliknya, surplus produsen tampak dalam kenyataan sebagai keuntungan/laba perusahaan. Keuntungan tidak hanya diketahui oleh pengusaha yang bersangkutan, tetapi harus dilaporkan kepda pemerintah sebagai dasar perhitugan pajak perusahaan. Bearnya surplus konsumen dan surplus produsen penting untuk mengetahui pengaruh berbagai kebijaksanaan pemerintah terhadap kesejahteraan rakyat secara keseluruhan.
       Surplus konsumen maupun produen dipengaruhi oleh pajak yang dikenakan maupun subsidi yang diberikan oleh pemerintah terhadap produksi barang oleh pengusaha. Akibat adanya pajak ini penawaran akan berkurang dan kurva penararan akan bergeser kekiri hal ini akan terlihat pada kurva 2. berikut. Sebaliknya pengaruh subsidi adalah penawaran akan bertambah dan kurva penawaran bergeser kekanan.seperti pada gambar 3.
 

 Gambar 2. pengaruh pajak terhadap surplus konsumen dan surplus produsen

        Dalam gambar 2. pajak yang dikenakan  terhadap produksi suatu barang mengakibatkan:
a. kurva penawaran bergesesr kekiri dari So ke S1;
b. keseimbangan pasar bergeser dari titik E ke titik A;
c. harga naik dari PO ke P1 dan
d. jumlah baang yang diperdagangkan turun dari OQo menjadi OQ1.
       Pajak yang dikenakan bagi setiap barang adalah setinggi jarak vertikal antara So dan S1, dalam hal ini adalah setinggi CA.
       Perubahan butir a sampai dengan d diatas mengakibatkan bahwa konsumen harus membayar untuk setiap unit barang tersebut yang dibelinya lebih mahal sebesar PoP1; sebaliknya penerimaan pengusaha untuk setiap unit yang dijualnya turun sebesarPoP2. Seeluruh pendapatan pajak yang diterima pemerintah adalah sebesar segiempat P1ACP2 (CAxOQ1). Segitiga ACE tidak diterima baik oleh produsen maupun konsumen. Segitiga itu menggambarkan kemakmuran yang hilang (disebut dead-weight loss). Sebelum dikenakan pajak terhadap barang yang dijual, bagian atas segitiga ini merupakan bagian surplus konsumen sedangkan bagian bawah merupakan bagian surplus produen.Agar lebih jelas Perhatikan gambar 3 berikut;

Gambar 3.Pengaruh subsidi terhadap surplus konsumen dan surplus produen

    Pengaruh subsidi terhadap produksi barang ditunjukkan oleh gambar 3. diatas. Pengaruh tersebut sebgai berikut.
1. penawaran meningkat dan kurva penawaran bergeser kekanan dari So ke S1
2. keseimbangan pasar akan bergeser dari titik E ke titik C.
3. harga akan turun dari Po ke P1.
4. jumlah barang yang diperdagangkan akan meningkat dari OQo menjadi OQ1.
    Besarnya subsidi adalah jarak vertikal antara kurva penawaran So danS1 (CA). Harga yang dibayar oleh seorang konsumen persatuan produk turun sebesar PoP1 (dari OPo menjadi OP1). Sebaliknya subsidi yang diberikan pemerintah memungkinkan produsen menerima persatuan produk sebesar harga (OP1) ditambah dengan subsidi sebesar P1P2 (CA).Apabila dibandingkan dengan penerimaan semula merupakan kenaikan sebesarPoP2 Subsidi yang diberikan pemerintah adalah sebesar P1CAP2, surplus konsumen bertambah sebesr PoECP1dan surplus produsen juga bertambah sebesar P2EAP2. Apabila seluruh jumlah subsidi yang diberikan pemerintah dikurangi dengan jumlah penambahan urplus konsumen dan surplus produsen, maka tersisa segitiga EAC yang tidak diterima oleh siapapun, seperti halnya pada pajak, segitiga ini juga menggambarkan kamakmuran yang hilang ( dead-weight loss). Adanya kamakmuran yang hilang ini menunjukkan bahw baik pajak yang dikenakan maupun subsidi yang diberikan kepada barang kurang efektif.

KASUS BARANG BEBAS DAN BARANG POTENSIL


   Barang bebas adalah barang yang jumlahnya berlimpah sehingga tidak mempunyai harga pasar kecual kalau musim kemarau panjang. Tidak adanya harga pasr tidak berarti bahwa bagi barang ini tidak ada pasarnya ( dalam artian diatas), tetapi hanya berarti bahwa tidak terjadi transaksi dipasar tertentu. Hal ini disebabkan tidak terjadi pertemuan antra kurva permintaan dan kurva penawarannya.




Gambar 4.Kurva permintaan dan penawaran air
    Dalam gambar diatas, kurva permintaan (Do) tidak berpotongan dengan kurva penawaran(S), karena jumlahya yang dibutuhkan (Qo) masih lebih sedikit dari jumlah yang secara bebas tersedia (Q1)Dibeberapa tempat, air bersih msih bisa diperoleh secara bebas dari mata air. Akan tetapi , dengan bertambahnya kebutuhan air bersih ( karena, misalnya penduduk yng semakin padat) maka kurva permintaan bergeser kekanan (menjadi D1). Apabila hal ini terjadi maka orang harus mengeluarkan biaya untuk mrnggali sumur, menganngkut air dari mata air yang lebih jauh, atau membayar rekening air PDAM. Ini berarti air tidak lagi gratis dan sudah menjadi barang ekonomi. Harga air sekarang adalah P2 dan jumlah air yang dikonsumsi adalah OQ2.  




Kurva permintaan dan penawaran barang potensial

     Kasus sebaliknya juga bisa mengakibatkan tidak terjadinya dalam pasar (Gambar 5). Kita misalkan saja tempat tidur berlapis emas, untuk barang seperti ini pun tidak dapat kita katakan bahwa permintaannya tidak ada. Permintaan itu ada (kurva Do). tetapi harga yang paling tinggi yng mampu dibayar oleh konsumen (Po) belum cukup tinggi untuk mengundang produksinya (agar produsen mau membuatnya, harga harus tidak kurang dari P1). Oleh sebab itu, tidak terjadi transaksi untuk tempat tidur berlapis emas itu. Konsumen sama dengan nol, dan harga tidak terjadi. Seandainya karena sesuatu hal, beberapa orang dinegara itu menjadi sangat kaya, maka ada kemungkinan kurva permintaan tempat tidur berlapis emas in bergeser ke D1. Apabila hal ini terjadi maka transaksi terjadi pada harga P2 dan jumlah yang diperjual belikan  OQ2 unit. Jadi tempat tidur berlapis emas itu sebelumnya merupakan barang potensial, sekarang menjadi barang ekonomi. Banyak barang yang secara potensial bisa diproduksi tetapi tidak diproduksi karena tidak ekonomis (harga jual tidak bisa menutup biaya produksi).        






















      
Drs. Zaenuddin Kabai, M.Pd.
Drs. Zaenuddin Kabai, M.Pd. Born in Bantaeng 07 January 1960, I was the seventh child of seven children graduated .1970 ST SD.1974.Graduated Building Department NEG.Bantaeng SMEA Neg.Bantaeng. Majors Tata Gedung.Th1977.Graduated Book (Accounting) .1980 training Draftsman building / architect in BLKI makassar for three months. In 1988 completed the study (S1) IKIP THE END OF IT. Strata year 2005 completed two (S2) UNM Makassar. IPS. Specific Management Education.